Pov Ervan
"Sial, bre**"k," umpatku sambil memukul mukul tanganku.Rahangku mengeras, emosi kurasakan meledak ledak di dadaku, kepalaku bahkan sudah panas saat ini.Aku tak percaya Rena bisa lakukan ini padaku, dia selama ini selalu tunduk dan patuh padaku, tapi kenapa sekarang kenapa dia berani?**"**Flasback"Rani, saya mau keluar dulu, kalau ada apa apa bilang saja pada Pak Dion,saya ada urusan," pesanku pada Rani sekretaris kantorku.Aku ada janji mau menemani Elisa shoping hari ini.Elisa gadis 20 tahuh yang aku kenal lewat f******k beberapa bulan yang lalu,dengan modal sedikit merayu dengan kata kata manis gadis itu bertekuk lutut di hadapanku.Siapa tak kenal Ervan Aldino, mantan mahasiswa tertampan di uversitas **** yang mampu menundukkan banyak wanita wanita sexsi dan cantik."Baik Pak," jawab Rani. Bahkan aku juga pernah memacari Rani dulu pas awal awal jadi sekretarisku."Maap Pak,"kata Rani yang membuatku berhenti melangkah.Ku balikan badanku dan bertanya," ada apa?"tanyaku."Kalau Bu Rena telpon, saya jawab apa?"tanya Rani. Ku lirik jam di tanganku,jam 11.30.Biasanya di jam makan siang memang Rena akan sibuk menelpoku, apabila tak berhasil menghubungi aku maka dia akan menelpon Rani sekretarisku."Bilang saja aku ketemu klien," kataku sambil berlalu meninggalkan ruanganku.Aku bersiul ria sambil berjalan menuju parkiran mobil.Sesampainya di dalam mobil,kurapikan rambutku terlebih dahulu agar kelihatan makin ganteng dan Elisa makin tergila gila pada aku.[Mas kamu dimana?] Pesan dari Elisa.[Ini lagi otw jemput kamu sayang]balasku.[Cepetan! Panas ini] balas Elisa.[Siap putri cantikku] balasku dengan imot love. Aku yakin muka Elisa memerah saat ini sambil senyum senyum sendiri.Segera ku lajukan mobilku menuju universitas tempat kuliah Elisa.Kulajukan mobilku dengan kecepatan sedang, suasana di jalan cukup ramai tapi untunglah jalan yang ku lewati tak begitu macet parah sehingga aku bisa cepat sampai di kampus tempat kuliah Elisa.Kulihat Elis sedang menungguku di depan pintu gerbang kampus, gadis cantik tersenyum ke arahku."Maap ya sayang lama,biasa macet,"kataku."Gak papa sayang, yang penting jadi shoping kan?"Aku tersenyum mengembang."Ya jadi dong sayang, masa enggak,"jawabku dengan senyum mengembang di bibirku.Elisa pun spontan memelukku," terima kasih sayang, jadi makin cinta,"kata Elisa dan sebuah ciuman mendarat di pipi kanan dan kiriku.Segera ku rangkul pinggang rampingnya dan berjalan menuju mobil mewah milikku.Ku bukakan pintu, lalu dengan sedikit membungkuk aku berkata," Silahkan Tuan putri,"Elisa yang gemes menjewer kedua pipiku,"ih makin cinta dech," kata Elisa.Setelah Elisa masuk aku pun masuk ke kursi pengemudi."Pangeran siap mengantar Tuan Putri kemana saja," kataku tersenyum menatap wajah Elisa."Udah ah Mas, gombal melulu,""Ini serius sayang,kok gombal sih,""Wkwk iya percaya, ayo jalan keburu promo habis," kata Elisa.Di sepanjang perjalanan aku tak henti menggoda Elisa dan dia yang gemes tak jarang menjewer kupingku, mencubit pipiku ataupun mencubit pinggangku.Aku juga merasakan beberapa kali ponselku, aku yakin itu Rena yang menelpon tapi bodo amatlah,malas aku melayani nenek nenek itu. Kalau bukan karena kaya aku juga tak mau menikah dengannya.