Share

3. pertemuan

Author: Suara aksara
last update Huling Na-update: 2025-09-19 13:25:53

Masih di tempat dan posisi yang sama, teriakan Azura membuat dua keluarga itu terkejut. Suara yang nyaring mengisi ruangan yang hening.

"Kamu ini bikin kita kaget. Ngomongnya biasa aja! gausah teriak kayak gitu bisa kan?" Omel Bima menatap tajam anaknya. Sedangkan Azura hanya mengeluarkan senyuman tanpa dosa.

Azura melihat sekitar, semuanya berfokus pada dirinya. Membuat gadis itu merasa malu. "Maaf aku beneran kaget tadi, makannya spontan teriak," ucap Azura sambil menundukan kepala. Mungkin kalau kantong ajaib Doraemon itu ada, Azura akan mengambil ramuan menghilang, saking malunya.

Azura terkejut melihat Damian duduk di sana dengan santainya. Mengerjakan matanya beberapa kali, memastikan jika tidak salah orang. Jadi orang yang akan dijodohkan dengannya adalah Damian? Si Dosen killer itu? Gawat!

Gadis itu hanya bisa terdiam ditempat. "Gapapa sayang, jadi kamu kenal sama anak Tante yang dingin kek kulkas sebelas pintu ini?" tanya salah satu wanita paruhbaya dengan senyuman jahilnya

"Kenal Tan, Pak Damian itu dosen aku di kampus."

Senyuman semua orang tidak bisa dihilangkan setelah mendengar ucapan Azura. "Bagus deh kalau kalian saling kenal, bisa cepat akrab," ucap Wanita paruhbaya di samping Devan antusias.

Azura menatap kesal pria datar itu. "Apa katanya? Akrab, yang bener aja!? Siapa juga yang mau deket sama monster jelek kaya pak Damian. Yang ada pengen gue bejek muka datarnya itu." ucapnya dalam hati kesal.

"Iya Tan gausah kenalan lagi, mahasiswa di kampus juga pada tahu siapa itu Pak Damian. Dosen killer mematikan," ucap Azura memelankan suaranya di akhir kalimat.

Namun suaranya masih terdengar oleh Sang Ayah yang duduk tepat disampingnya. Dia melirik tajam anaknya, dengan cubitan yang diterima Azura dilengannya.

"Jangan bikin malu Azura!?" Geram Bima melihat tingkah laku anaknya yang sudah diluar batas itu.

Sedangkan Wanita paruhbaya dengan dress hitam terkekah ditempat. Saat mendengar gumaman Azura. "Iya emang killer anak saya. Sampai-sampai para mahasiswa banyak yang tidak suka padanya. Tapi tenang saja, dia tidak makan orang kok." Tawa wanita itu tidak bisa dibendung lagi. Diikuti dengan yang lain.

Damian hanya bisa menghela nafas melihat tingkah kedua wanita beda generasi itu. Matanya seolah ada magnet saat menatap gadis di depannya, yang hanya diam ditempat tidak seperti ketika di kampus banyak tingkahnya. Damian tidak habis pikir Bundanya kenapa bisa menjodohkannya dengan gadis menyebalkan seperti Azura.

Helaan nafas terdengar, Damian melihat sekitar dan berkata. "Saya izin ingin berbicara sebentar, dengan Azura. Ayo ikut saya." Damian menarik tangan Azura tanpa mendengarkan persetujuan orangtuanya. Entah apa yang akan dibicarakan mereka, sampai harus pergi dari ruang tamu.

Mereka yang ada disana tidak bisa menghilangkan senyumannya. Melihat keduanya yang mereka pikir sudah sedekat itu. "Tahan dulu, Dam. Belum sah. Jangan di apa-apain dulu. Nanti ga dapet restu dari calon mertua," teriak Devan Ayah Damian.

Mendengar perkataan ayahnya. Damian hanya bisa ngedengus kesal, tapi tidak dihiraukan oleh Damian. Dia harus bicara empat mata dengan Azura. Jangan sampe anak didiknya ini kabur gara-gara masalah ini.

"Apaan sih Pak? Bisa pelan tidak, tangan saya sakit gara-gara ditarik kaya gitu." Gadis itu menyentak tangan Damian dengan satu tangannya.

Damian hanya terdiam. Tidak mendengar ocehan dari Azura. Melenggang pergi dan duduk di kursi yang ada di taman itu. Diikuti Azura dari belakang.

"Ga bisa santai jadi cowo. Liat! Tangan saya jadi merah gini gara-gara Bapak."

