Share

4. kesal.

Penulis: Suara aksara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-19 13:27:37

Hari yang cukup cerah. Jalanan jakarta mulai ramai, dengan lalu lalang orang dengan aktivitasnya masing-masing. Begitu pun dengan Azura yang sedang mengendarai mobilnya menuju kampus. Dia ada kelas pagi hari ini, fokusnya melayang pada kejadian tadi malam, helaan nafas berat terdengar.

"Gue harus ceritain soal perjodohan ini kedua curut. Siapa tau kan mereka bisa bantu gue," gumam Azura.

Mereka pasti kaget setelah mendengar kabar ini. Apalagi kalau mereka tau kalau yang dijodohkan dengannya Dosen killernya sendiri. Membayangkan wajah cengo keduanya membuat senyuman Azura terbentuk. Beberapa menit dia sudah sampai, menghampiri kedua sahabatnya yang ada di kelas.

Azura menepukan pundak kedua temannya. "Gue mau cerita sama lo berdua." Mereka tersentak di tempat, manatap tajam Azura. Sedangkan pelakunya hanya menyengir tidak jelas.

"Astaghfirullah, Zura bisa copot jantung gue. Lo Ngagetin aja ada apa sih?"

Azura menarik kedua sahabatnya. Supaya tidak ada yang mendengar, apa yang akan dia bicarakan kepada kedua sahabatnya.

"Kalian pasti kaget dengernya. Gue harap lo berdua bisa bantuin gue. Masa gue dijodohin sama Ayah gue? Gue gatau harus gimana lagi. Lo pada kan pinter nih, bisakan bantu gue cari cara buat nolak perjodohan ini. Bisa gila gue kalau semua itu terjadi," ucapnya tanpa ada cela untuk kedua sahabatnya potong.

Keduanya terdiam belum paham sampai Rena melirik Melisa. Pasti akan ada toa masjid yang terdengar di sini. Azura menutup telinganya, waspada.

"Apa?! Di jodohin?!

Kedua teman Azura tersentak di tempat. Mereka cukup kaget dengan apa yang disampaikan Azura. Kenapa bisa Ayah-nya sangat tega menjodohkan anaknya.

"Bokap Lo pikir ini zaman Siti Nurbaya? Lagian udah gak zaman maksa anak buat nerima perjodohan. Ga habis pikir gue, bisa-bisanya bokap Lo jodohin ke orang enggak dikenal." Rena menggelengkan kepala merasa tidak percaya.

"Cowonya kaya gimana sih, lo udah tau belum? Awas aja kalau bokap lo salah milih calon mantu. Harus kaya Si Pak Damian lah maksimal," Ucap Melisa siapa cowo yang dijodohkan dengan Azura.

Tebakan Melisa memang benar. Tapi, mereka belum tahu. Azura hanya bisa menatap lesu kedua sahabatnya. "Gue juga maunya nikah sama cowo yang sayang sama gue. Kalau kek gini bisa gila gue ngadepin Dosen killer tiap hari. No! semuanya gaada dalam list hidup gue. Gue harus gimana?"

"Hah, apa lu bilang? Dosen killer! Jadi lo dijodohin sama pak Damian? omongan gue bener tadi?" ucap heboh Melisa, saat mendengar ucapan Azura.

Azura hanya bisa menganggukkan kepala mengiyakan. Kalau seperti ini sahabatnya itu pasti akan mendukung keputusan Ayahnya itu. Azura sangat frustrasi sekarang.

"Lo sih Zur. Kata gue juga apa jangan terlalu benci nanti malah suka. Lah sekarang malah jadi calon suami, harus banyakin bersyukur lo dijodohin sama dia."

Melisa orang pertama yang menyetujui perjodohanny. Tuhkan, bener apa yang dikatakan Azura. Dia hanya bisa menunduk lesu dilipatan tangannya. sedangkan Rena hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkah Melisa yang sangat mengegumi Dosennya itu.

"Diem lu Melisa! Lo harus sabar Zur. Gue yakin ini yang terbaik buat lo, tapi gimana nasib hubungan lo sama dia? Apa dia udah tau?" tanya Rena penasaran.