*****Aku segra memarkirkan mobilku di parkiran sebuah mall yang cukup besar di kotaku.Setelah mobil terparkir aku segera membuka pintu untuk Elisa dan berjalan beriringan masuk kedalam mall."Sayang, aku mau itu ya?"kata Elisa, cewek cantik sexsi yang sudah 6 bulan ini aku pacari."Ambil saja sayang,asal ada imbalanya,"kataku sambil mencolek hidung bangir Elisa.Sebenarnya wajah Elisa taklah secantik Renata, perempuan pewaris perusahaan Hadi Wijaya Corporation, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang eksport import.Sayang meskipun kaya tapi Renata tak bisa merawat diri, dia lebih sering memakai gamis dan jilbab instan yang bahkan kadang tanpa riasan make up. Sungguh membosankan sekali melihatnya.Ku lirik Elisa yang sedang memilih milih barang sementara aku asyik membalas pesan Firman sahabatku.Sungguh mengantarkan wanita belanja itu membosankan, tapi demi Elisa, wanita cantik yang selalu bisa memenuhi hasratku, aku rela menemaninya belanja."Sayang kok kamu main ponsel melulu sih," kata Elisa protes sambil cemberut.Aku tersenyum melihat tingkahnya, sungguh dia cantik kalau lagi marah seperti ini sekalipun."Maap sayang," kataku lembut."Siapa sih, cewek ya?"tanya Elisa ketus."Ciye cemburu ni,"godaku sambil menaik turunkan alisku."Awas kamu kalau main cewek,"kata Elisa bernada ancaman yang ku balas senyuman."Kamu kalau marah makin cantik,"kataku menggoda. "Gak usau gombal," kata Elisa. "Heleh, kamu suka kan."godaku sambil mengedipkan mataku yang di balas cubitan di pinggan oleh Elisa.Sungguh bahagia rasanya berduaan dengan gadis cantik dan muda seperti Elisa. "Sayang, aku ambil tas itu ya," kata Elisa menunjuk ke tas dengan merk terkenal."Demi kamu apa ya enggak sayang.""Makasih sayang," jawab Elisa dan sebuah ciuman mendarat di pipiku.Elisa kembali memilih milih barang yang dia mau dan aku setia mengikutinya dari belakang dan membawakan belanjaannya sambil sesekali menggodanya.Aku tak peduli berapapun habisnya belanjaan Elisa, uang tak masalah bagiku, hanya dengan modal tampang manis dan ngegombal aku bebas meloroti harta istriku.Beberapa barang sudah di beli, tas, sepatu, lipstik dan beberapa baju."Sudah?"tanyaku sambil mengembangkan senyuman."Emang boleh?""Boleh dong asal...," aku berbisik di telinga Elisa," aku dapat service yang memuaskan," godaku nakal.Plack..Elisa memukul tanganku.Aww...Ku usap tanganku, kuat juga tenaga ni cewek."Rasain," kata Elisa sambil mengibaskan rambutnya membuatku gemas.'Kalau tak banyak orang ku gigit,"godaku."Gigitlah," kata Elisa sambil menjulurkan lidahnya.****"Semua 80 juta Pak," kata kasir cantik berambut sedikit pirang itu."Ok Mbak,"Ku buka dompet kulit dengan merk ternama hadiah dari Rena istriku dan mengeluarkan benda pipih yang biasa buat transaksi itu."Maap Pak, saldo bapak tidak cukup,"Deg, mana mungkin, aku tahu saldoku bahkan lebih dari 200 juta."Mbak salah kali,coba di ulang lagi!"kataku, mukaku sudah memerah kini karena malu."Tetap gak bisa Pak, saldo Bapak tidak cukup," kata kasir setelah melakukan transaksi lagi."Gimana sih, katanya banyak duwit,"Elisa mulai menggurutu sambil cemberut.Aku tiba tiba ingat kartu ATM Rena yang aku bawa, saldonya tentu saja banyak."Coba ini mbak!"kataku.Kasir itu pun mengambil kartu yang aku berikan walau kulihat wajahnya sedilkit kesal."Maap Pak,ini juga gak bisa, silahkan ke belakang dan tinggalkan barang belanjaan bapak," kata kasir itu. Sungguh kalau bisa menghilang aku ingin menghilang karena malu."Kalau gak punya duwit gak usah sok sok an belanja banyak la Mas, bikin antri aja," kata mak mak di belakangku dan memandang sinis ke arahku.