Share

BAB 4

Author: KN_Author
last update Huling Na-update: 2023-02-03 17:40:32

Apa Yuda memang sengaja?

Mungkin itu suruhan dari Bu Halimah. Dan Yuda menikahinya lagi-lagi karena untuk membuat orang-orang percaya kalau Dinar telah berselingkuh.

Jadi orang-orang akan percaya kalau Danu dan Sania tidak salah menikah.

Pikiran buruk demi pikiran buruk melintas di kepala Dinar. Rasa sakit kian menumpuk di hatinya.

Pintu kamar terbuka setelah lebih dari dua jam ia terdiam setelah puas menangis.

"Kenapa kamu nangis, Nak?" tanya Bu Tiara.

"Gak apa-apa, Bu," balas Dinar lemah

Tanpa banyak bertanya lagi, sang ibu memperlihatkan sesuatu padanya.

"Ini daftar belanjaan yang habis di dapur. Kasih tahu suami kamu ya? Usahakan biar bisa di beli."

Dinar melihat list bahan dapur itu.

"Banyak sekali, Bu? Ini mas Yuda semua yang harus beli?"

Gila sih ini. Mana mungkin Yuda punya uang sebanyak ini, pikir Dinar.

"Iya. Usahakan ya."

Sang ibu beranjak pergi tanpa perduli perasaan putrinya itu.

Kekalutan makin kental ia rasakan. Dinar rasanya mau pingsan saja.

****

"Assalamualaikum"

"Kumsalam!"

"Gak ikhlas banget jawab salamnya," gerutu Yuda lalu berjalan masuk ke kamar Dinar.

Dinar masih duduk dengan tatapan kosong melihat betapa hancur masa depannya.

"Kesambet?" tanya Yuda lalu duduk di sisi Dinar.

Dinar melemparkan daftar belanjaan yang diberikan ibunya tadi pada Yuda.

Yuda melihat semua list belanjaan itu.

"Bisa di usir kita nih," gumam Dinar lemah.

"Kenapa?" tanya Yuda tidak paham.

"Gimana kita beli semua belanjaan itu?" keluh Dinar lagi-lagi dirinya hendak menangis.

Ternyata menikah tidak menikah sama saja. Memang mereka akan tetap di usir. Secara tidak langsung ibunya ingin ia pergi dari rumah ini dengan memberikan list belanjaan sebanyak itu. Padahal ibunya tau kalau suaminya tidak punya banyak uang.

"Ini? Gampang, Dinar. Tinggal ke toko, kasih catetan, bayar."

Bugh!

Lemparan bantal tak terelakan mengenai wajah Yuda. Dinar menatap suaminya itu geram.

"Aduh, Dinar. Saya salah apa?" keluhnya dengan wajah meringis.

Lemparan istrinya ini tidak main-main kuatnya. Mana itu bantal kena tepat di hidung mancungnya. Untung saja tidak sampai mengurangi ketampanan di wajahnya ini.

"Mas tuh gak paham, ya? Mas cuma ngomong aja. Dinar capek kayak gini! Capek!"

Beh!

Khas ngomel ala emak-emak mulai terasa dari diri Dinar

"Cuap-cuap. Jangan marah-marah," bujuk Yuda sambil menyenyir. Tangannya kemudian meraih sesuatu dari dalam tas.

Ia mengeluarkan lembaran warna merah dari tasnya. "Nah, ini buat kamu," ujarnya memberikan tumpukan uang itu ke tangan Dinar.

"Cukup gak?" tanyanya.

Sementara Dinar malah terdiam dengan tangan gemetar melihat benda di tangannya.

Kedua belah tangannya memegang uang itu seolah beratnya mencapai puluhan kilo. Matanya tidak bisa mengedip saking kagetnya.

"Apa ini?" tanyanya kayak orang bodoh.

"Uang," balas Yuda menurun naikkan alisnya.

"Mas nyolong di mana?" tuduh Dinar dengan wajah takut.

Belum selesai satu masalah, satu masalah datang lagi. Dapat nyolong dari mana Yuda sampai punya uang sebanyak ini.

"Astaghfirullah! Dinar! Kamu nuduh saya nyolong? Itu uang saya buat nafkahin kamu," ujar Yuda kaget dengan ucapan sang istri.

"Tapi? Ini banyak banget, Mas."

"Kebanyakan ya? Saya pikir malah gak cukup," balas Yuda manggut-manggut.

