"Tak kusangka ternyata ada perempuan murahan di rumah ini. Lagaknya sok suci, tapi diam-diam melakukan hal tidak senonoh," sindir Rina begitu aku dan Putra melangkah masuk ke rumah. Seperti biasa, dia mengejekku dengan nada meremehkan. Kami baru saja pulang dari akad nikah yang mendadak. Aku memilih diam, meski dalam hati terasa panas. Sudah biasa dicemooh oleh mereka, tapi kali ini mereka menuduhku yang tidak-tidak. "Tampan sih, tapi cuma tukang ojek. Di mana lebihnya? Sampai rela menyerahkan diri segala," cibir Yeni sambil melipat tangan di dada. Setali tiga uang dengan Rina, adiknya. Tanganku terkepal di balik rok. Aku ingin membalas, tapi apa gunanya? Mereka selalu merasa benar, dan aku hanya dianggap benalu di rumah ini. "Lagaknya sok jual mahal. Menolak Beni hanya gara-gara dia pengangguran. Padahal, walaupun nganggur, orang tuanya kaya raya! Anak tunggal pula. Kalau menikah dengannya, hidupmu pasti terjamin sampai ke cucu buyut!" Rina semakin menjadi, suaranya penuh ejekan.
Last Updated : 2025-06-23 Read more