Helaan nafas terdengar. Ini yang membuat pusing Azura. "Dia baru ngabarin gue semalam. Lo tau sendiri gimana dia Ren, sibuk sama urusannya sendiri. Mungkin gue gak bakal ngasih tahu dulu. Gue belum siap Ren," lesu Azura sambil menangkupkan kepala di meja.

"Sudah gue duga, yaudah gapapa nanti aja ngasih tau dianya pelan-pelan." Rena mengelus pundak Azura.

"Azura, lo dipanggil Pak Damian disuruh keruangannya," ucap salah satu teman kelasnya. Memotong pembicaraan mereka.

"Wah, sana Zur udah dipanggil sama calon suami lo." Melisa menyenggol bahu Azura dengan tatapan menggodanya. Azura menatap kesal Melisa. Namun tidak segera bergerak dari duduknya.

Apa lagi ini. Muak rasanya melihat wajah datar dosen killernya itu. Tapi, ini juga kesempatan buat dia supaya tugasnya bisa diterima.

Dengan berat hati Azura beranjak menuju ruangan dosennya itu. "Gue ke ruangan pak Damian dulu ya. Sekalian mau nyerahin tugas yang kemarin, doain mudah-mudahan si killer itu berubah pikiran."

"Pasti di terima. Kan, sama calon istri sendiri," celetukan pelan Melisa. tidak ditanggapi oleh Azura.

Rena menepuk pundak Melisa, "Lo tuh ya gaboleh kek gitu kasian si Azura udah kesel gitu sama lo," ucap Rena menghentikan tindakan usil temannya itu. Melisa hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya.

*

Azura tiba di depan ruangan Damian. Dia menahan nafas sebentar sebelum mengetuk pintu di depannya. Hatinya banyak berdoa akan apa yang dosennya itu sampaikan. "Bisa jantungan gue kalo terus kayak gini," gumam Azura.

Azura mengetuk pintu. "Masuk." Suara khas dosennya terdengar. Segera Azura membuka pintu, bergegas masuk. "Mana tugas kamu yang kemarin?" tanya sang dosen dengan tampang arrogannya. Azura mendengar ucapan pria itu seketika termangu di tempat tidak langsung memberikan tugasnya.

Tanpa basa basi pria itu berkata pada Azura. Melihat gadis itu saja tidak. Hanya pokus pada laptop di hadapannya. Tanpa disadari Azura pria itu meliriknya.

"Gaada yang hilang uang disini, buat apa kamu nunduk terus?" Tanpa mendengarkan celetukan dari Damian, Azura segera menyodorkan tugas yang dia pegang dari tadi.

"Maaf Pak, saya cukup kaget atas pernyataan bapak tadi. Saya ucapkan terimakasih karena bapak sudah mau menerima tugas saya." Senyuman di mukanya tidak bisa dihilangkan. Rasa senang dalam hatinya ternyata tidak butuh waktu lama tugasnya bisa diterima.

Netranya tidak sengaja menatap mata indah dosennya. Memang tampan dosennya ini. Kalau saja sikap arrogannya bisa diubah mungkin dirinya tidak akan sekesal ini kalau berhadapan dengannya.

Pria itu mendekat, mata Azura mengedip lucu. Posisinya sangat dekat mungkin beberapa senti lagi, hidung mereka bisa menempel.

"Terima tawaran itu, maka saya akan bebaskan kamu."

Azura sangat mengerti apa yang dosennya itu katakan. Dia cukup pintar untuk menganalisa pernyataan itu, dan kemauan dosen itu tidak akan ia terima begitu saja.

"Kenapa bapak bersikeras. Mengharuskan saya untuk menerima perjodohan itu pak? Apa jangan-jangan bapak suka sama saya," tuding Azura berkata dengan pedenya.

Suara tawa pelan terdengar. Membuat gadis itu terpaku, akan ketampanan dosennya itu. Bisa ketawa juga dosen killernya itu.

"Masi muda udah pikun, kamu bukan type saya." Damian mengulangi perkataannya semalam, untuk mengingatkan gadis itu. "Bunda saya ingin bertemu dengan kamu. Sore ini jangan terlambat."

Azura masih diposisi yang sama. Apa katanya tadi Bundanya ingin bertemu? Bisa bener gila kalau semuanya kejadian. Mereka terdiam ditempat.

