"Flow, pamanmu memberi kabar pada Nenek. Malam ini ada baby sitter baru yang akan menemanimu tidur." Nyonya Besar Fletcher berbicara dengan Floretta di meja makan ketika tiba waktu makan malam.
Floretta tidak menyahut. Dia hanya menundukkan kepala menekuri piring dan sendok di meja makan. Yang diinginkannya, sang Paman bisa menemani tidur setiap malam. Namun, Aaron sangat sibuk hingga larut. Kadang kala paman tampannya itu harus ke luar kota, tak bisa memenuhi keinginan Floretta.Malam kali ini pun, Aaron Fletcher harus menghadiri undangan makan malam dari salah seorang rekan bisnis. Jadi, mereka hanya bertiga di meja makan."Flow, Nenek tahu kamu ingin ditemani pamanmu, tapi akhir-akhir ini pamanmu sangat sibuk." Nyonya Besar Fletcher mencoba memberi pengertian. Usia tujuh tahun, seharusnya sudah bisa memahami kesibukan orang lain."Iya, aku mengerti." Floretta tak menanggapi lebih jauh. Dia harus terima nasib. Paling-paling hanya harus menangis semalaman karena tidak bisa memejamkan mata.Ada begitu banyak orang di sekitarnya, tapi Floretta tidak pernah merasa bisa dekat dengan mereka semua, kecuali Aaron Fletcher."Nenek, aku sudah selesai makan," ucapnya sembari turun dari bangku, akan bergegas pergi."Flow, apa kamu tidak ingin makan buah atau es krim?" tanya sang Nenek berusaha membujuk supaya Floretta mau membuka diri."Aku sudah kenyang, Nenek. Aku akan kembali ke kamarku," tolaknya."Baiklah."Nyonya Besar Fletcher tak berani menghalangi langkah Floretta. Wanita tua itu sudah sakit kepala harus menghadapi cucunya yang tertekan. Sialnya, belum ada orang yang bisa diandalkan untuk menangani cucu kesayangannya tersebut."Sampai kapan Floretta akan seperti ini? Aku mengkhawatirkan kesehatannya," gumam wanita tua itu ketika duduk di ruang keluarga sendirian.Edger---asisten pribadi Aaron Fletcher yang hari ini diberi tugas untuk mengurus tanda tangan kontrak dan menjelaskan deteil pekerjaan yang harus dilakukan oleh Eleanor Wilson, datang untuk menghadap Nyonya Besar Fletcher.Eleanor Wilson harus memperkenalkan diri pada sang Nyonya Besar, supaya tidak ada kesalahpahaman."Nyonya Besar, ini adalah Nona Eleanor Wilson. Mulai malam ini dia akan menemani Nona Floretta tidur." Edger mengenalkan Eleanor pada Nyonya Besar Fletcher."Nyonya Besar, saya Eleanor Wilson Baby sitter baru yang akan menemani Nona Floretta tiap malam." Gadis cantik itu memberi salam dengan sopan.Wanita tua itu menelisik sosok cantik Eleanor."Anda tak terlihat seperti seorang pengasuh? Terlihat seperti artis serial televisi, bukan penampilan pengasuh," komentar Nyonya Besar Fletcher. Eleanor tak sempat berganti pakaian ketika datang ke sini. Dia masih memakai baju kantor."Benar, Nyonya. Saat siang saya bekerja di perusahaan, malam hari baru akan datang ke sini untuk menemani Nona Floretta tidur." Eleanor menjelaskan. Bukan sengaja berpakaian seperti ini, tapi dia tadi tak sempat berganti baju karena terburu-buru."Aah, Anda hanya bekerja paruh waktu di tempat kami?" tanya Nyonya Besar sambil menyipitkan mata."Benar, Tuan Aaron Fletcher mencari pekerja paruh waktu, Nyonya." Edger berusaha memberi penjelasan.Nyonya Besar Fletcher menghela napas. Dia tidak berkomentar apapun. Dalam tiga bulan terakhir, mereka sudah berganti-ganti baby sitter, karena