“Ke, kita pindah saja,” bisik Catleya sembari menarik tangan Ineke agar menjauh dari restoran oriental tersebut.Ineke yang ditarik paksa oleh Catleya merasa terkejut, apalagi temannya itu berjalan dengan sangat cepat seperti dikejar maling. “Ada apa sih, Ley? Kamu berubah pikiran atau tidak suka menunya?”“Bukan, kita harus pergi dari sini. Nanti aku jelaskan.”Catleya terus melangkah hingga mereka tiba di area parkiran mall. Melihat mobil Ineke yang terpakir di sana, Catleya langsung menarik napas lega. Yang dia inginkan hanyalah lekas pergi dari tempat itu sebelum Meliana melihat dirinya. “Kita tidak jadi makan?” tanya Ineke penasaran.“Jadi, tapi di restoran lain. Di dalam mall tadi ada Meliana,” kata Catleya.“Meliana, adik tirimu? Dia bersama si Adrian?”“Tidak, dia sendirian,” jawab Catleya.“Lalu kenapa kamu ketakutan begitu, seperti orang habis melihat kuntilanak,” celetuk Ineke.“Karena aku tidak mau dia mengadu kepada Mama kalau aku ada di Jakarta.”Ineke pun menggaruk ke
Wajah Catleya berubah tegang saat melihat orang yang paling ingin dihindarinya di seantero bumi. Siapa lagi kalau bukan Adrian, lelaki yang pertama kali memperkenalkan cinta sekaligus luka kepadanya. Entah kenapa mereka harus bertemu di restoran ini pada waktu yang tidak tepat.“Aku di sini atau tidak, itu bukan urusanmu,” ketus Catleya sembari meneruskan langkah kakinya ke tempat parkir. Tak disangka Adrian malah mengejar Catleya dari belakang. “Tunggu, Leya, aku ingin bicara denganmu.”“Tidak ada yang perlu kita bicarakan,” jawab Catleya enggan menoleh.Bukannya mundur, Adrian malah berlari lebih cepat dan menghadang Catleya dari depan. Rasanya Catleya ingin mendorong pria itu agar menyingkir darinya. Hanya saja setelah dipikir lagi, mungkin ia perlu melakukan sedikit negosiasi agar Adrian tidak mengadukannya kepada sang ibu tiri. Kalau Nyonya Nandini dan Meliana sampai tahu, bisa jadi sandiwara pernikahannya dengan Rajendra akan terbongkar. “Tolong beri aku waktu sebentar saja, L
Dengan wajah panik, Nyonya Nandini langsung menelepon Adrian untuk menghubungi calon suami Meliana itu. Namun alih-alih bisa dihubungi, nomer Adrian malah berada di luar jangkauan. Merasa geram sekaligus panik, Nyonya Nandini akhirnya memilih untuk melajukan kendaraan roda empatnya menuju ke rumah sakit terdekat. Sungguh dia tidak menyangka bila putri kesayangannya sampai merahasiakan hal sepenting ini. Untung saja Adrian mau bertanggung jawab, jika tidak entah mau ditaruh di mana mukanya. Pastilah ia akan dihina habis-habisan oleh Catleya, teman-teman arisannya, dan juga para tetangga di sekitar kompleks perumahan.Dalam perjalanan, Meliana masih merintih dan pendarahannya belum berhenti juga. Nyonya Nandini pun mempercepat laju mobilnya hingga tiba di rumah sakit. Lekas saja dia berlari ke ruang IGD agar Meliana mendapatkan pertolongan.“Suster, tolong bantu putri saya. Dia mengalami pendarahan,” teriak Nyonya Nandini. Dua orang perawat yang bertugas segera membawa Meliana dengan
Begitu tiba di kos, Catleya membersihkan diri kemudian berbaring telentang di atas kasur. Entah mengapa hari pertamanya bekerja terasa sangat berat. Dimulai dari kesalahannya mengenali direktur sebagai staf, berlanjut kepada Rajendra yang ngambek tanpa sebab, hingga pertemuannya dengan Adrian yang tidak terduga. Sungguh semua itu begitu menguras energi, bukan hanya secara fisik melainkan juga mental.Saking lelahnya, Catleya langsung terlelap dan baru bangun pada pukul setengah tujuh pagi. Itu pun lantaran ia mendengar suara alarm dari ponselnya yang berulang kali berbunyi. Bila tidak, mungkin ia akan bangun terlambat dan terkena sanksi pemotongan gaji. “Leya, kenapa belum keluar dari kamar? Kamu bolos kerja?” ketuk Ineke dari luar.Mendengar suara Ineke, Catleya buru-buru menyisir rambut serasa menyambar tas miliknya. Ineke pun mengernyitkan dahi tatkala melihat penampilan Catleya. Perempuan itu hanya memakai kemeja dan celana hitam dengan make up ala kadarnya.“Aku bangun kesiangan