Gadis itu memperlihatkan tangannya kepada Damian. Pria itu bisa melihat ada tanda merah disana, perasaan ia tidak terlalu keras mengenggam tangan anak didiknya itu. Kenapa bisa sampe semerah itu? Apa karena tangan Azura emang seputih itu. Damian hanya terdiam tanpa menanggapi ocehan Azura.

Keduanya terdiam tanpa ada yang mengeluarkan suara. Mereka fokus menatap langit, dengan rembulan yang cukup cantik di kelilingi bintang. Malam ini cukup terang, namun tidak dengan hati gadis itu. Dia gelisah, entah apa yang harus dia lakukan karena pria disampingnya hanya terdiam. Menyebalkan sekali.

"Saya harap Bapak tolak perjodohan ini." Gadis itu berkata memecah keheningan, tanpa melihat lawan bicara.

Damian terdiam sesaat. Hanya melirik sekilas pada Azura. "Saya tidak akan menolak," jawabnya yang terlihat begitu santai.

Berbeda dengan Damian, Azura bahkan tak bisa santai. Dirinya kesal dan bingung dengan jawaban pria itu. Kenapa tidak mau menolak? Tentu saja pasti karena tak ada gadis lain yang bisa tahan dengan sikapnya. Karena itulah dia menerima perjodohan gila ini untuk memiliki seseorang yang menemaninya di hari tua. Dasar pria!

"Kenapa? Apa susahnya sih buat tolak aja? Pokoknya saya gak mau dijodohin sama orang yang udah tua, kalo ngomong seenaknya terus emosian. Gak, gak mau!" Azura menggelengkan wajahnya cepat.

"Tua?"

Damian berdecih. Ia mendekat ke arah Azura dan menundukkan tubuhnya. Apa baru saja seseorang merendahkannya? Banyak gadis yang menginginkannya di luar sana.

Saat wajah mereka begitu dekat Damian langsung menyentuh kening Azura dengan telunjuknya. "Memangnya ada yang mau sama perempuan pendek seperti kamu? Cerewet, banyak tingkah, lelet."

"Ish!" Dengan cepat kedua tangannya mendorong Damian menjauh.

"Batalin perjodohannya!"

Damian tak mendengarkan ucapan Azura dan justru malah melangkah hendak pergi. Dengan cepat Azura menghalangi dan merentangkan kedua tangan. Tanpa sadar sudut bibir Damian terangkat karena tingkah gadis di hadapannya.

"Minggir!"

"Gak mau! Kecuali Bapak mau di ajak kerja sama."

Untuk kesekian kalinya Damian menghela nafas berat. Cukup lelah berhadalan dengan gadis menyebalkan didepannya ini. "Jangan khawatir, kamu bukan type saya."

"Ya bagus, sih. Jadi batal, kan?" Azura menatapnya berbinar namun senyuman itu luntur saat mendengar jawaban Damian.

"Tidak."

"Kenapa, sih? Mau banget nikah sama saya?"

Damian menyeringai. "Lumayan buat nakutin tikus di rumah saya."

Apa? Tangan yang direntangkan kini turun. Matanya menatap Damian yang langsung pergi. Setelah mulai tersadar Azura menunjuk dirinya sendiri.

"Gue? Gue dipake buat nakut-nakutin tikus di rumah dia?"

"Damian sialan?" teriak frutrasi Azura.

Gadis itu terduduk menundukkan pandangan di bangku taman. Tanpa ada niatan untuk pergi dari sana. Namun, sepertinya mereka akan menunggunya. Dia pun bangkit dan segera menyusul Damian.

Mereka yang ada di ruang tamu yang sedang berbincang seketika terdiam. Setelah melihat dua orang kembali ke dalam. Tidak ada yang memulai pembicaraan.

"Jadi gimana, Zura? Kamu bisa menerima perjodohan ini kan?" tanya penuh harap Kirana. Bunda dari Damian.

Mendengar perkataan Kirana, membuat dia menatap tajam Damian. Rasa kesal padanya belum benar-benar hilang, rasanya jngin mencakar muka datarnya itu. "Gila beneran gue kalau beneran nikah sama dosen sinting itu," ucapnya dalam hati.

Azura melihat sekitar, helaan nafas terdengar. "Maaf semuanya, apa boleh aku minta waktu, buat mikirin jawabannya? Ini terlalu mendadak buat aku." ucapnya lirih. kembali tertunduk.

