Share

Bab 021

Author: Syahfa Thea
last update Last Updated: 2025-07-08 19:41:00

"Oh. Jadi kamu merasa sudah mampu hingga mau meninggalkan rumah ini? Kamu sudah merasa kaya?" Sindir ibu Ratna waktu aku bilang akan pindah dari rumah. Hari ini juga aku putuskan pindah ke rumah kontrakkan Putra.

"Bu_bukan begitu, Bu. Jingga tidak merasa sudah mampu atau sudah kaya. Jingga hanya ingin mandiri. Ingin menjalani pernikahan sendiri tanpa melibatkan orang lain," jawabku, agak kaku. Aku sudah bisa menduga kalau ibu akan bereaksi seperti ini. Makanya aku langsung gugup dalam menjawab ucapan ibu.

Sepertinya ibu keberatan aku pindah dari rumah. Bagaimana dia tidak keberatan, mengingat selama ini aku selalu memberikan sebagian gajiku untuk membantunya membiayai makan sehari-hari

"Tidak! Ibu tidak akan mengizinkanmu pergi dari rumah ini! Kamu ini anak mendiang ayah kamu, mantan suami ibu. Dulu ayah kamu menitipkan kamu pada ibu. Ayah kamu meminta ibu untuk menjagamu selamanya. Jadi ibu tidak ijinkan kamu pergi dari rumah ini," tegas ibu. Tetap menolak keputusanku untuk pinda
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Suamiku Bukan Abang Ojol Biasa    Bab 35

    Udara masih terasa dingin saat perlahan kesadaran mengusikku. Dengan masih setengah mengantuk, aku mencoba membuka mataku. Ingin melihat jam yang terpasang di dinding kamar. Waktu masih menunjukkan jam empat lebih lima belas menit. Aku yakin saat ini adzan subuh belum berkumandang. Sebab biasa panggilan Tuhan itu berbunyi di jam setengah lima pagi. Berarti masih ada lima belas menit sebelum subuh. Aku meraba tempat di sampingku yan tternyata Sidah kosong. Padahal biasanya di jam segini, Putra masih terlelap dan masih bergelut dengan mimpinya. Lalu tiba-tiba kudengar suara gemericik air dari kamar mandi yang berada di dekat dapur atau tepatnya di belakang kamarku. Meski kamar mandi itu ada di luar kamar, tapi semua kegiatan di kamar mandi selalu terdengar ke kamar. Maklum. Karena rumah kontrakan kami kecil. Dan setiap ruangan di dalamnya saling berdekatan. "Putra pasti sedang mandi. Tumben? Biasanya di jam segini Putra belum bangun. Harus menunggu aku bangunkan," pikirku, bergumam.

  • Suamiku Bukan Abang Ojol Biasa    Bab 34

    "Mbak cukup melayani saya saja di rnjang. Malam ini saya ingin meminta hak saya sebagai suami," jawab Putra saat kutanya apa yang harus aku berikan sebagai ucapan terima kasihku atas kehadirannya di hidupku. Deg!Jantungku mendadak berdetak dengan keras mendengar ucapannya. Sebab ucapan itu mengarah ke arah hubungan yang lebih intim lagi. "Anggap juga sebagai hadiah ulang tahun saya dari Mbak," lanjut Putra saat aku terdiam sebelum aku bereaksi. Aku tertegun mendengar ucapannya. Jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya. Kata-katanya barusan membuat suasana menjadi jauh berbeda dari sebelumnya. Aku mencoba meresapi maksudnya, sekaligus memahami apa yang kurasakan saat ituAku langsung merasakan panas di pipiku. Aku yakin saat ini pipiku merona. Malu sendiri dengan percakapan yang menurutku intim ini. "Putra..." Panggilku, pelan. Kembali mengangkat wajahku yang tadi tertunduk. Lalu menatap matanya, mencoba mencari keseriusan di sana.Namun, ia hanya tersenyum lembut, seolah meny

  • Suamiku Bukan Abang Ojol Biasa    Bab 33

    Ternyata keberuntungan haru ini belum selesai. Setelah kenaikan jabatan yang kuterima. Juga makan malam di restoran mewah dengan diskon 90%. Ternyata aku mendapat lagi keberuntungan lainnya. Itu terbukti saat aku keluar dari restoran. Udara malam terasa sejuk saat aku dan Putra berjalan di sepanjang trotoar yang berjejer toko-toko besar dengan etalase yang memancarkan kilauan lampu. Restoran tempat kami makan malam tadi masih terlihat dari kejauhan.Di antara deretan toko, mataku tertuju pada sebuah butik mewah dengan etalase yang menampilkan gaun cantik karya perancang busana terkenal. Gaun itu tampak begitu anggun—berwarna emas berkilauan dengan detail bordir yang rumit di bagian atas. Patung manekin yang memakainya berdiri dengan aura elegan, seolah memamerkan gaun itu pada siapa saja yang melewatinya.Aku terhenti, terpaku menatap gaun itu. Ada keinginan besar dalam hatiku untuk memilikinya, meski aku tahu harga gaun tersebut pasti tak terjangkau.Melihatku terpesona, Putra terse