"Se-sekretaris CEO?"Sepintas, Catleya merasa ada yang salah dengan indera pendengarannya. Sangat mustahil bila dia mendadak dipilih menjadi sekretaris CEO, sedangkan latar belakang pendidikannya di bidang akuntansi. Mungkinkah CEO yang baru ini kurang pengalaman sehingga sembarang saja memilih sekretaris? Padahal di perusahaan ada banyak kandidat yang berpotensi untuk posisi tersebut. Jika dia dipaksa menjadi sekretaris, bisa-bisa pekerjaannya malah berantakan. Sungguh memikirkan hal itu saja membuat perut Catleya terasa mulas. "Apa ada yang salah?" Bu Ambar merasa heran dengan sikap Catleya yang melamun sejak tadi. "Mohon maaf, Bu, saya rasa ada yang salah di sini. Ibu tahu latar belakang pendidikan dan pekerjaan saya adalah akuntan. Terlalu jauh bila tiba-tiba saya diangkat menjadi sekretaris," protes Catleya. Ia masih tidak habis pikir dengan keputusan sepihak yang diambil oleh CEO perusahaan. "Tidak ada yang salah, Catleya. CEO sendiri yang meminta seperti itu dan keputusannya
Saya dipindahtugaskan sebagai sekretaris CEO. Ini hari pertama saya bekerja, makanya saya membawa banyak barang," jawab Catleya menjelaskan secara singkat. Namun posisi wajahnya setengah menunduk agar tidak bertatapan langsung dengan Bintang. Bagaimanapun Catleya masih merasa bersalah setiap kali mengingat sikapnya yang keterlaluan kepada sang direktur. "Sekretaris CEO?"Reaksi Bintang kurang lebih sama dengan reaksi Catleya sendiri ketika pertama kali mendengar pemindahan posisi kerja. Terkejut hingga nyaris tidak percaya."Betul, Tuan."Bintang memundurkan wajah dan mengusap dahinya sekilas. Bagaimana bisa dia tidak tahu menahu mengenai hal sepenting ini? Dan siapa yang berani memindahkan Catleya tanpa minta izin terlebih dahulu kepadanya selaku pimpinan divisi?"Siapa yang memintamu pindah secara sepihak? Aku belum mendengar apa-apa mengenai ini,” tanya Bintang dengan suara meninggi. "Bu Ambar mengatakan bahwa ini keputusan langsung dari CEO dan Bu Ambar juga yang menyuruh saya k
Sementara itu di rumah sakit, Meliana masih terbaring lemah. Seperti yang dikatakan oleh dokter jaga, pagi ini dokter obgyn datang untuk memeriksa kondisinya secara menyeluruh."Setelah ini Nona Meliana harus menjalani kuret agar rahimnya benar-benar bersih,” ucap sang dokter selepas melakukan pemeriksaan. Meliana saling berpandangan dengan Nyonya Nandini setelah dokter memberikan opsi tersebut. Mereka nampak ragu dengan keputusan yang akan diambil. Belum apa-apa Meliana sudah takut saat membayangkan perutnya harus dibedah. Walaupun hanya pembedahan skala kecil, tetap saja hal itu membuatnya gugup."Apa saya harus dikuret, Dok?" tanya Meliana. Anggukan dari dokter semakin menambah kecemasannya."Kuret ini hanya untuk memastikan rahim Anda kembali bersih sehingga tidak menimbulkan penyakit di kemudian hari. Justru lebih berbahaya jika tidak dikuret," ujar dokter tersebut."Turuti saja, Mel. Ini juga demi kebaikanmu sendiri. Jangan takut, ada Mama di sini," timpal Nyonya Nandini. Menge
Langit sudah sepenuhnya berubah warna begitu Catleya keluar dari kantor. Sebagian besar staf sudah pulang, hanya ada beberapa orang yang masih memiliki pekerjaan dan memilih untuk lembur. Catleya pun mengedarkan pandangan dan mendapati Ineke masih menunggunya sembari menyedot minuman dari botol. Tanpa membuang waktu, Catleya segera menghampiri teman satu kosnya tersebut."Ke, udah keluar dari tadi?" Catleya menepuk pundak Ineke membuat si empunya menoleh."Iya. Kamu lama banget keluarnya," balas Ineke setengah merajuk. Kakinya pegal karena berdiri terlalu lama. "Bagaimana pekerjaan barumu? Lantai atas pasti lebih menyenangkan daripada lantai bawah." Ineke langsung mengubah mimik wajahnya begitu membahas kepindahan Catleya."Pusing kepalaku dijejali pekerjaan yang seabrek-abrek," keluh Catleya. Menunjukkan map berisi laporan yang harus dipelajarinya. "Lebih baik aku membuat jurnal dan buku besar daripada mengerjakan semua ini."Ineke menepuk pundak Catleya penuh simpati. Pemindahan me