"I-ini uang beneran punya, Mas?" tanya Dinar lagi-lagi mastikan.

"Ya kalau uang orang, di marahin orang saya kasih itu ke kamu. Itu pokoknya uang bulanan kamu."

Dinar ternganga mendengar ucapan bulanan. Berati bulan depan akan ada tumpukan uang ini lagi.

Mau sih, tapi. . . .

"Nah kalau ini kasih ke ibu. Jangan kamulah yang beli. Ibu aja."

Lagi-lagi tumpukkan uang di serahkan Yuda padanya. Uang dalam jumlah yang tidak sedikit bagi Dinar.

"Mas???"

Rasanya pandangan Dinar mengabur. Kamar terasa berputar hingga ia tidak dapat melihat apa-apa lagi.

"Astaghfirullah!"

"Dinar?"

"Sadar! Kamu masih hidup?"

****

Dinar menghitung ulang uang yang tadi ia terima dari Yuda.

Uang yang Yuda bilang untuk dirinya.

Ia menyusun lembaran uang itu sepuluh-sepuluh. Hingga tertumpuk 5 tumpukkan kertas merah itu

"Subhanallah! 5 juta," lirih Dinar lalu melirik Yuda yang masih tertidur di lantai sana.

Untuk mempunyai uang 5 juta bukan hal mudah untuk Dinar. Bahkan perlu 5 bulan saat bekerja, baru bisa punya uang sebanyak ini. Itu juga, ia tidak boleh memakai uang itu sepeserpun.

Ia kemudian menghitung lagi uang yang di khususkan untuk biaya rumah

"Ya Allah! Ada 3 juta!" pekiknya pelan.

Tukang parkir mana yang punya uang sebanyak ini????

"Ini mah lebih besar dari pemberian bapak buat ibu," gumamnya seorang diri.

Tukang parkir macam apa Yuda?!

****

"Makanan gak cukup lagi buat semua orang."

Saat Dinar dan Yuda ke meja makan. Suara ibu langsung menggemelatuk masuk ketelinga keduanya.

"Ya udah. Kami makan di luar aja," balas Dinar dengan senyuman lebar.

"Oh, iya. Ini, Bu. Buat dapur. Dari Mas Yuda."

Dengan bangganya Dinar memberikan uang itu dengan cara melebarkan tumpukkannya hingga seperti kipas.

Ia letakkan di atas meja lalu menatap Sania dengan senyuman sangat lebar seolah berkata "duit tuh! Banyak! Lo bisa kasih sebanyak ini?!"

Sekali-kali menyombongkan diri tidak masalah kan???

Hitung-hitung melampiaskan kekesalannya.

"Ayo, Mas Yuda Sayang. Kita sarapan di luar aja."

****

Yuda memperhatikan istrinya yang kini makan dengan lahap. Rumah makan yang lumayan jauh dari tempat tinggal mereka agar tidak bertemu orang-orang yang sudah menelan bulat gosip murahan itu.

"Ternyata benar ya? Kalau Abang punya uang Abang di sayang. Kalau gak punya uang, Abang di tendang," sindir Yuda yang melihat perubahan hati istrinya pagi ini.

Dinar mendongak seraya mendengar ucapan Yuda. "Ah, gak gitu kok," balasnya sambil cengar-cengir tidak enak.

Apalagi tadi saat memanggil Yuda sayang di hadapan orang tuanya. Spontan saja padahal.

"Gak apa. Saya paham kok. Udah puaskan kamu dihadapan sodara kamu itu?"

Dinar mengangguk dengan semangat. "Tapi itu uang yang mas kasih beneran buat Dinar?" tanyanya lagi mengulang.

"Iya. Itu nafkah kamu sebagai istri saya."

"Tapi, itu uang punya, Mas?" Lagi-lagi ia mengulang.

"Iya, Dinar. Kenapa sesulit itu kamu percaya?"

Mungkin siapapun akan sama sepertinya, sulit mempercayai lelaki seperti Yuda memiliki uang yang terbilang banyak untuk memenuhi nafkah istrinya.

"Apa jangan-jangan sebenarnya mas ini pengusaha sukses yang nyamar jadi tukang parkir?" tebak Dinar teringat novel-novel yang dulu pernah ia baca.

Mungkin saja mas Yuda pengusaha sukses yang nyaman jadi orang miskin karena satu dua alasan!

