Tatapan sinis tak luput Dinar dapatkan saat keluar dari kamar ke esokan paginya.
"Makanya jangan sok! Udah ketahuankan belangnya?" sindir Sania.Dinar memilih mengindahkan. Nakun matanya justru menangkap sosok manusia menyebalkan. Nasib buruk sekali rasanya melihat Bu Halimah sudah ada di rumahnya sepagi ini."Kamu bikin ibu malu lagi Dinar. Untung ada Bu Halimah yang menolong," ujar ibunya.Tatapan tajam yang jauh berbeda dari beberapa hari ini. Padahal baru kemarin sang ibu memuji-muji Yuda karena membantu memenuhi kebutuhan dapur."Bilang terima kasih kamu sama keluarga Danu!" perintah bapaknya.Suami Bu Halimah yang tidak lain adalah ayah mertuanya itu berucap, "Dinar. Saya rasa kamu tidak perlu melakukan apapun. Biarkan saja agar tidak memberatkan Yuda."Dahi Dinar mengerut dengan penuturan mertuanya. Aneh. Kenapa jangan melakukan apapun?"Bapak sudah memberikan uang 10 juta yang Bu Asih tuntut. Tapi pih"Ini, bukti mutasi rekening bank, dan struk pengambilan uang atas nama Yuda Saputra di ATM beberapa hari lalu. Tepat di saat Bu Asih kehilangan uang!"Bulan melampirkan semua bukti yang mematahkan tuduhan."Hanya karena Yuda menyapa Bu asih saat Bu Asih memegang uang 10 juta, bukan berarti Yuda yang mengambil uang itu saat hilang!" tegas Bulan.Ia menatap petinggi polisi yang duduk di hadapannya. "Kepercayaan masyarakat pada kepolisian sedang di uji. Tolong jangan buat kepercayaan masyarakat semakin berkurang, Bapak polisi! Anda menangkap orang yang salah!"Bulan menatap Bu Asih dengan tatapan tajam khas dirinya saat menjadi pengacara."Bu Asih! Ibu telah merusak reputasi Yuda Saputra! Klien saya tidak terima, dan kami akan memberikan tuntutan!" Wajah Bu Asih memucat."Kalau bermain koneksi, saya punya koneksi yang jauh lebih kuat dari pada kamu!" sengit Bulan pada keponakan ibu Asih yang mengenakan pakaian polisi.Berdasarkan analisa Bulan, laporan polisi ini lolos bahkan tanpa bukti
"Habiskan ayamnya," suruh Yuda dengan senyum simpul.Malu-malu Dinar menyambar paket besar ayam krispi yang dipesan Yuda.Lelaki itu paham dirinya sejak tadi melirik potongan ayam yang masih utuh dalam kotak kertas. "Toko emas depan hotel masih buka tuh. Habis makan ke sana ya?" ajak Yuda.Posisi duduk mereka di resto hotel berhadapan dengan sebuah toko emas.Ayam yang baru ia gigit, terdiam beberapa saat di bibir gadis itu. Dinar mengunyah pelan lalu menelan dengan susah payah "Beli emas?" tanya Dinar memastikan "Iyalah."Dinar tercenung beberapa saat. Mungkin kalau Yuda menjelaskan dari mana uang yang ia miliki dengan penjelasan logis, ia akan senang.Ya kali. Perempuan mana yang akan menolak kalau di tawari membeli emas oleh suami sendiri.Hanya saja, situasinya kini berbeda. Semenjak kasus di penjaranya Yuda, walau ini cuma salah tangkap, masih menyisakan kekhawatiran di lubuk hati Dinar
"Dinar kasian, Mas, sama keluarga Bu Asih," lirih Dinar di samping Yuda.Pria itu menghela nafas lalu menuntun kepala istrinya agar bersandar di bahunya."Kita sudah berbaik hati tidak menuntut mereka, Sayang. Tapi kita harus memikirkan tentang kenyamanan kita juga," terang Yuda. Usapan lembut dikepala Dinar makin membuatnya merasa betah bersandar di bahu suaminya ini."Kasian aja gitu. Pasti anak-anak Bu Asih nanti di bully di sekolah."Yah, memang bukan main viralnya video klarifikasi itu. Sebab melibatkan akun seorang selebgram yang ternyata kenal baik dengan Bulan.Orang-orang yang tadinya ingin menghujat Yuda dan Dinar, berbalik menghujat Bu Asih atas salahnya sendiri."Itu resiko. Ada beberapa hal yang perlu kita maafkan dari kesalahan orang lain. Dan ada juga yang harus kita beri pelajaran."Dinar mengangguk walau hatinya masih tidak nyaman. Pikirannya masih menerawang bagaimana nasib anak-anak Bu Asih nanti."Oh, iya. Masalah tabungan saya, nanti ya saya kasih. Soalnya tabun