  • Suamiku Bukan Abang Ojol Biasa    Bab 32

    Sore yang hangat menjelang malam, suasana di kantor mulai lengang. Para karyawan keluar satu per satu, membawa lelah setelah seharian bekerja. Aku dan Alin melangkah menuju pintu keluar bersama. Hari ini tanggal gajian, momen yang selalu dinanti setiap bulan. Dengan amplop gaji di tangan, aku merasa bahagia. Rencanaku sudah jelas: mentraktir Putra, suamiku, makan malam spesial karena hari ini ulang tahunnya."Aku pulang duluan ya, Jingga. Selamat merayakan ulang tahun suamimu," ujar Alin sambil tersenyum. Tadi aku memang sempat bercerita tentang rencana ini.Aku mengangguk sambil balas tersenyum. "Iya, Lin. Maaf ya, khusus gajian kali ini aku nggak bisa ikut makan-makan sama kamu. Mungkin lain kali.""Enggak apa-apa, aku mengerti. Hati-hati ya," jawab Alin sebelum masuk ke taksi yang sudah menunggunya.Aku menunggu Putra di trotoar depan kantor, sambil tersenyum kecil. Dalam hati, aku tak sabar ingin berbagi kabar bahagia ini dengannya—kenaikan jabatan yang kudapatkan hari ini. Jabata

  • Suamiku Bukan Abang Ojol Biasa    Bab 31

    "Apa!" Aku kaget mendengar ucapan Pak Hendrawan. Apakah aku tidak salah dengar barusan. Apakah benar Pak Hendrawan bilang mengangkat ku sebagai sekretarisnya. "A_apa maksud Bapak?" Lanjutku dengan gugup. Tidak percaya dengan apa yang aku dengar barusan. "Karena mulai besok kamu saya angkat menjadi seorang SEKRETARIS di perusahaan saya." Pak Hendrawan kembali mengulang ucapannya tadi. Wajahnya yang tadi datar dan dingin, tiba-tiba tersenyum padaku. Aku membeku di tempat. Menatap Pak Hendrawan dengan wajah melongo. Benar-benar sulit dipercaya. Kesadaran ku mendadak menghilang. Seperti merasa di alam khayalan. "Ba_bapak tidak salah bicara kan?" Tanyaku sekali lagi dengan tatapan kosong kepadanya. Pak Hendrawan menggeleng. "Tentu saja tidak. Saya benar-benar mengangkat kamu sebagai sekretaris saya," jawab Pak Hendrawan, meyakinkan. Aku diam sejenak dengan mata yang masih menatap kosong beliau. Otakku terus berputar. Antara harus percaya atau tidak dengan apa yang aku dengar. Sementa

  • Suamiku Bukan Abang Ojol Biasa    Bab 30

    Apa? Aku dipanggil Pak Hendrawan?Jantungku langsung berdebar. Tidak biasanya seorang CEO memanggil karyawan biasa sepertiku. Ada apa ini? Apakah aku melakukan kesalahan?"Kira-kira kenapa Pak Hendrawan memanggilku?" tanyaku panik pada Yani.Yani hanya mengangkat bahu dengan tatapan sinis. "Mana aku tahu? Tapi sepertinya ada hubungannya dengan Bu Angela. Karena sebelum ini, dia menghadap Pak Hendrawan.Deg!Jantungku makin berdebar. Apakah Angela benar-benar melaksanakan ancamannya? Apakah hari ini aku akan dipecat?"Ck. Harusnya kamu jangan cari masalah dengan Bu Angela. Ayahnya itu rekan bisnis Pak Hendrawan, jadi hubungan mereka dekat," celetuk Yani.Aku masih diam, sementara Yani tiba-tiba menatapku dengan seringai mengejek. "Atau ini karena kamu masih sakit hati ditinggal Mas Niko yang lebih memilih Bu Angela daripada kamu?"Mataku membelalak. Kesal. Kenapa dia selalu menyerangku? Dia ini adik tiriku, tapi sejak dulu tidak pernah bersikap seperti saudara. Tinggal di rumah peningg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status