Share

BAB 3

Penulis: KN_Author
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-03 17:38:25

cuplikan:

Dinar berbaring di atas tempat tidur. Hatinya masih sakit dan kini hadir pula perasaan risau setelah mengambil keputusan menikah dengan Yuda. Lelaki yang tidak ia kenal.

Betapa bodoh ia. Kenapa kemarin menerima begitu saja tawaran Yuda tanpa berfikir ulang lagi.

Dinar baru menyadari kegilaannya ini setelah semua sudah terjadi.

Mungkinkah rasa sakit yang ia terima membuat otaknya jadi berfikiran pendek?

Tapi kalau tidak menikah dengan Yuda, mungkin ia sudah di usir dari rumah ini sekarang.

"Belum tidur?"

Yuda muncul di balik pintu kamar. Ia sudah bertukar pakaian dengan kaos lusuh dan celana pendek.

"Belum," balas Dinar pendek.

Lelaki itu kemudian mengambil tempat di lantai samping ranjang lalu menggelar sarung yang ia gunakan untuk sholat tadi.

Tanpa banyak bicara ia berbaring menghadap ke atas.

"Kok gak pakai bantal?" tanya Dinar yang tadi sudah menyiapkan tikar dan bantal untuk Yuda.

"Gak apa. Saya biasa kayak gini," balas Yuda.

Dinar menggeleng. Ia mengambil bantal dan selimut tebal yang masih ada satu lagi di dalam lemari.

"Nanti kamu sakit," kata Dinar sambil memberikan bantal dan selimut pada pria itu.

Yuda tersenyum. "Terima kasih perhatiannya," katanya.

Dinar mencebikan bibir dengan respon berlebihan Yuda. Dirinya melakukan itu padahal hanya karena kasihan saja.

****

Hari ini meja makan penuh karena bertambahnya dua personil keluarga.

Dua setengahlah sama bayi di dalam perut Sania yang kini tengah di manja dengan susu ibu hamil dan buah-buahan

"Dinar, kamu sama Yuda makanya nasi sama tahu tempe aja ya? Ayam goreng buat Danu sama Sania. Mereka harus kerja. Juga, anak Sania perlu nutrisi," ujar ibunya sambil menyerahkan sepiring tempe dan tahu serta nasi yang sudah di bagi-bagi.

Mulai terasa kesenjangan sosial di rumah ini.

Dinar hendak proses lagi-lagi karena tidak terima dengan ketidak adilan ini. Tapi Yuda, lelaki itu dengan cepat menahannya.

"Baik, Bu. Makasih sudah di buatkan sarapan," ujarnya dengan sopan.

Dinar melirik sinis Yuda yang hanya membalas dengan senyuman simpul.

Sementara Sania tersenyum penuh kemenangan.

Datanglah Danu yang pakaiannya sama-sama coklat seperti Sania. Mereka sepertinya mulai bekerja hari ini. Seragam yang sangat di agung-agungkan keluarga besarnya.

"Ini, Bu. Karena tinggal di sini, Danu akan usahakan kasih uang buat dapur tiap bulan." Lelaki itu memberikan sebuah amplop putih pada ibu mertuanya.

"Gak perlu, Danu. Kamu tabung buat lahiran Sania aja," tolak beliau.

Ibu Tiara mengembalikan amplop itu. Tapi kemudian memandang Dinar dan Yuda bergantian.

"Tapi, Yuda. Kamu sama Dinar maukan bantu buat memenuhi kebutuhan dapur?" tanya Bu Tiara.

"Mau, Bu. Nanti Yuda akan usahakan supaya bisa membantu," ujarnya lagi-lagi tanpa masalah sedikitpun.

Tapi lain dengan Dinar yang sudah tidak tahan. "Kalau gitu Mas Danu juga harus kasih! Gak adil kalau cuma Mas Yuda!" ucap Dinar.

"Mas Danu mau kasih kok! Tapi ibu melarang karena kami harus fokus sama anak kami," balas Sania.

"Anak haram kalian itu?!"

"Dinar!"

"Mbak!"

"Dinar!"

Ibunya, Sania dan Yuda menegur bersamaan.

Kalau ibunya dan Sania, ia paham kalau di tegur. Tapi ini si Yuda entah kenapa malah ikut-ikutan.

"Minta maaf," desis Yuda menatapnya dingin.

Dinar membalas dengan tatapan sengit.

"Minta maaf, Dinar," titah Yuda lagi.

"Ck! Maaf!"

Selera makannya serasa memudar. Apalagi mengingat yang di makan cuma nasi dan tempe tahu.