****"Gimana sih Mas,katanya kamu kaya,belanja segini saja gak mampu, tampang saja keren tapi kere,"Plack....Elisa menampar pipiku dan meninggalkan aku di parkiran mobil.Ku buka pintu mobil dan membantingya dengan kasar."Sial, a***g, b***t," umpatku sambil memukul mukul setir mobil.Drt drt, dengan sedikit kesal ku ambil ponselku dari atas nakas.Mataku membulat, tubuhku gemetar,jantungku berdegub kencang seolah mau lompat melihat sebait pesan dari nomorku sendiri.Bab41Dilan baru saja turun dari taxi, biasanya Renata akan menjemput di bandara tiap kali dia pulang dari luar kota tapi entah kenapa sekarang dia gak menjemput."Sayang aku pulang,"teriak Dilan sambil menarik kopernya saat memasuki rumah biasanya saat dia pulang maka istrinya akan menyongsong dan memeluk dirinya lalu mengatakan bahwa dia rindu akan kehadirannya. Namun, kali ini beda Renata tidak juga datang untuk menyambut dirinya padahal Dilan sudah berteriak memanggil."Ke mana dia biasanya dia selalu datang untuk menyambutku,"gumam Dilan sambil matanya mencari-cari di mana istrinya berada. "Sayang ini aku pulang!"Dilan kembali berteriak berharap istrinya akan muncul. Lelaki itu berjalan memasuki ruangan hingga akhirnya dia bertemu dengan asisten rumah tangga yang sedang sibuk bekerja."Loh Bapak sudah pulang?"tanya wanita setengah baya yang sudah lama bekerja dengannya itu. "Iya itu Ibu ke mana ya Bi kok dia nggak ada?""Ibu tadi keluar Pak nggak tahu ke mana tadi dia dapat t
Bab 40 "Saudara tiri?" tanya Ervan yang sebenarnya kurang percaya dengan cerita lelaki yang sekilas wajahnya mirip Renata."Iya. Jadi kami ini satu ayah tapi ayahku tak pernah memperlakukan aku sebagai anaknya bahkan sampai akhir hayatnya ibuku dan aku hanyalah dijadikan bayangan. Aku tak pernah mendapat kasih sayang dari papaku sendiri dan itu semua karena," lelaki itu menarik napas dan mengepal telapak tangannya," itu semua karena Renata dan mamanya karena mama Rena adalah istri Syah dan ibuku hanya istri siri sehingga kami mendapatkan perlakuan yang tak adil dari mereka." Ada kilat amarah di tatapan mata lelaki itu."bahkan ketika ibuku kesakitan butuhkan biaya Mereka pun tidak peduli mereka menganggap lemah ibuku kan itu semua karena siapa karena Renata dan ibunya itulah kenapa aku sangat mencintai Natal Aku ingin menghancurkan Renata dan aku juga ingin merebut apa yang seharusnya menjadi hak Aku sama-sama anaknya dermawan kita tidak ada bedanya jadi seharusnya aku juga mendapatk