Semua orang saling melirik. Mereka sudah menduga hal ini akan terjadi. "Gapapa Nak, perjodohan ini terlalu cepat buat kamu. Saya ngerti kamu pasti kaget dengan hal ini. Saya dan yang lain akan kasih waktu. Tapi, setelah itu gaada acara kabur-kaburan ya," ucap Devan diselingi candaan.

Azura hanya mengangguk. Mengiyakan, apa katanya. Kabur? Yang bener aja bisa di terkam Azura oleh Ayahnya.

"Jangan terlalu lama ya Nak, soalnya ada yang udah ga sabar buat ngerasain malam pertama," celetukan Devan berniat menggoda anak semata wayangnya itu.

Sedangkan Damian hanya menatap sinis Ayah-nya. "Ayah! Jangan mulai deh. Kasian anaknya di goda mulu daritadi." Kirana menepuk paha suaminya memperingati.

Devan hanya menyengir, kalau singa betina sudah menegurnya ia tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa terdiam. Damian mengeluarkan senyuman mengejek pada Ayahnya itu. "Rasain!" ucapnya berbisik pada Devan.

"Daritadi saya liat yang ditanya hanya Azura. Sedangkan Damian tidak ditanya gimana pendapatnya tentang perjodohan ini. Jadi gimana apa kamu bisa menerima perjodohan ini?"

Deringan ponsel memotong perkataan dari Ayah Azura. Fokus mereka seketika bertuju pada ponsel Azura yang berdering sangat nyaring itu, Azura segera melihat siapa yang meneleponnya dan berpamitan untuk menangkat teleponnya sebentar.

Orang-orang yang berada di ruang tamu saling menatap, dikepala mereka seperti banyak tanya siapakah gerangan yang menelepon Azura dimalam hari seperti ini.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Suamiku Dosen Killerku    45 adu mulut

    Di luar rumah bernuansa minimalis, terlihat dua mobil memasuki bagasi rumah dengan cepatnya. Mereka pun keluar dari mobil secara bersamaan, seperti ada hal yang mendesak yang mengharuskan mereka harus cepat sampai ke dalam. "Lah, lo juga ke sini Dev?" tanya Bima saat melihat besannya baru saja keluar dari mobil bersamaan dengannya. Sedangkan pria paruhbaya itu tersentak karena tidak menyadari keberadaan temannya itu. "Astaghfirullah lo ngagetin gue terus sih, Bim. Untung aja jantung gue masi normal," omel Devan tanpa menjawab ucapan dari Bima. Pria paruhbaya itu memang sedikit cerewet. Membuat Bima yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas sabar. "Diem lo Dev gausah ngomel kayak emak-emak, ayo masuk udah ditungguin di dalam. Gue gamau ya gara-gara lo, guetidur diluar. Kalau mau ngomel sana sama mobil lo aja." Kesabaran Bima setipis tisu sekarang. Dia benar-benar lelah akan pekerjaannya ditambah oleh ocehan besannya itu membuat kepalanya ingin meledak seketika. Suara pintu terde

  • Suamiku Dosen Killerku    44. Sidang masalah 1

    "Bunda gak habis pikir sama kalian!" omel Kirana saat kedua anaknya telah tiba di ruang tamu yang ada di rumah Damian. Rencana ingin membahagiakan diri malah di buat kaget dengan tingkah kedua anaknya itu. Dia tidak habis pikir dengan apa yang terjadi di rumah ini sampai-sampai mereka pisah kamar. Padahal niat mereka menyuruh pindah rumah supaya lebih dekat malah kaya gini. "Kenapa si Kir?" tanya Rina heran dengan kelakuan Kirana yang tiba-tiba marah, setelah berpamitan padanya untuk mengikuti keduanya. "Aku gak habis pikir sama mereka Rin, masa udah nikah masih pisah kamar." Perkataan Kirana membuat Rina yang ada disana pun otomatis menatap keduanya. "Beneran kalian pisah kamar?" tanya Rina memastikan ucapan dari Kirana. Kedua pasangan suami istri itu hanya terdiam, Azura tertunduk lesu Merasa bersalah pada orangtuanya. Padahal mereka harusnya tahu banyak hal yang harus di pertimbangan setelah pernikahan dadakan itu. Mereka benar-benar kecolongan saat kedatangan kedua w

