Share

Bukan Pewaris Sejati

Penulis: Risca Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-19 00:37:33

Di lantai tertinggi kantor Gala Corp, Nelson duduk di balik meja kerjanya yang penuh dengan laporan dan berkas kerja sama. Keningnya berlipat, matanya lelah, tetapi tangannya tetap bergerak menyisir angka-angka yang tak kunjung memberi kabar baik.

Di tengah kesibukan, tiba-tiba ponselnya yang tergeletak di samping laptop menyala dan bergetar. Nelson mendongak seketika. Rona wajahnya berubah pucat saat melihat nama yang tertera di layar.

Usai menatap layar penuh pertimbangan, Nelson menerima panggilan itu dengan suara lembut.

“Selamat sore, Ma,” sapanya, berusaha terdengar tenang.

Dari ujung seberang, suara tegas dan berwibawa milik Nyonya Tania menggema. Tidak ada basa-basi.

“Nelson, kau tahu mengapa Mama menelepon dari luar negeri, bukan?”

Nelson menelan ludah kasar. Ia tahu, tak mungkin ibunya menelepon hanya untuk sekadar menanyakan kabar.

“Jika Mama ingin mengetahui kondisi Reinan, dia sehat. Bahkan terlihat lebih ceria bersama Esme, pengasuh sekaligus istrinya," jawabnya sopa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Restu yang Tak Terucap

    Ketika mereka meninggalkan kawasan hotel, pepohonan yang berjejal di sepanjang jalan mulai berganti dengan lahan-lahan sunyi. Menandai bahwa mereka telah menjauh dari hiruk pikuk kota.Di kursi tengah, Reinan sudah memejamkan mata, kepalanya sedikit bersandar ke jendela. Usai minum obat dan meneguk air mineral, Reinan minta kepada Kailash agar membangunkannya bila mereka sampai di tempat tujuan.Kailash hanya mengangguk dari balik kemudi. “Baik, Tuan Muda. Silakan istirahat. Nanti saya bangunkan jika sudah tiba.”Melihat sang suami terlelap, Esme mengalihkan pandangan ke luar jendela. Jalanan kini lebih lengang. Tak banyak kendaraan lewat. Namun, pikirannya masih ramai, dipenuhi banyak tanda tanya. Siapa sebenarnya yang akan mereka kunjungi? Reinan bilang ingin mengenalkannya pada sang ayah, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Nampaknya, Reinan memang punya kebiasaan menebarkan teka-teki dalam setiap tindakannya. “Dulu, Tuan Muda jarang sekali keluar rumah,” ucap Kailash tiba-tib

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Genderang Perang

    Esme duduk gelisah, kedua tangannya menggenggam erat gagang kursi yang terasa dingin. Detik terasa lambat sejak Reinan pamit ke toilet. Sementara, pikirannya tak henti dipenuhi bayangan pertengkaran hebat antara Vera dan Nelson.Restoran yang tadinya begitu elegan kini terasa sesak, seakan udara ikut tertekan oleh jejak kemarahan dan pengkhianatan.Satu-satunya yang ia tunggu kini hanyalah Reinan. Ia ingin segera pergi dari hotel ini, dari suasana yang membuat perutnya mual dan hatinya tak tenangTak berselang lama, sosok yang dinanti Esme muncul. Reinan berjalan dengan wajah ceria, seolah tak ada hal besar yang terjadi sebelumnya. Bahkan, ia melepas kacamata hitam yang sejak tadi melekat di hidungnya, dan duduk kembali di kursi. Senyum lebar terbit di wajah Reinan, ketika melihat dessert yang masih tersisa di piring.“Es krim vanila-ku belum meleleh,” ujarnya riang, lalu menyendoknya ke dalam mulut.Esme menatap Reinan dengan dahi sedikit berkerut. Sikap tenangnya begitu kontras den