Bab 39"Aku sudah dapat informasinya," kata Ervan kepada Elsa.Mereka seperti biasa bertemu di sebuah kafe untuk menyusun rencana mereka. "Oh ya terus bagaimana?""Dilan akan pergi ke luar kota dalam jangka beberapa waktu dia akan menaiki pesawat *** dengan jam penerbangan di siang hari dia duduk di bangku nomor 28 dan aku sudah memesankan tiket untuk kamu di bangku dengan urutan yang memungkinkan kalian untuk duduk berdua jadi gunakan waktu itu dengan baik agar kalian bisa lebih akrab."Elsa menerima tiket yang diberikan oleh Ervan."Hebat sekali kamu sudah seperti detektif handal." Elsa tersenyum pada Ervan."Ya begitulah demi membalas dendam atas kematian keluargaku demi membalas kekejaman wanita tak ada akhlak seperti Renata aku bisa jadi apa aja.""Lalu apa saja yang harus aku lakukan untuk mendekati Dilan kamu tahu aku sudah lupa semuanya maksudku aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan agar aku bisa dekat dengannya.""Nanti jika dia tanya kamu bilang saja kalau kamu sedang p
Bab 38Renata membantu suaminya yang sedang mengemasi barang-barang masuk ke dalam tas ada beberapa barang yang belum sempat dimasukkan oleh Rena. "Kalau kamu sibuk nggak apa-apa aku bisa urus sendiri kok itu tadi sepertinya anak kita sedang menangis.""Nggak papa kok mas dia itu cuman tadi haus aja tapi udah diurusin sama baby sister kok, lagian aku juga gak enak masak kamu pergi ke luar kota aku nggak bisa ikut terus mengamasi barang juga aku nggak bantu."Dilan tersenyum mendengar ucapan dari Renata."Nggak apa-apa kok aku itu paham kalau kamu memang sekarang sedang repot apalagi kan kita punya anak bayi jadi kamu fokuskan saja mengurus anak kita mengenai aku aku bisa mengurus diri aku sendiri kok dan aku juga maklum Kalau kamu udah nggak bisa seperti dulu lagi.""Iya mas tapi aku merasa nggak enak saja sepertinya aku seperti telah lupa dengan kewajiban aku sendiri sebagai seorang istri.""Jangan begitu aku tetap bangga kok punya istri seperti kamu kamu itu istri paling baik sedun
Bab 37 "Ada apa Bu?" tanya pembantu Renata saat melihat perubahan raut wajah Renata."Ini Bi masa ada orang kirim video ginian di akun whatsapp aku."Renata menunjukkan video mesum 21+ yang di kirimkan oleh kontak yang tidak dia kenali."Lagian ini orang kok usil banget ya Bu sampai mengirimkan video seperti itu apa tujuannya coba?""Ya itu bi kenapa aku juga nggak ngerti kok bisa-bisanya dia ngirimkan video seperti itu pada saya kenal aja nggak biasanya orang ini cuman ngacak nomor aja sih Bi.""Oh begitu ya terus tujuannya itu apa ya?" Bibi pembantu Renata itu tampak sedang berpikir."Entah ini juga sudah aku hapus nanti kalau ketauan Mas Dilan bisa bayar dikira aku ini nanti biasa menonton video gini ya padahal aku juga nggak hobi nontonnya.""Oh ya Bu saya itu tadi eh kemarin waktu ke pasar Saya melihat orang itu mirip banget sama Tuan Ervan dia itu bicara sama seseorang Bu yang wa
Bab 37"Cheryl," kata Dilan melihat wajah orang yang ditabraknya itu.Elsa tersenyum samar dia tidak tahu siapa yang disebut oleh Dilan itu tetapi yang jelas rencananya sudah berhasil. "Kamu nggak apa-apa?""Aww, kakiku."Elsa pura-pura meringis kesakitan walaupun sebenarnya dia masih bisa menahannya.Sementara Dilan buru-buru memeriksa kaki Elsa."Sepertinya kaki kamu terkilir mungkin akibat kamu tadi terjatuh, Ayo aku papah kamu ke dalam mobil kita pergi ke rumah sakit untuk memastikan bagaimana keadaan kamu." Dilan menatap Elsa dengan tatapan mata cemas. "Tapi aku nggak bisa jalan.""Aku bantu ayo."Dilan merangkul pundak Elsa untuk memapah wanita itu menuju ke mobil. Namun, ketika mereka berjalan beberapa langkah tiba-tiba Elsa berhenti."Ada apa?""Bagaimana dengan motorku apa tidak hilang nanti kalau ada di situ?" Elsa