mereka semua tak bisa menarik perhatian Floretta. Mereka kewalahan dengan sikap Floretta yang tidak mau diajak kerja sama."Aku harap, Anda bisa menarik perhatian cucu saya, Nona Wilson." Nyonya Besar Fletcher sudah bosan harus menerima pekerja baru, tapi hanya bekerja sebentar sudah keluar lagi."Baik, Nyonya. Saya akan berusaha keras untuk membuat Nona Floretta betah." Eleanor harus bekerja keras.Aaron Fletcher sudah mengatakan dengan jelas. Jika dalam waktu satu bulan dia belum bisa membuat Floretta nyaman, maka kontrak kerjanya sebagai baby sitter di rumah ini tidak akan diperpanjang. Jadi, dia tidak punya pilihan kecuali menaklukan gadis bernama Floretta tersebut, supaya gaji dari keluarga ini mengalir ke dalam rekening tabungannya."Pak Edger, tolong antar Nona Wilson ke kamar Flow!" titah Nyonya Besar."Baik, Nyonya.""Mari saya antar, Nona Wilson."Eleanor mengekori pria paruh baya tersebut naik tangga menuju kamar Floretta. Begitu sampai di depan pintu kamar gadis berumur tujuh tahun itu Edger mempersilakan Eleanor untuk mengetuk pintu dan masuk."Flow, apa aku boleh masuk?" tanya Eleanor sambil mengetuk pintu. Tak menunggu jawaban, Eleanor melangkah masuk seperti arahan Edger."Hallo, Flow. Namaku Eleanor Wilson, aku akan menjadi teman tidur kamu malam ini." Eleanor masuk sambil memperkenalkan diri.Floretta tertegun ketika mendengar Eleanor memperkenalkan diri. Seketika gadis kecil itu menoleh ke ambang pintu.Dua pasang mata itu saling bertukar pandang selama sepersekian detik."Kakak?""Floretta, kamu?" Eleanor ternganga. Dia tidak pernah menyangka jika ini Floretta yang sama dengan gadis kecil yang ditemuinya tempo hari.Amazing, orang yang menjadi majikannya adalah Floretta yang kemarin ditemuinya secara acak di jalan. Sebuah kebetulan yang langka.Floretta sangat bersemangat saat mengetahui orang yang akan menjadi teman tidurnya malam ini adalah Eleanor. Dia melompat dari ranjang dengan semangat."Kakak, kita berjumpa lagi."Eleanor menggaruk tengkuknya canggung. Sama sekali tidak membayangkan akan ada kejadian seperti ini."Kakak, apa kamu bekerja paruh waktu untuk membayar cicilan hutang $1.800 itu?" tanya Floretta penasaran. Dia masih ingat, apa yang diceritakan oleh Eleanor beberapa waktu yang lalu."Ha-ha-ha, kamu masih mengingatnya? Padahal aku hanya bercerita sekali," balasnya canggung.Eleanor menyesal, bisa-bisanya dia bercerita begitu banyak pada gadis kecil yang saat ini menjadi majikannya tersebut."Tentu saja, aku mengingatnya dengan baik. Kalau begitu, aku akan membantumu, supaya kamu betah bekerja di sini." Floretta menatap Eleanor antusias."Oh ya? Bagaimana caranya?" tanya Eleanor kemudian."Aku tidak akan menangis, asalkan Kakak menemaniku tidur.""Aah, bukankah itu pekerjaanku?" Eleanor duduk di sisi Floretta dengan semringah. Dari penjelasan Edger, dia mendengar bahwa Floretta selalu menangis sepanjang malam. Jika dia bisa membuat Floretta tidak menangis maka dia bisa bekerja terus di sini. Artinya, tak perlu mencari pekerjaan paruh waktu yang lain untuk membayar cicilan hutang."Baiklah, sekarang apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu nyaman, Flow?" tanya Eleanor."Kakak, kamu bisa bercerita tentang kekasihmu yang berselingkuh itu padaku. Aku sangat penasaran, bagaimana