Share

Undangan Tak Biasa

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2025-07-21 19:37:03

Usai menimbang-nimbang berbagai kemungkinan, Reinan memutuskan untuk mematikan ponsel Esme. Jika ia menjawab, risikonya bukan sekadar membuka percakapan biasa, tetapi bisa membuka celah. Celah yang akan menguak topeng yang susah payah ia bangun, di hadapan manusia licik seperti Wina.

“Maaf, Esme… Aku nggak ingin kamu terganggu,” gumam Reinan lembut. Jemarinya mematikan ponsel dan meletakkannya kembali di atas nakas.

Seketika, suasana kamar menjadi tenang kembali. Reinan naik ke tempat tidur dan berbaring dengan posisi telentang. Hanya dalam hitungan menit, ia mulai terbuai oleh rasa kantuk.

Di sisi lain, Esme tertidur nyenyak di samping Reinan, tanpa tahu bahwa sang suami telah membuat keputusan kecil demi kenyamanannya.

Pagi menjelang tanpa ketergesaan. Merasa cukup mengistirahatkan jiwa dan raga, Esme perlahan membuka kelopak mata.

Pandangannya langsung tertumbuk pada Reinan yang masih tertidur. Deru napasnya teratur dan wajahnya tenang, seolah dunia ini tak pernah menyakitinya.

Sen
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rina Damayanti
polosnya Esme....gimana nanti kalo tau sebenernya reinan ga seperti "itu" ya....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Segera Kembali, Isabella!

    Di atas ranjang empuk berlapis seprai sutra, Vera menggeliat seperti kucing yang baru bangun dari tidur panjang. Setelah sekian lama, ia dapat beristirahat tanpa gangguan, tanpa omelan Nelson dan tanpa komando untuk tidur di sofa. Dia tidak harus melihat wajah masam sang suami, yang lebih sering mengintimidasi ketimbang mencintai.Hari ini, dunia terasa miliknya. Nelson masih di luar kota, dan tidak ada satu pun yang bisa menghalangi langkahnya. Wajah Vera merekah dengan senyum penuh kepuasan. Ia mengingat kembali kejadian kemarin—bagaimana Esme mabuk berat karena minuman yang secara ‘tidak sengaja’ ditawarkan oleh Chika dan Lisya. Ah, kemenangan kecil yang terasa manis! Dia berencana merayakannya sepanjang hari ini.Kalung berlian sudah terbayang melingkari lehernya. Rambut akan ia gulung tinggi dengan jepitan bunga kristal. Dan, ia akan pergi bersama teman-temannya, menghabiskan hari penuh tawa, belanja, dan mungkin sedikit bergosip di rooftop kafe yang sedang hits.Dengan semanga

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Jatuh Cinta Padaku

    Sinar pagi menelusup di balik tirai putih yang setengah terbuka.Esme terbangun perlahan, kepalanya berat seolah baru dihantam kenyataan pahit. Ia meringis sambil memegangi pelipisnya yang berdenyut. Kelopak matanya mengerjap, mencoba mengenali sekitar. Langit-langit ruangan itu tampak asing. Begitu pula dengan dinding kamar, ranjang, dan seprai tempat ia berbaring. Jelas ini bukan kamar di paviliun, yang biasa ia tempati bersama Reinan. “Di mana aku?” bisik Esme, kebingungan.Dengan tubuh lemah, Esme menoleh ke kanan dan kiri. Ketika matanya jatuh ke arah tubuhnya sendiri, rasa takut dan panik segera menyerbu. Ia telah berganti pakaian, dengan piyama putih longgar yang jelas bukan miliknya. Itu ukuran pria, dan aroma wanginya sangat maskulin. Jantung Esme seketika berdetak lebih cepat. Ia menarik selimut hingga ke dagu, menutupi tubuhnya seolah itu bisa menghapus kenyataan. Seseorang telah mengganti bajunya saat ia tidak sadar. Seseorang telah melihat dirinya tanpa perisai, tanp

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Rela Menjadi Bodoh Demi Dirimu