Dinar beranjak pergi membawa rasa kesalnya.

Harusnya Yuda membela dirinya. Tapi pria itu malah sama saja. Menyesal rasanya menerima tawaran menikah dengan pria itu.

Yuda ingkar janji padanya!

"Tidak baik mengatakan janin yang suci sebagai anak haram, Dinar."

Suara Yuda terdengar dari ambang pintu.

Pria itu masuk mendekati Dinar.

"Jangan begitu lagi. Kalau kamu benci orang tuanya, maka benci saja. Jangan bawa anaknya," ujar Yuda memberi pengertian.

Dinar menatap pria itu dengan wajah menekuk. Ia masih kesal walau apa yang dikatakan Yuda tiba-tiba membuka kesadaran Dinar datang. Ia juga jadi menyesal telah berkata begitu.

Anak itu mungkin kalau lahir nanti di tanya, dia juga tidak mau lahir dengan kondisi seperti itu.

Yuda menghela nafas. "Kita sarapan di luar saja ya?" ajaknya.

Dinar menggeleng.

"Kamu marah?"

Ia kembali menggeleng.

"Saya minta maaf deh kalau begitu."

Kali ini Dinar terdiam.

"Kita sarapan nasi kuning di depan pertigaan sana mau?" Yuda lagi. "Pakai ayam balado enak loh. Boleh doble deh lauknya. Biar puas," bujuknya bertubi-tubi.

Nasi kuning pakai lauk ayam. Lama juga tidak makan itu.

Karena berhemat untuk acara pernikahan sialan ini, membuat Dinar berfikir ulang untuk membeli makanan sesederhana nasi kuning.

"Mas ada uang?" tanya Dinar takut dirinya malah harus membayar.

Bukan apa-apa. Uang tabungannya menipis sekali setelah acara pernikahan sialan itu. Dan bahkan tidak di kembalikan sedikitpun.

Tabungannya ikut terkuras karena uang mahar Danu tidak mencukupi. Padahal keinginan keluarganya sangat tinggi untuk membuat pernikahan sempurna.

"Iya. Mas bayar. Tenang," balas Yuda ringan.

Akhirnya ia mengangguk.

****

"Oh jadi bener kamu nikah sama kakaknya Danu?"

Niatnya mau sarapan tenang, hitung-hitung pendekatan siapa tau mereka bisa saling menguatkan. Eh malah bertemu genk emak-emak mulut runcing.

"Iya, Bu," balas Dinar malas

"Ih. Kamu jahat kayak gitu, Dinar," ucap salah satu dari mereka.

"Iya bener. Kasian Danu."

"Untung ada Sania."

Ibu-ibu itu bersahutan mengomentari sesuatu yang hanya keluar dari kabar burung.

Benar-benar sukses Bu Halimah mengarang cerita. Kalau jadi penulis, pasti langsung best seller karena ceritanya mampu mempengaruhi orang satu kampung.

Cepat-cepat Yuda mengelus tangan Dinar yang mulai mengepal tanda gadis itu marah besar karena tidak terima.

"Dinar melakukan itu demi masa depan yang lebih baik, Bu," balas Yuda dengan pedenya.

"Baik apanya? Situ cuma tukang parkir," celetuk salah satu ibu-ibu itu lalu di susul tawa dari teman-temannya.

"Tukang parkir gak selamanya bermasa depan suram, Bu," balas Yuda

"Iya gak suram. Lebih tepatnya ancur."

Lagi-lagi celetukan itu di sambut tawa.

Dinar sudah tidak mampu diam. Ia menatap Yuda dengan mata berkaca-kaca.

Sebelum Dinar mengeluarkan emosinya, Yuda dengan cepat berkata, "Kita pulang ya?" ajaknya.

****

Dinar membenamkan wajahnya di bantal. Menumpahkan tangis karena ucapan menyakitkan yang ia dengar barusan.

Ia seorang diri di kamar. Yuda bahkan tidak terlihat. Dia pergi dengan motor bututnya setelah mengantar Dinar yang sedih ke rumahnya.

Ia kesal pada Yuda. Kenapa harus berkata demikian. Malah membuat ia semakin di pojokan dan rasanya kata itu malah membenarkan ucapan ibunya.

Apa Yuda memang sengaja?

Mungkin itu suruhan dari Bu Halimah. Dan Yuda menikahinya lagi-lagi karena untuk membuat orang-orang percaya kalau Dinar telah berselingkuh.

Jadi orang-orang akan percaya kalau Danu dan Sania tidak salah menikah.