  • Suamiku Dosen Killerku    43 Masalah baru

    Di kediaman sepasang suami istri terdapat sebuah mobil memasuki rumah minimalis itu. Turunlah dua orang wanita paruhbaya dari dalam mobil itu. Setelahnya mobil itu bergegas meninggalkan pekarangan rumah itu. "Rin, aku udah lama banget ya gak ketemu anak-anak kanget banget aku sama si Azura," ucap salah satu dari wanita paruhbaya itu. Mereka memang sudah berencana mengunjungi kedua anaknya tanpa sepengetahuan mereka. Mereka pun sepanjang jalan tidak habis akan obrolan tentang anak-anaknya. Segala hal mereka obrolkan tanpa ada henti. "Aku mah udah beberapa kali ketemu mereka. Si Azura selalu ngebujuk Ayahnya buat bawa si mony kesini, Kir." Rina menceritakan hal konyol yang dilakukan anaknya itu pada ayahnya. Hal itu membuat Kirana menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. "Dia memang ada aja tingahnya gak kebayang pasti banyak alesan yang dia gunain buat bisa keruamh ayahnya." Membayangkan hal itu membuat keduanya tersenyum. Namun Kirana menghentakkan kaki seperti anak muda. "Mere

  • Suamiku Dosen Killerku    42 malu

    "Bi Rusti nyebelin banget deh, gue udah kaha gak punya muka sekarang di hadapan pak Damian. Mana muka gue jelek banget lagi tadi," dumel Azura sambil menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di kamarnya. Sejak kejadian tadi Azura segera berlari menuju kamarnya karena malu akan penampilannya. Dia benar-benar tidak menyadari keberadaan pria itu di meja makan. Kalau tahu pasti Azura akan berkemas dulu sebelum keluar dari kamar. "Sialan pasti dalam hatinya pak Damian ngetawain gue tadi huaa malu banget gue." Azura jalan menuju kasurnya dan menangkupkan wajah di balik bantal. Entahlah rasanya seperti makan sop dengan banyak garam. Azura terus menggerutu di kamarnya, padahal perutnya sudah lapar karena tidak makan sejak pulang dari kampusnya. Melisa yang notabennya temennya itu malah tidak menyediakan apa-apa di rumahnya membuat Azura sungguh kelaparan sekarang. Deringan ponsel terdengar begitu nyaring, Azura terdiam di tempat. Setelahnya langsung mengambil ponsel yang ia simpan di n

  • Suamiku Dosen Killerku    41 tingkah lucu Azura

    "Hua, cape banget badan gue. Padahal gak habis buat kegiatan tapi kok rasanya kaya cape banget ya," ucap seorang gadis yang baru sajah meninjakkan kakinya di kamarnya. Setelah mengunjungi kediaman Melisa, mereka memutuskan untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Azura diantarkan oleh Rena karena memang tidak membawa mobil, alias belum dia ambil semenjak kejadian itu terjadi. Mengingat mobil kesayanganya membuat Azura terdiam di kasur. "Si Mony gimana ya keadaannya? Gue telepon ayah aja lah. Siapa tau ada ilham bisa ngasih mobil gue." Azura segera mengambil ponselnya dari dalam tasnya untuk menghubungi sang ayah. Dia segera menghubungi Ayahnya tanpa menunggu lama sudah di angkat dari sebrang sana. Azyra mendekatkan ponselnya kearah telinganya. Namun, dia mengerutkan dahinya mendengar suara ibunya. "Hallo, Zura." Sapa orang disana dengan pelannya. Seolah memastikan Azura mejauhkan ponselnya untuk melihat siapa yang ia hubungi sekarang. Tertera nama Ayahnya yang ada disana. "Hallo,

  • Suamiku Dosen Killerku    40 hukuman

    Brak"Dosen sialan! Udah syukur gue mau disuruh sama dia. Dengan seenak upil malah hukum gue padahal cuma 5 menit. Gedek gue lama-lama sama dia," ucap seorang gadis sembari melemparkan buku di atas meja. Orang-orang yang ada disana tersentak kaget mendengar gebrakan di meja itu. Fokus mereka berpusat kepada Azura yang masih dengan wajah memerah menahan amarah dengan mulut tidak mau diam. "Azura! Bisa santai gak sih kaget gue." Rena yang ada di meja itu menatap tajam ke arah Azura. Namun, dihiraukan oleh pemilik namanya. Sedangkan Azura terduduk di dekat kursi yang di duduki temannya itu. "Udah diem deh, Ren. Kalau gue gunung udah meletus kali, kesel banget gue mana hukumannya sejibun lagi." Azura menatap lesu ke arah buku yang harus ia pahami dan dijadikan proposal itu. Rena yang mendengar itu hanya bisa menghela nafasnya, sembaki menatap iba nasib sial yang selalu temannya itu. Dia mengelus pundaknya dengan pelan. Seolah menenangkan temannya itu. "Yaudah, nanti gue bantuin deh n

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status