bisa pria itu berselingkuh darimu yang sangat cantik ini?" Eleanor kaget mendengar ucapan Floretta.Bagaimana bisa, anak berumur tujuh tahun tertarik dengan cerita seperti ini."Aah, itu ... kamu masih sangat kecil, seharusnya tidak perlu mendengar kisah seperti ini. Ini hanya cerita yang sangat tidak berguna." Eleanor mencoba menolak."Kakak, tapi aku penasaran." Floretta meraih tangan Eleanor dan memaksanya bicara.Mata Eleanor melirik kanan dan kiri, sedang mempertimbangkan harus bagaimana. Floretta menarik tangan Eleanor, tak memberi kesempatan menolak."Baiklah, aku akan bercerita. Tapi kamu harus berjanji dulu, kamu harus tidur dengan nyenyak setelah aku cerita. Bagaimana, apa kamu setuju?" tanya Eleanor membuat kesepakatan."Kakak, apa kamu sudah bertemu dengan pamanku yang tampan?" Floretta bertanya balik."Hah?""Paman Aaron, itu paman tampan yang pernah aku ceritakan padamu."Eleanor ternganga. Tadinya, dia menyangka Aaron Fletcher adalah ayah dari anak berumur tujuh tahun ini. Tadi, dia tak begitu menyimak ketika Aaron bicara."Aah, begitu rupanya. Jadi, itu pamanmu?" tanya Eleanor pelan sambil tengok kanan kiri, takut kedengaran orang lain."Kakak, pamanku sedang pergi, dia tak akan mendengarkan kita." Floretta menenangkan."Ha-ha-ha, iya. Lumayan ... pamanmu cukup tampan."Floretta mengerucutkan bibir. Padahal menurutnya, Paman Aaron Fletcher sangat tampan. Kenapa Eleanor hanya menyebutnya lumayan cukup tampan. Floretta tidak terima."Apakah mantan kekasihmu lebih tampan dari pamanku?" tanyanya kemudian."Ha-ha-ha, pria brengsek itu sangat jelek. Bagaimana bisa dibandingkan dengan pamanmu yang tampan." Eleanor mulai mengerti. Daripada membuat gadis kecil ini berubah suasana hati menjadi buruk, lebih baik dia memuji pamannya saja.Floretta tersenyum mendengarnya."Kakak setuju kalau pamanku sangat tampan?" tanya Floretta memastikan."Ya, pamanmu sangat tampan." Eleanor berkata gemas. Padahal Floretta hanya seorang gadis kecil berumur tujuh tahun, tapi dia bisa berbicara sedewasa ini.Perbincangan mereka berlanjut, Eleanor bercerita tentang kekasihnya yang berselingkuh di Bandara saat dia akan pergi ke San Francisco.Di balik pintu, Aaron Fletcher mengerutkan dahi mendengar perbincangan dua orang yang terdengar sudah sangat akrab tersebut.Penasaran dengan apa yang terjadi di dalam sana, Aaron membuka pintu. Pria tampan itu menyaksikan dua orang yang sedang berbincang begitu seru sampai tidak menyadari kedatangannya. Floretta bahkan terus menimpali semua ucapan Eleanor. Ini sangat mengejutkan. Selama ini keponakan kecilnya itu acuh tak acuh dengan orang lain. Sihir apa yang dibawa Eleanor untuk keponakannya?Aaron Fletcher membuang napas gusar mendengarkan tema pembicaraan mereka. Bagaimana bisa Floretta tertarik dengan Eleanor Wilson begitu cepat? Padahal hanya diceritakan tentang kisah perselingkuhan mantan kekasihnya. Huh...."Nona Eleanor Wilson, bisa-bisanya Anda meracuni otak kecil keponakanku," gumam Aaron kesal.Aaron memutuskan untuk pergi dari sana setelah menghela napas panjang. Meski dia tidak terlalu suka dengan pembicaraan keduanya, tapi dia tidak bisa menghentikan. Kenyamanan Floretta saat ini yang paling penting. Sudah lebih dari tiga bulan tidak bisa tidur nyenyak dan selalu menangis, baru kali ini