    Tanpa berkata apa-apa, Reinan segera menarik selimut dan menutupi tubuh Esme kembali. Ia pun menjauh dari ranjang sambil menarik napas dalam-dalam. Esme masih meracau, tangis lirihnya menggema, diselingi gumaman ketakutan“Jangan…jangan paksa aku.”Mendengar itu, Reinan mengepalkan tangan di sisi tubuh. Kini, ia mulai mengerti bahwa istrinya menyimpan luka yang tak pernah terucap. Luka yang mungkin tak bisa sembuh hanya dengan cinta, tetapi butuh waktu dan penerimaan.“Aku tidak akan menyakitimu lagi, Esme,” gumamnya lirih. Suara Reinan hampir tenggelam dalam bunyi detik jam di dinding.Untuk beberapa saat, Reinan hanya berdiri terpaku di sisi ranjang, menatap tubuh mungil istrinya yang masih menggeliat dalam mimpi buruk. Gadis itu tampak begitu rapuh. Meski mata Esme terpejam, kelopak matanya tampak bergetar dan dari sudut-sudutnya mengalir air mata yang tak mampu ia tahan. Reinan mengusap rambutnya sendiri dengan frustasi. Ia tidak bisa membiarkan Esme terus tertidur dengan pakai

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Kau adalah Dia

    Esme terlelap dalam pelukan pria yang menolongnya, sementara mobil yang membawa mereka melaju perlahan menembus dinginnya malam. Di kursi depan, Kailash menggenggam kemudi dengan tenang. Matanya sesekali melirik ke spion tengah, memandangi Reinan yang mendekap Esme seakan menjaga kristal yang mudah pecah. Mobil berhenti di depan apartemen Reinan yang bergaya modern. Sebelum menghentikan mobilnya, Kailash menoleh.“Tuan Muda, Anda yakin ingin membawa Nyonya Muda ke sini?”Reinan menatap wajah Esme yang pucat sembari menghela napas. “Ya. Jika kita pulang ke mansion, akan muncul banyak spekulasi dari para pelayan. Kabar itu pasti sampai ke telinga Mama.”“Baiklah, kalau itu keputusan Anda,” ucap Kailash mengangguk mengerti.Tak lama berselang, Kailash memarkirkan mobil di area khusus penghuni apartemen. Usai mematikan mesin, pria itu keluar dari kursi kemudi dan membuka pintu belakang. Reinan turun lebih dulu, lalu dengan hati-hati menarik tubuh Esme yang lunglai ke pelukannya. Saat itu

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Bawa Aku Pergi

    Suasana di dalam Prime Steak House & Bar semakin ramai menjelang jam makan malam.Vera yang kembali duduk di samping Esme, mengulurkan tangan untuk mengambil minumannya sendiri. Ia mendekatkan gelas itu ke wajah, lalu pura-pura terkejut.“Kau minum ini, Esme?” tanyanya, menunjuk cairan merah keunguan yang masih menyisakan embun dingin. “Velvet Dawn?”Esme menoleh, matanya sedikit kabur, tetapi ia berusaha fokus. “Iya, Kak.”Mendengar jawaban itu, Vera membelalak dramatis sambil menatap Chika dan Lisya di seberangnya. “Chika, Lisya, kenapa kalian memesan Velvet Dawn? Kadar alkoholnya cukup tinggi, bisa berbahaya bagi Esme.”Chika mengangkat tangan dengan ekspresi bersalah yang dibuat-buat. “Maaf, Ver. Kupikir Velvet Dawn adalah minuman signature resto ini.”Lisya menambahkan dengan nada setengah mengejek, “Kami tidak menyangka adik iparmu ini belum pernah mencicipi rasa alkohol.”Esme tersentak. Kepalanya semakin berat. Suara orang-orang terasa seperti gema jauh yang datang dan pergi.

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Perangkap di Balik Minuman

    Sepanjang perjalanan menuju restoran, suasana di dalam mobil tampak hangat, setidaknya di permukaan. Dengan nada lembut yang menyerupai perhatian seorang kakak, Vera mulai menceritakan kebiasaan makan Reinan.“Dia suka steak medium rare pakai saus jamur,” tuturnya manis. “Juga sup labu, dan roti panggang keju untuk sarapan.”Ada nada halus bernuansa peringatan yang menyelip, ketika ia menambahkan, “Tapi usahakan jangan biarkan dia makan yang terlalu manis atau berlemak. Reinan itu keras kepala. Harus ada yang mengingatkan.”Esme mengangguk sopan, mencoba mengingat semua yang dikatakan Vera. Sekilas, ia merasa disentuh oleh perhatian sang kakak ipar.Mungkin, ini adalah upaya Vera membuka lembaran baru. Siapa tahu, sikap keras dan dingin yang diperlihatkan Vera dulu, hanya bentuk dari rasa sayang yang tak terungkap.Ketika mobil mulai memasuki kawasan kuliner di pinggir kota, keraguan perlahan menyelinap di hati Esme. Matanya menatap keluar, menelusuri nama-nama yang tertera di setiap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status