Tak ada lagi alasan Bu Tiara untuk tidak mengizinkan Yuda dan Dinar sarapan pagi bersama. Sebab, uang yang digunakan adalah uang Yuda.Dinar mengambilkan makan untuk sang suami tercinta. Yah, mungkin sekarang rasa yang ada di hatinya sudah bertukar menjadi cinta dengan semudah itu. Bahkan rambut basah Dinar menjadi saksi percintaan mereka.Juga tidak bisa disembunyikan raut bahagia Yuda pagi ini. Karena setelah penantian beberapa hari, akhirnya ia bisa mendapatkan haknya."Mau lauk agak banyakan?" tawar Dinar.Beberapa kali Yuda selalu sarapan dengan lauk dan nasi seadanya. Bahkan beberapa hari lalu Yuda hanya makan nasi dan sayur karena lauk dibagi ibu dengan sangat tidak adil.Mentang-mentang Sania lagi hamil dan dia malas makan nasi, jadi lauknya dia semua yang habiskan."Secukupnya aja," jawab Yuda.Dinar tetap mengambilkan lauk yang banyak untuk Yuda. Karena bagaimanapun Yuda yang punya hak penuh untuk makanan ini. Masa dia dapat yang sedikit.Bahkan ibu dan bapak mengambil banya
Perkara hutang masih jadi permasalahan. Dan lagi-lagi keluarga Danu berkumpul di rumah ini atas permasalahan tersebut.Yang menjengkelkan, Danu tidak hadir karena mengaku ada dinas luar kota. Di telpon juga tidak diangkat-angkat. Hanya mengirim pesan memberitahu di mana dirinya."Perkara hutang itu gak bisa Sania dong, Ma, yang disalahkan. Lagian Sania gak ikut-ikutan mempersiapkan itu.""Bener, Ibu Besan. Gak bisa Sania. Lagian kami semua gak tau kalau Danu punya hutang sebanyak itu."Bu Tiara dan Sania mengeluarkan kalimat pembelaan."Saya juga gak tau kalau itu. Kan saya gak ikut-ikutan mempersiapkan semua itu." Bu Halimah malah lepas tangan."Ya gimana, Ma? Rentenir itu bakal balik lagi ke sini nagih hutang. Sania takut karena dia bawa bodyguard banyak," rengek Sania pada Bu Halimah.Lagi-lagi, Dinar yang memilih diam malah ikut kena semprot. "Gara-gara kamu! Kenapa juga harus bikin pesta yang mewah kayak gitu kalau
Saat Sania pulang bekerja, pandangannya langsung di sambut aktivitas Dinar yang sedang memakai masker wajah dan berselancar ria di online shop.Hati Sania kian dongkol melihatnya. Saat ia pulang dalam keadaan capek, bisa-bisanya Dinar santai-santai begitu."Pemalas banget sih! Kerjaannya cuma rebahan main hp aja!" hardik Sania sambil melipat kedua tangannya di dada."Sirik bilang," balas Dinar santai.Kini ia mencopot masker di wajahnya lalu meminum jus jeruk segar.Panas-panas memang paling top minum yang manis asem dingin."Sirik? Ya kali ya Mbak. Mending capek kerja dari pada mbak cuma mengharapkan uang suami. Gak ada mandirinya banget."Dinar memutar bola matanya malas. "Suami Mbak mampu menafkahi, kenapa mbak harus kerja?" balasnya."Mau sampai kapan kamu bergantung pada suami?" Suara sahutan bukan dari Sania."Kalau suatu hari suami kamu sakit, di ambil orang atau tiba-tiba selingkuh. Ka
"Hari ini kamu sepertinya tidak fokus."Yuda mendongak. Pak Anwar duduk di depan Yuda yang sedari tadi melamun."Maaf, Pa. Ada sedikit masalah," balas Yuda lalu meraih tablet yang Papa nya berikan."Sedang ada masalah dengan Dinar?" tebak beliau.Yuda hanya membalas dengan senyum simpul. Jarinya mulai fokus pada layar tablet itu melihat semua isinya dengan mata jeli dan otak yang berfikir keras menemukan jalan solusi."Pernikahan kamu dengan Dinar memang tampak tidak bisa berjalan baik ya? Kalian juga baru kenal saat menikah," kata Pak Anwar.Yuda mengalihkan fokus dari tabletnya. "Pernikahan kami berjalan baik, Pa. Aku dan Dinar menikmati saat kami saling melengkapi dan menjalani pernikahan itu," balas Yuda."Terus? Kenapa keliatannya kamu jadi banyak pikiran? Sejak awal papa beritahu masalah utama kita, kamu sama sekali tidak ambil pusing dan mengerjakannya saja. Tapi semenjak resmi menikah, kamu jadi sering tidak foku
"Mas Yuda kok makan sendiri?"Yuda mendongak saat suara sapaan masuk ke telinganya. Saat pandangannya melihat sosok yang berjalan mendekat kearahnya, ia kembali menatap pada makanannya."Iya. Soalnya yang lain udah pada tidur," balas Yuda.Makanan sederhana, sayur tumis sisa makan malam anggota rumah dan nasi putih."Mas Yuda pulangnya larut banget sih. Jadi udah pada tidur. Dinar juga udah tidur ya?"Yuda mengangguk saja sebagai balasan."Mau tambah lauk gak? Atau mau Sania masakin telor ya?"Sambil mengunyah makanan, Yuda menatap Sania. "Kamu mau buatkan makanan untuk tukang parkir seperti saya?" tanyanya tanpa ekspresi yang jelas.Menyembunyikan ekspresi kaget dengan respon Yuda, Sania tersenyum dan duduk di hadapannya."Emangnya kenapa? Buat Sania mas Yuda tuh baik. Kasian malam-malam gini mau makan, tapi istrinya malah ninggalin tidur," tuturnya lembut.Yuda tertawa pelan dengan penuturan