dia melihat Floretta begitu bersemangat.Lain kali, dia akan menegur Eleanor Wilson."Pak Edger, tolong selidiki tentang latar belakang Nona Eleanor Wilson sampai kehidupan pribadinya!" titahnya begitu sudah kembali ke ruangan kerja."Baik, Tuan Aaron Fletcher."Aaron mendengus pelan. Dia mencoba menganalisa, hal menarik apa yang dimiliki gadis bernama Eleanor Wilson itu bagi Floretta Fletcher. Kenapa bisa semudah itu mereka berakrab ria? Aaron sempat mendengar Floretta memanggil Eleanor dengan sebutan Kakak, bukankah ini sangat mengejutkan?Bersambung"Kita berjumpa kembali, El!" sapa Grace Harper ketika keduanya saling berhadap-hadapan. Dua wanita cantik itu saling melempar pandang. Grace Harper mengangkat dagu dengan angkuh, sedangkan Eleanor hanya membalas dengan tatapan datar. Jika bukan karena pekerjaan, Eleanor malas berurusan dengan Grace yang sangat merepotkan itu. Sialnya, mereka seakan telah diikat oleh takdir. Selalu saja dipertemukan di dalam setiap kesempatan. Cukup menguji kesabaran."Sepertinya, Aaron tidak keberatan kamu kembali bekerja sebagai staf dengan gaji rendah, El?" sindirnya.Tak ingin menanggapi ejekan Grace, istri Aaron Fletcher itu tetap bersikap tenang dan tersenyum tipis. Namun, senyumnya hanya di bibir saja, lengkungannya tak sampai di mata."Selamat bekerja kembali, Nona Harper," balasnya."Tentu saja harus kembali bekerja. JK sudah membayarku begitu mahal, tanggung jawabku adalah memenuhi apa yang telah menjadi kesepakatan kami." Grace mengangkat dagunya angkuh. Kesombongam jelas tampak dari kalim
"Pagi, El! Aaa, akhirnya kamu muncul juga," pekik Fiona semringah saat bertemu di foyer gedung kantor mereka. Tega sekali sahabat baiknya itu tidak memberi kabar kalau sudah pulang dari bulan madu. Tiba-tiba datang ke kantor tanpa konfirmasi lebih dahulu. Tidak tahu apa, kalau dia sudah menahan rindu karena ditinggal bulan madu Eleanor begitu lama. Huh....Menanggapi Fiona yang exiting melihatnya muncul tiba-tiba, Eleanor hanya tersenyum lebar sambil merentangkan tangannya menyambut pelukan Fiona."Kukira, Nyonya Eleanor Fletcher tidak akan kembali lagi ke NIC. Tak disangka, Nyonya Fletcher masih membutuhkan pekerjaan dengan gaji rendah ini," dengkus Fiona."Ha-ha-ha, mulutmu itu jahat sekali." "Bukankah sekarang, Anda sudah menjadi Nyonya Aaron Fletcher. Orang terkaya nomor tiga di Negara ini? Kenapa masih tertarik bekerja dengan gaji rendah yang bahkan jika dikumpulkan setahun pun belum cukup untuk membeli baju kerja yang Anda pakai sekarang, Nyonya, hmm?" Fiona menjawab dengan me
Grace Harper memandang Loli dengan mata yang menyala. Hatinya berdesir menahan kemarahan begitu mendengar Loli melaporkan apa yang didengarnya semalam. “Kenapa?” gumamnya, “Kenapa Eleanor harus hamil? Seharusnya itu aku!” Grace Harper meraung lepas kendali. Grace tak menyangka Aaron akan melangkah sejauh itu dengan Eleanor Wilson."Nona, tolong tenang dulu." Loli ikut panik melihat Grace yang tak bisa mengendalikan diri. Kesabarannya sedang teruji. “Nona Harper, kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Mungkin ada alasan yang kita belum ketahui. Mungkin saja---”Grace menggelengkan kepala. “Tidak, Loli. Aku mengenal Aaron lebih baik dari siapapun. Jika dia sudah mengatakan menginginkan bayi dari Eleanor, itu artinya Aaron memang mencintainya. Aku tidak bisa menerima hal ini. Aaron hanya boleh menjadi milikku saja!”Loli menggigit bibirnya kebingungan. “Nona, aku janji. Aku akan mencari tahu lebih lanjut. Selagi Nona memikirkan rencana untuk mencegah kehamilan Nyo