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Pembalasan yang Setimpal

    Ucapan Reinan membuat Esme terperanjat. Tak disangka, sang suami lebih dahulu menyadari keberadaan Nelson. Padahal, sejak awal Esme sudah curiga, tetapi belum sanggup membicarakannya.“I-iya, itu memang Kak Nelson,” ucap Esme setengah berbisik. “Tadi aku melihatnya keluar dari kamar nomor 512.”“Hmm, apakah aku harus menyapanya?" tanya Reinan sambil bertopang dagu. "Atau, kita ajak Kak Nelson makan bersama di sini?”Setelah berkata demikian, Reinan hendak bangkit dari kursi. Namun, Esme menyentuh lengannya secepat kilat, menahan geraknya dengan lembut. “Jangan, Rein."Reinan menoleh, keningnya berkerut bingung. “Kenapa?”“Sebaiknya jangan sekarang. Kelihatannya Kak Nelson sibuk bersama temannya,” jawab Esme pelan, menahan desakan rasa tak nyaman di hatinya. “Kita nggak boleh ganggu. Lagi pula, kita sedang menyamar, ingat?”"Iya juga, ya. Nanti saja aku sapa Kak Nelson," balas Reinan menyandarkan punggung ke kursi.Tak ingin Reinan terlalu lama memperhatikan kakaknya, Esme menyodorka

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Hampir Ketahuan

    Walaupun Esme telah memejamkan mata selama beberapa menit, rasa kantuk tak kunjung datang. Ia mengatur napas perlahan, berharap suara detak jam atau desiran lembut pendingin ruangan bisa menenangkan pikirannya. Akan tetapi, kenyataan justru berbanding terbalik. Bukan lagi bayang-bayang Bella atau sosok Nelson yang mengusik, melainkan ada sesuatu yang jauh lebih dalam, lebih sunyi, dan lebih menyayat.Hatinya gelisah.Barangkali karena aroma seprai hotel yang terlalu bersih, atau mungkin karena kenangan pahit yang tiba-tiba menyeruak.Ini bukan pertama kalinya Esme menginap di hotel. Namun inilah kali pertama ia menapakkan kaki di sebuah kamar hotel, setelah malam kelam itu. Dan, meski Reinan ada di sisinya, rasa tak nyaman itu kembali menjalar. Membuat punggung Esme mulai menggigil, seperti diselimuti hawa dingin.Sebelum trauma itu kian menguat, Esme memilih untuk mengalihkan perhatian. Mungkin, berbincang dengan Reinan bisa sedikit menenangkan hatinya.Tak lama berselang, Esme memb

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Misi Penyamaran

    Mobil berhenti perlahan di area parkir bawah tanah Hotel Artemis, mengikuti arahan dari petugas hotel. Mesin dimatikan, dan suasana menjadi sedikit hening. Hanya terdengar desau samar kendaraan lain yang melintas di kejauhan.Tanpa berkata apa-apa, Reinan meraih tas hitam yang disimpan di kursi belakang. Gerakannya cepat dan terkontrol. Ia membuka resleting tas itu dan mengeluarkan dua benda: sepasang kacamata berbingkai tebal dan masker biru muda. Dengan raut wajah serius, ia menyodorkannya pada Esme. “Pakai ini sebelum kita masuk,” ucapnya singkat.Esme mengerutkan kening heran. Ia menatap kacamata di tangannya, lalu melirik Reinan dengan bingung.“Untuk apa ini, Rein?” Reinan mendekat, suaranya diturunkan sedikit, seolah sedang membisikkan rahasia penting. “Penyamaran. Mama bilang aku nggak boleh tampil di tempat ramai. Bahaya kalau ada yang tahu aku Reinan Gunadi. Nanti aku bisa diculik oleh kelompok mafia internasional,” ujarnya penuh keyakinan.Esme menahan tawa yang menggelit

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Nama Lain yang Terukir di Hatimu

    Esme baru saja keluar dari kamar mandi, segar dalam balutan gaun biru laut yang jatuh mengikuti lekuk tubuhnya. Gaun tersebut membuat warna kulitnya tampak semakin cerah, menyatu dengan kilau cahaya matahari yang masuk dari jendela.Saat melangkah ke dalam kamar, Esme melihat Reinan sedang duduk di sofa dengan raut serius. Pria itu sudah berganti baju dengan kemeja biru tua yang dimasukkan ke dalam celana panjang."Ayo, kita sarapan dulu. Aku sudah kelaparan," kata Reinan langsung berdiri dan tersenyum lebar.Tanpa menunda lagi, Reinan menarik lengan Esme untuk mengikutinya. Namun, baru beberapa langkah meninggalkan kamar, gadis itu terbelalak kagum. Apartemen milik Reinan ternyata sangat luas, bernuansa hangat dengan lantai kayu yang mengilat.Jendela besar membingkai pemandangan kota yang masih berkabut. Dekorasinya elegan, penuh dengan sentuhan maskulin. Esme berpikir, mungkin Reinan sendiri yang menata setiap ruangan di apartemennya, sebelum ia mengalami kecelakaan.Ketika mereka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status