Deringan ponsel memecahkan kesunyian antara keduanya. Terlihat Damian melirik kearah Azura, dia bisa melihat wajah kesal dari gadis itu. Mungkin sekarang rasa tidak suka terhadap dosennya berkali lipat. Dalam benaknya siapakah yang menelepon gadis itu.

"Saya akan hubungi nanti. Maaf, kalau sekarang saya ada keperluan yang tidak bisa saya tunda. Soal perjodohan itu, saya akan berusaha negosiasi dengan Ayah saya, jangan harap saya menerima gitu saja. Ouh iya, saya harap bapak tidak membawa urusan pribadi ke kampus. Karena itu sangat tidak profesional. Saya permisi," ucap Azura.

Gadis itu keluar dengan cepatnya. Tanpa mendengar jawaban dari dosennya itu. Sedangkan Damian hanya melihat gerak gerik gadis itu. Tidak ada rasa kesal sedikit pun atas ucapan anak didiknya.

Jam kelas Azura sudah berakhir, mereka bertiga beriringan menuju parkiran dengan senandra gurau. Mekera berpisah di parkiran menuju rumahnya masing-masing

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku Dosen Killerku    45 adu mulut

    Di luar rumah bernuansa minimalis, terlihat dua mobil memasuki bagasi rumah dengan cepatnya. Mereka pun keluar dari mobil secara bersamaan, seperti ada hal yang mendesak yang mengharuskan mereka harus cepat sampai ke dalam. "Lah, lo juga ke sini Dev?" tanya Bima saat melihat besannya baru saja keluar dari mobil bersamaan dengannya. Sedangkan pria paruhbaya itu tersentak karena tidak menyadari keberadaan temannya itu. "Astaghfirullah lo ngagetin gue terus sih, Bim. Untung aja jantung gue masi normal," omel Devan tanpa menjawab ucapan dari Bima. Pria paruhbaya itu memang sedikit cerewet. Membuat Bima yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas sabar. "Diem lo Dev gausah ngomel kayak emak-emak, ayo masuk udah ditungguin di dalam. Gue gamau ya gara-gara lo, guetidur diluar. Kalau mau ngomel sana sama mobil lo aja." Kesabaran Bima setipis tisu sekarang. Dia benar-benar lelah akan pekerjaannya ditambah oleh ocehan besannya itu membuat kepalanya ingin meledak seketika. Suara pintu terde

  • Suamiku Dosen Killerku    44. Sidang masalah 1

    "Bunda gak habis pikir sama kalian!" omel Kirana saat kedua anaknya telah tiba di ruang tamu yang ada di rumah Damian. Rencana ingin membahagiakan diri malah di buat kaget dengan tingkah kedua anaknya itu. Dia tidak habis pikir dengan apa yang terjadi di rumah ini sampai-sampai mereka pisah kamar. Padahal niat mereka menyuruh pindah rumah supaya lebih dekat malah kaya gini. "Kenapa si Kir?" tanya Rina heran dengan kelakuan Kirana yang tiba-tiba marah, setelah berpamitan padanya untuk mengikuti keduanya. "Aku gak habis pikir sama mereka Rin, masa udah nikah masih pisah kamar." Perkataan Kirana membuat Rina yang ada disana pun otomatis menatap keduanya. "Beneran kalian pisah kamar?" tanya Rina memastikan ucapan dari Kirana. Kedua pasangan suami istri itu hanya terdiam, Azura tertunduk lesu Merasa bersalah pada orangtuanya. Padahal mereka harusnya tahu banyak hal yang harus di pertimbangan setelah pernikahan dadakan itu. Mereka benar-benar kecolongan saat kedatangan kedua w

  • Suamiku Dosen Killerku    43 Masalah baru

    Di kediaman sepasang suami istri terdapat sebuah mobil memasuki rumah minimalis itu. Turunlah dua orang wanita paruhbaya dari dalam mobil itu. Setelahnya mobil itu bergegas meninggalkan pekarangan rumah itu. "Rin, aku udah lama banget ya gak ketemu anak-anak kanget banget aku sama si Azura," ucap salah satu dari wanita paruhbaya itu. Mereka memang sudah berencana mengunjungi kedua anaknya tanpa sepengetahuan mereka. Mereka pun sepanjang jalan tidak habis akan obrolan tentang anak-anaknya. Segala hal mereka obrolkan tanpa ada henti. "Aku mah udah beberapa kali ketemu mereka. Si Azura selalu ngebujuk Ayahnya buat bawa si mony kesini, Kir." Rina menceritakan hal konyol yang dilakukan anaknya itu pada ayahnya. Hal itu membuat Kirana menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. "Dia memang ada aja tingahnya gak kebayang pasti banyak alesan yang dia gunain buat bisa keruamh ayahnya." Membayangkan hal itu membuat keduanya tersenyum. Namun Kirana menghentakkan kaki seperti anak muda. "Mere