"Ngaco kamu. Saya itu kerja, Dinar. Saya kerja jadi tukang parkir."

"Tapi, Mas!" Dinar masih tidak bisa percaya. "Kok bisa?"

"Ya bisalah. Kalau kerja, otomatis punya uang. Saya gini-gini bukan pengangguran."

Dinar menatap Yuda lekat. Mungkin Yuda menyembunyikan identitasnya sebagai orang kaya? Sungguh sulit dipercaya Yuda dapat memberi dirinya uang bulanan dalam jumlah yang tidak sedikit. Padahal ia hanya tukang parkir.

Bersambung. . . .

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (5)
goodnovel comment avatar
Darmah Darmah
iyaa cerita sebelmnya panjang kali. mngurangi teks cerita selanjutnya
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
ciyeee Dinar dpt nafkah bulanan 5 juta tuh dari suami mu Yudha padahal kan tukang parkir ya dinar
goodnovel comment avatar
welleh29
menarik cerita na tpi jangan kepanjangan cerita sebelum na diulang. jadi buat malas baca
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa    Season 2 BAB 65 TAMAT

    “Jaga diri kamu,” ujar Daneen. “Jangan sampai kenapa-napa di sana.”Fahrian tersenyum lebar sembari mengangguk. Dirinya mendapat restu setelah bicara baik-baik dengan Yuda. Jika ia akan kembali setelah bertaruh nasib di negri orang. Bahwa dirinya, akan mengusahakan kehidupan yang lebih baik untuk Daneen.“Ini memang tidak berharga. Tapi hanya ini yang aku punya untuk mengikat kamu.”Fahrian memberikan sebuah cincin perak putih. Namun tak berani menyematkannya di jemari Daneen. Takut jika mungkin Daneen tidak suka dengan pemberiannya.Tapi mengerti dengan ketakutan Fahrian, Daneen mengambil cincin itu dan menyematkannya di jemarinya. “Aku janji ini tidak akan hilang sampai kamu pulang.”****Sementara di lantai atas, sepasang suami istri memandangi dua insan yang akan berpisah itu. “Aku sedih, Mas. Kenapa gak di kasih kerjaan di sini aja? Mas punya banyak cabang usaha.”“Itu Namanya perjuangan. Biarkan dia memandang anak kit aitu mahal dan berharga. Agar dia tidak menyia-nyiakannya. B

  • Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa    Season 2 BAB 64

    Yuda sedang kesal dengan Dinar karena perbedaan pendapat mereka. Apalagi Dinar kuekeh dengan keinginannya bertemu dengan pacar Daneen yang pernah bertemu dengannya. Walau Daneen tidak mengaku, tapi ia yakin itu adalah pacar Daneen.Ia tidak suka.Putrinya tidak mungkin bersama laki-laki seperti itu. Culun, lemah, dan cuma tukang ngepel di sekolah. Mau jadi apa anaknya di nikahkan dengan laki-laki tanpa masa depan begitu. Apalagi mengingat laki-laki itulah yang memukul Daneen di malamsepi itu.Meski sih dalam tekanan dan ancaman. Tapi masa di ancam begitu langsung memukuli perempuan. Di lawan dulu atau gimana lah. Masa diam aja. Pengecut.Tapi biarpun sudah 1001 cerita ketidak sukaan dirinya dengan lelaki itu, masih saja Dinar memberikan pembelaan. Dari yang masuk akal, sampai yang penting di bela, masa bodo gak masuk logika.Dinar bilang seorang laki-laki memang mengutamakan ibunya. Dan salah bila menyudutkan pacar Daneen itu hanya karena ia tak berani melawan. Semua orang punya level

  • Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa    Season 2 BAB 63

    Liburan yang di harapkan bisa membuat mereka tenang dan senang justru malah menjadi kejadian paling menyebalkan untuk Satria. Ia juga harus membawa pulang bekas pukulan di sudut bibirnya hasil pukul balas dari Aji. Tapi bisa di bilang juga Satria dan Ana puas dengan bulan madu mereka ini. Setidaknya ada beberapa moment mereka habiskan Bersama. Juga pengutaraan rasa cinta mereka. Sebelum menemui Ana kemarin, setelah masalah di selesaikan secara damai, Satria sempat menasehati Aji untuk berhenti mendekati istrinya, dan jangan membuat konten tidak mutu seperti prank-prank-an lagi. Lebih baik cari kerjaan tetap, sembari mengerjakan hobi membuat konten, tapi konten yang bermanfaat. Ana turun dari mobil mendahului Satria. Pastinya sudah tidak sabar menemui anak mereka yang tercinta. Ini kali pertama Tasya mereka tinggalkan berhari-hari. Ia menyusul Ana yang sudah duduk di samping Syafira. Ibu dari Ana itu tampak sibuk merajut. Entah apa yang mau di buatnya dari hasil rajutan itu. “Mana

  • Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa    Season 2 BAB 62

    Udara segar berembus menerpa kulit Ana. Secara alami ia tersenyum merasakan betapa nyaman lingkungan seperti ini. Bebas dari kebisingan dan polusi.“Ana?”Me timenya serasa terganggu begitu melihat seseorang di sampingnya. Entah kenapa Ana jadi merasa harus menoleh ke kamarnya. Dan ia jadi lega melihat sang suami yang masih tertidur.“Aku mau minta maaf dan berterima kasih sekali lagi sama kamu.”Ana mengangguk kecil. Ia mengerti Aji tak bermaksud jahat. Cuma tetap saja yang kemarin itu sangat tidak sopan dan mengganggu.Untungnya Satria mau menyelesaikannya dengan memaafkan Aji dan teman-temannya.“Aku, gak nyangka,” ujarnya dengan terjeda. Seolah yakin atau tidak untuk bicara.“Nyangka apa?”“Kalau berita kamu udah nikah itu bener.”Setelah lulus, inilah kali pertama mereka bertemu lagi. Banyak kabar yang sempat bersimpang siur tentang pernikahan Ana dari para teman-temannya. Terutama tentang Ana yang menikah dengan laki-laki seumuran dengan orang tuanya.“Iya. Aku udah nikah. Malah

  • Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa    Season 2 BAB 61

    Dinar hendak beranjak dari tempatnya melihat seseorang yang diam-diam di rindukannya selama ini. Namun tangan Yuda menahannya. Dinar mendongak dengan tatapan memohon pada Yuda.“Diam di sini. Di mana-mana yang nengokin orang sakit yang mendekat. Bukannya kamu yang turun dari tempat tidur.”Mendengar perkataan Yuda, Daneen menghela nafas sembari mengarahkan tantenya Sania untuk mendekati bangsal Dinar.Sania memilih ujung bajunya. Tampak sangat ragu dan kikuk berdiri di samping sang kakak. Otaknya bekerja keras menyatukan kata apa untuk menyapa atau sekedar membuka pembicaraan.“Mbak?”Sania tertegun dengan pelukan erat Dinar. Butuh beberapa saat untuk dirinya merespon pelukan itu.“Maafin Mbak, Sania. Maaf,” lirih Dinar.Sania melepaskan pelukan kakaknya. “Jangan meminta maaf, Mbak. Gimanapun Mbak gak salah. Harusnya bahkan aku yang bilang maaf dan terima kasih.”Dinar menggeleng. “Mbak rasanya udah jahat banget sama kamu. Pura-pura gak peduli. Bahkan gak mau tau gimana kehidupan kamu

  • Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa    Season 2 BAB 60

    Yuda memicingkan matanya seolah mencoba mempediksi apa yang sedang di pikirkan putrinya.“Kita balik lagi ke Rumah sakit, Pa?” tanya Daneen tampak mencoba menghindari sesuatu.Seolah dia bisa tau kalau akan di tanyai masalah yang tadi.“Ya,” balas Yuda singkat.“Dia itu, bukan pacarmukan?” tanya Yuda tidak tahan untuk tidak bertanya.“Dia siapa?” tanya Daneen balik tampak tidak paham.Papanya mendecak . “Gak usah pura-pura gak ngerti. Papa tau loh ekspresi kamu kalau lagi suka sesuatu.”“Papa ngomong apa sih?”“Kerja di mana dia? Terus gimana bisa dia mukul kamu?”“Kenapa bahas dia sih, Pa? Kita fokus mikirin mama aja.”****Bagi Yuda, Daneen sedang menghindari pertanyaannya seputar laki-laki yang di lindunginya tadi. Yang pada akhirnya Yuda lepaskan karena permintaan putrinya. Tapi tentu saja Yuda masih merasa ingin tau. Ralat, ia perlu tau dan sungguh harus tau tentang laki-laki itu.Cuma Daneen cukup keras kepala untuk tidak mau membicarakan pria itu. Greget juga waktu Yuda terpaks

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status