Aaron duduk di ruang kerjanya, menatap layar komputer yang sudah tidak dia sentuh selama beberapa menit. Pikirannya sedang tidak tenang. Besok, Eleanor sudah kembali bekerja. Kebiasaan yang sudah terlanjur terjalin beberapa pekan ini telah menjadikannya nyaman selalu berada di sisi Eleanor. Tiba-tiba dia merasa tidak nyaman dengan situasi yang akan dialaminya besok. Tepatnya, dia tidak siap.Jujur, Aaron terlalu over thinking dengan keadaan itu. Namun ego dan keangkuhannya menghalangi untuk mengungkapkan perasaan sebenarnya. Merasa kesal dengan keadaan ini, Aaron Fletcher bangkit. Dia memutuskan untuk kembali ke dalam kamar. Eleanor tengah sibuk dengan di depan laptop saat dia tiba. "Bisakah, jangan bawa pekerjaan ke dalam kamar. Aku tidak nyaman melihatnya!" protesnya sambil membuang pandangan tak suka. Seperti biasanya, setiap ucapannya hanya memancing emosi Eleanor.Eleanor menghela napas panjang. Padahal, Aaron juga baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja. Dia merasa
Di tengah hiruk-pikuk Bandara kota London, Grace Harper berjalan tergesa menuju pintu keluar. Tak sendiri, kali ini super model itu melakukan perjalanan berdua dengan seorang gadis muda. Ya, dia membawa Penelope ikut serta untuk diangkatnya sebagai asisten pribadi.Akhirnya, dia memutuskan untuk membawa gadis itu ke London. Grace membutuhkan seorang asisten pribadi untuk membantu pekerjaannya.“Sebagai asisten pribadi,” mulai Grace dengan suara yang tegas ketika mereka telah berada di dalam mobil. “Tugas utamamu adalah memastikan bahwa jadwalku terorganisir dengan sempurna. Setiap pertemuan, setiap sesi foto, setiap perjalanan harus direncanakan dengan detail jangan sampai ada hal yang tak terlewatkan!"Di sampingnya, Penelope, asisten pribadinya yang baru, menatap dengan penuh perhatian. Menjadi asisten pribado dari seorang super model kelas dunia adalah sebuah keberuntungan baginya. Penelope sangat menyukai pekerjaan barunya ini.Grace menatap Penelope tajam, dia butuh memastikan ga
Di dalam helikopter yang menderu, pasangan suami istri duduk berdampingan. Cahaya matahari pagi menyelinap masuk melalui jendela, menerangi rambut pirang mereka yang berkilau. Mata sebiru samudra milik Eleanor Wilson menatap keluar penuh dengan kekaguman. Sejak menikah dengan Aaron Fletcher, dia mempunyai kehidupan jet set seperti ini. Bertolak belakang dengan kehidupannya semasa lajang.Membiarkan Aaron yang berekspresi datar menggenggam erat tangan lembutnya. Eleanor haeus mulai terbiasa dengan temperamen pria itu yang naik turun seperti roller coaster. Hidup Eleanor memang seroller coaster itu sejak menikah dengannya.Suara rotor yang berputar mengisi dinding kebisuan yang tercipta sejak berangkat dari Blue Sea tadi. Di atas awan, jauh dari keramaian dunia, Eleanor merasa bebas dan hidup, siap untuk menjelajahi keindahan yang belum terjamah. Hanya sesekali saja Aaron mengajaknya berbicara tentang rencana mereka setiba di London. "Mungkin saja, kita mulai sibuk dengan pekerjaan ma