  • Suamiku Dosen Killerku    42 malu

    "Bi Rusti nyebelin banget deh, gue udah kaha gak punya muka sekarang di hadapan pak Damian. Mana muka gue jelek banget lagi tadi," dumel Azura sambil menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di kamarnya. Sejak kejadian tadi Azura segera berlari menuju kamarnya karena malu akan penampilannya. Dia benar-benar tidak menyadari keberadaan pria itu di meja makan. Kalau tahu pasti Azura akan berkemas dulu sebelum keluar dari kamar. "Sialan pasti dalam hatinya pak Damian ngetawain gue tadi huaa malu banget gue." Azura jalan menuju kasurnya dan menangkupkan wajah di balik bantal. Entahlah rasanya seperti makan sop dengan banyak garam. Azura terus menggerutu di kamarnya, padahal perutnya sudah lapar karena tidak makan sejak pulang dari kampusnya. Melisa yang notabennya temennya itu malah tidak menyediakan apa-apa di rumahnya membuat Azura sungguh kelaparan sekarang. Deringan ponsel terdengar begitu nyaring, Azura terdiam di tempat. Setelahnya langsung mengambil ponsel yang ia simpan di n

  • Suamiku Dosen Killerku    41 tingkah lucu Azura

    "Hua, cape banget badan gue. Padahal gak habis buat kegiatan tapi kok rasanya kaya cape banget ya," ucap seorang gadis yang baru sajah meninjakkan kakinya di kamarnya. Setelah mengunjungi kediaman Melisa, mereka memutuskan untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Azura diantarkan oleh Rena karena memang tidak membawa mobil, alias belum dia ambil semenjak kejadian itu terjadi. Mengingat mobil kesayanganya membuat Azura terdiam di kasur. "Si Mony gimana ya keadaannya? Gue telepon ayah aja lah. Siapa tau ada ilham bisa ngasih mobil gue." Azura segera mengambil ponselnya dari dalam tasnya untuk menghubungi sang ayah. Dia segera menghubungi Ayahnya tanpa menunggu lama sudah di angkat dari sebrang sana. Azyra mendekatkan ponselnya kearah telinganya. Namun, dia mengerutkan dahinya mendengar suara ibunya. "Hallo, Zura." Sapa orang disana dengan pelannya. Seolah memastikan Azura mejauhkan ponselnya untuk melihat siapa yang ia hubungi sekarang. Tertera nama Ayahnya yang ada disana. "Hallo,

  • Suamiku Dosen Killerku    40 hukuman

    Brak"Dosen sialan! Udah syukur gue mau disuruh sama dia. Dengan seenak upil malah hukum gue padahal cuma 5 menit. Gedek gue lama-lama sama dia," ucap seorang gadis sembari melemparkan buku di atas meja. Orang-orang yang ada disana tersentak kaget mendengar gebrakan di meja itu. Fokus mereka berpusat kepada Azura yang masih dengan wajah memerah menahan amarah dengan mulut tidak mau diam. "Azura! Bisa santai gak sih kaget gue." Rena yang ada di meja itu menatap tajam ke arah Azura. Namun, dihiraukan oleh pemilik namanya. Sedangkan Azura terduduk di dekat kursi yang di duduki temannya itu. "Udah diem deh, Ren. Kalau gue gunung udah meletus kali, kesel banget gue mana hukumannya sejibun lagi." Azura menatap lesu ke arah buku yang harus ia pahami dan dijadikan proposal itu. Rena yang mendengar itu hanya bisa menghela nafasnya, sembaki menatap iba nasib sial yang selalu temannya itu. Dia mengelus pundaknya dengan pelan. Seolah menenangkan temannya itu. "Yaudah, nanti gue bantuin deh n

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status