Pikiran buruk demi pikiran buruk melintas di kepala Dinar. Rasa sakit kian menumpuk di hatinya.

Pintu kamar terbuka setelah lebih dari dua jam ia terdiam setelah puas menangis.

"Kenapa kamu nangis, Nak?" tanya Bu Tiara.

"Gak apa-apa, Bu," balas Dinar lemah

Tanpa banyak bertanya lagi, sang ibu memperlihatkan sesuatu padanya.

"Ini daftar belanjaan yang habis di dapur. Kasih tahu suami kamu ya? Usahakan biar bisa di beli."

Dinar melihat list bahan dapur itu.

"Banyak sekali, Bu? Ini mas Yuda semua yang harus beli?"

Gila sih ini. Mana mungkin Yuda punya uang sebanyak ini, pikir Dinar.

"Iya. Usahakan ya."

Sang ibu beranjak pergi tanpa perduli perasaan putrinya itu.

Kekalutan makin kental ia rasakan. Dinar rasanya mau pingsan saja.

Bersambung. . . .

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Muh Asgham Asgham
ni penulis aneh ni kayaknya
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
ibunya balangsak dan kau dinar manusia paling tolol , mau aja di dholimin tanpa melawan ,
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
keluarga Dinar gila semua gk ada yg waras tuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa    Season 2 BAB 65 TAMAT

    “Jaga diri kamu,” ujar Daneen. “Jangan sampai kenapa-napa di sana.”Fahrian tersenyum lebar sembari mengangguk. Dirinya mendapat restu setelah bicara baik-baik dengan Yuda. Jika ia akan kembali setelah bertaruh nasib di negri orang. Bahwa dirinya, akan mengusahakan kehidupan yang lebih baik untuk Daneen.“Ini memang tidak berharga. Tapi hanya ini yang aku punya untuk mengikat kamu.”Fahrian memberikan sebuah cincin perak putih. Namun tak berani menyematkannya di jemari Daneen. Takut jika mungkin Daneen tidak suka dengan pemberiannya.Tapi mengerti dengan ketakutan Fahrian, Daneen mengambil cincin itu dan menyematkannya di jemarinya. “Aku janji ini tidak akan hilang sampai kamu pulang.”****Sementara di lantai atas, sepasang suami istri memandangi dua insan yang akan berpisah itu. “Aku sedih, Mas. Kenapa gak di kasih kerjaan di sini aja? Mas punya banyak cabang usaha.”“Itu Namanya perjuangan. Biarkan dia memandang anak kit aitu mahal dan berharga. Agar dia tidak menyia-nyiakannya. B

  • Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa    Season 2 BAB 64

    Yuda sedang kesal dengan Dinar karena perbedaan pendapat mereka. Apalagi Dinar kuekeh dengan keinginannya bertemu dengan pacar Daneen yang pernah bertemu dengannya. Walau Daneen tidak mengaku, tapi ia yakin itu adalah pacar Daneen.Ia tidak suka.Putrinya tidak mungkin bersama laki-laki seperti itu. Culun, lemah, dan cuma tukang ngepel di sekolah. Mau jadi apa anaknya di nikahkan dengan laki-laki tanpa masa depan begitu. Apalagi mengingat laki-laki itulah yang memukul Daneen di malamsepi itu.Meski sih dalam tekanan dan ancaman. Tapi masa di ancam begitu langsung memukuli perempuan. Di lawan dulu atau gimana lah. Masa diam aja. Pengecut.Tapi biarpun sudah 1001 cerita ketidak sukaan dirinya dengan lelaki itu, masih saja Dinar memberikan pembelaan. Dari yang masuk akal, sampai yang penting di bela, masa bodo gak masuk logika.Dinar bilang seorang laki-laki memang mengutamakan ibunya. Dan salah bila menyudutkan pacar Daneen itu hanya karena ia tak berani melawan. Semua orang punya level

  • Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa    Season 2 BAB 63

    Liburan yang di harapkan bisa membuat mereka tenang dan senang justru malah menjadi kejadian paling menyebalkan untuk Satria. Ia juga harus membawa pulang bekas pukulan di sudut bibirnya hasil pukul balas dari Aji. Tapi bisa di bilang juga Satria dan Ana puas dengan bulan madu mereka ini. Setidaknya ada beberapa moment mereka habiskan Bersama. Juga pengutaraan rasa cinta mereka. Sebelum menemui Ana kemarin, setelah masalah di selesaikan secara damai, Satria sempat menasehati Aji untuk berhenti mendekati istrinya, dan jangan membuat konten tidak mutu seperti prank-prank-an lagi. Lebih baik cari kerjaan tetap, sembari mengerjakan hobi membuat konten, tapi konten yang bermanfaat. Ana turun dari mobil mendahului Satria. Pastinya sudah tidak sabar menemui anak mereka yang tercinta. Ini kali pertama Tasya mereka tinggalkan berhari-hari. Ia menyusul Ana yang sudah duduk di samping Syafira. Ibu dari Ana itu tampak sibuk merajut. Entah apa yang mau di buatnya dari hasil rajutan itu. “Mana

  • Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa    Season 2 BAB 62

    Udara segar berembus menerpa kulit Ana. Secara alami ia tersenyum merasakan betapa nyaman lingkungan seperti ini. Bebas dari kebisingan dan polusi.“Ana?”Me timenya serasa terganggu begitu melihat seseorang di sampingnya. Entah kenapa Ana jadi merasa harus menoleh ke kamarnya. Dan ia jadi lega melihat sang suami yang masih tertidur.“Aku mau minta maaf dan berterima kasih sekali lagi sama kamu.”Ana mengangguk kecil. Ia mengerti Aji tak bermaksud jahat. Cuma tetap saja yang kemarin itu sangat tidak sopan dan mengganggu.Untungnya Satria mau menyelesaikannya dengan memaafkan Aji dan teman-temannya.“Aku, gak nyangka,” ujarnya dengan terjeda. Seolah yakin atau tidak untuk bicara.“Nyangka apa?”“Kalau berita kamu udah nikah itu bener.”Setelah lulus, inilah kali pertama mereka bertemu lagi. Banyak kabar yang sempat bersimpang siur tentang pernikahan Ana dari para teman-temannya. Terutama tentang Ana yang menikah dengan laki-laki seumuran dengan orang tuanya.“Iya. Aku udah nikah. Malah

  • Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa    Season 2 BAB 61

    Dinar hendak beranjak dari tempatnya melihat seseorang yang diam-diam di rindukannya selama ini. Namun tangan Yuda menahannya. Dinar mendongak dengan tatapan memohon pada Yuda.“Diam di sini. Di mana-mana yang nengokin orang sakit yang mendekat. Bukannya kamu yang turun dari tempat tidur.”Mendengar perkataan Yuda, Daneen menghela nafas sembari mengarahkan tantenya Sania untuk mendekati bangsal Dinar.Sania memilih ujung bajunya. Tampak sangat ragu dan kikuk berdiri di samping sang kakak. Otaknya bekerja keras menyatukan kata apa untuk menyapa atau sekedar membuka pembicaraan.“Mbak?”Sania tertegun dengan pelukan erat Dinar. Butuh beberapa saat untuk dirinya merespon pelukan itu.“Maafin Mbak, Sania. Maaf,” lirih Dinar.Sania melepaskan pelukan kakaknya. “Jangan meminta maaf, Mbak. Gimanapun Mbak gak salah. Harusnya bahkan aku yang bilang maaf dan terima kasih.”Dinar menggeleng. “Mbak rasanya udah jahat banget sama kamu. Pura-pura gak peduli. Bahkan gak mau tau gimana kehidupan kamu

  • Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa    Season 2 BAB 60

    Yuda memicingkan matanya seolah mencoba mempediksi apa yang sedang di pikirkan putrinya.“Kita balik lagi ke Rumah sakit, Pa?” tanya Daneen tampak mencoba menghindari sesuatu.Seolah dia bisa tau kalau akan di tanyai masalah yang tadi.“Ya,” balas Yuda singkat.“Dia itu, bukan pacarmukan?” tanya Yuda tidak tahan untuk tidak bertanya.“Dia siapa?” tanya Daneen balik tampak tidak paham.Papanya mendecak . “Gak usah pura-pura gak ngerti. Papa tau loh ekspresi kamu kalau lagi suka sesuatu.”“Papa ngomong apa sih?”“Kerja di mana dia? Terus gimana bisa dia mukul kamu?”“Kenapa bahas dia sih, Pa? Kita fokus mikirin mama aja.”****Bagi Yuda, Daneen sedang menghindari pertanyaannya seputar laki-laki yang di lindunginya tadi. Yang pada akhirnya Yuda lepaskan karena permintaan putrinya. Tapi tentu saja Yuda masih merasa ingin tau. Ralat, ia perlu tau dan sungguh harus tau tentang laki-laki itu.Cuma Daneen cukup keras kepala untuk tidak mau membicarakan pria itu. Greget juga waktu Yuda terpaks

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status