Share

4. Suami tak pulang

Hingga senja mulai turun tidak ku dapati tanda-tanda akan kepulangan suamiku. Meski sempat terselip rasa kesal namun tetap saja naluri seorang istri tetap merasakan kegelisahan ketika tidak mendapati kabar akan pasangan hidupnya.

Berulang kali aku mengecek ponsel guna mencari tahu kabar suami. Namun tak kunjung jua aku dapati apa yang aku harapkan. Tidak ada satu pun pesan yang masuk dari hasil meretas ponsel miliknya.

Apa mungkin Mas Irwan sudah menaruh curiga kepadaku?

Sudah aku periksa dari aplikasi hijau juga tidak kudapati nomer milikku diblokir olehnya. Foto profilnya masih terlihat hanya saja yang membuat aku kaget adalah foto profil yang tiba-tiba sudah berganti. Dari yang semula adalah foto anak kami sekarang menjadi foto pasangan yang berupa siluet atau bayangan saja. Kenapa kecurigaanku semakin bertambah. Aku harus segera bergerak dan mencari cara untuk bisa membongkar apa yang sudah suamiku itu sembunyikan.

Aku memutuskan untuk membuka aplikasi biru milik Mas Irwan dari ponsel milikku. Salah satu aplikasi yang sudah berhasil aku retas dan ternyata memberikan petunjuk dan juga jejak atas kecurangan yang sudah suamiku coba lakukan di belakangku.

Baru saja masuk pada laman aplikasi biru tersebut, mata ini tiba-tiba saja tertuju pada salah satu postingan yang bagaikan oleh se-seakun yang sengaja menandai akun milik Mas Irwan tentunya akun tersebut berbeda dari akun milik Adella Putri.

Beberapa buah foto terpampang jelas di sana. Salah satu dari orang yang terdapat dalam foto tersebut sangat jelas aku kenali. Ia, orang dalam foto tersebut tidak lain adalah Mas Irwan suamiku. Sebuah pemandangan yang menampakkan adanya sebuah pesta kecil, entah pesta apa yang sedang di rayakan tersebut yang jelas tampak dalam foto tersebut raut bahagia sangat tergambar jelas di wajah Mas Irwan namun aku masih penasaran pada foto yang berada tepat di sampingnya itu namun terlihat jelas dari gesture nya jika itu adalah seperti perempuan namun yang membuatku kecewa adalah foto yang nampaknya sengaja di samarkan wajahnya.

Aku sedikit kecewa karena pencarianku nyatanya belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Apa iya Mas Irwan belum juga sampai rumah karena masih ada dalam acara pesta itu. Aku lupa melihat waktu kapan foto tersebut di-posting oleh pemilik akunnya. Mau mengecek kembali sayang anak bungsuku terburu menangis sepertinya haus dan minta diberi ASI.

.

Entah kapan aku mulai tertidur hingga suara kokok ayam sampai di lingga ini bagai alarm alam yang spontan membangunkan siapa saja yang mendengarnya. Karena anak-anak masih terlelap. Aku pelan-pelan turun dari pembaringan untuk mengecek keberadaan Mas Irwan apakah ia sudah pulang ataukah belum. Aku segera keluar dari kamar, mencari saklar lampu karena seluruh ruangan nampak gelap gulita. Aku berjalan menuju ruang tamu, tak kudapati juga keberadaan Mas Irwan di sana karena biasanya jika ia tidak tidur di kamar maka sofa ruang tamu lah yang menjadi andalannya untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tak putus arang, segera aku berjalan ke arah jendela kaca ruang tamu. Kusibak gorden berwarna krem dengan furingnya yang berwarna putih. Lampu teras rumah masih menyala itu tandanya Mas Irwan memang belum pulang ke rumah ini karena mobil yang dibawanya tadi pagi juga belum ada di tempatnya.

Kubuang napas ini sedikit kasar. Ada desiran aneh yang aku rasakan. Entah rasa tidak enak akan perasaan ini semakin menjadi. Pikiran negatif tentang suami terus berputar-putar. Ya Allah perasaan apa ini yang sedang hamba-Mu ini rasakan.

Aku tidak putus atas pada siapa lagi diri ini akan mengadu kalau bukan pada sang Penciptanya.

Aku kembali memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Segera membawa langka kaki ini menuju arah kamar mandi. Segera membersihkan diri dan segera mengambil air wudhu. Segera ku gelar sajadah tepat di samping tempat tidur kami. Hanya pada Allah lah tempat yang paling tepat untuk mengadu, mencurahkan segala isi hati serta kegundahannya. Memohon pertolongan serta petunjuknya agar mempermudah diri ini untuk melangkah ke depannya.

Mata ini sudah tidak dapat terpejam lagi hingga sang Surya kembali menyinari alam semesta ini. Entah apa yang menuntunku hingga tangan ini untuk mencari keberadaan benda pipih hitam bekas milik suamiku.

Lagi-lagi tak kudapati pesan masuk darinya meski hanya sebatas pemberitahuan atas keberadaannya saat ini. Lagi aku kembali membuka aplikasi biru. Mata ini menajam ketika sebuah postingan tepat muncul di laman teratas akun sosial milik Mas Irwan.

"Terimakasih atas party-nya. Sederhana namun berkesan. Terimakasih karena telah memilih diri ini. Aku yakin kamu memang biasa membedakan mana yang baik dan mana yang buluk."

Sebuah foto tangan bergandengan di atas sebuah selimut berwarna putih. Sepertinya foto ini diambil di dalam kamar hotel. Karena aku sudah hafal bagaimana bentuk selimut yang terbiasa terbentang di kamar hotel. Namun yang membuat sakit mata dan hati ini adalah akun milik Adelia yang kembali menandai akun milik Mas Irwan. Ada apa ini? Apa mungkin foto itu adalah foto tangan milik Mas Irwan. Astaghfirullah. Jika itu benar aku tidak akan pernah bisa menerimanya. Aku tidak ikhlas kalau suamiku ternyata sudah tega mengkhianati aku.

Tak terasa sudut mata ini mulai basah karena cairan bening yang mulai menganak sungai. Dada ini terasa nyeri dan sesak. Namun sebisa mungkin aku mencoba menahan isakan yang terus keluar dari kerongkongan ini.

'Apa benar itu kamu, Mas?'

Nyatanya dari kapan terakhir nomer kamu aktif adalah sedari jam biasa kamu pulang kerja.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status