Share

105. Cinta Tidak Harus Memiliki

Entah apa yang sedang kupikirkan, tiba-tiba saja aku balik kanan dan berlari sambil menggendong Erkan. Tanpa berpikir lagi Muzammil sedang di sisiku. Juga hampir lupa bahwa Erkan sedang dalam gendonganku.

"Zhee!" teriak Muzammil memanggilku.

Aku tidak menggubrisnya lagi, yang ada di otakku wajah Faruq yang melemah dan butuh dukungan orang yang dicintainya. Tanpa terasa aku sudah berdiri di depan pintu ruang dokter spesialis kanker atau Dokter Onkologi. Tanpa ragu aku menerobos masuk.

"Nyonya, ada apa ini?" hardik perawat spontan.

Aku tidak peduli, aku terus masuk hingga akhirnya menerobos ruang periksa dokter.

"Siapa dia, Tuan?" tanya dokter dalam bahasa Inggris.

"Dokter, bagaimana keadaannya?" sahutku panik.

"Apa dia istrimu, Tuan?" tanya dokter lagi.

"Saya keluarganya, Dok," jawabku.

"Kebetulan, Nyonya, silakan duduk!" perintah dokter. "Hanya dukungan keluarga yang paling dibutuhkan. Satu-satunya jalan dia harus kemoterapi, Nyonya, tapi Tuan Faruq menolaknya," ujar dokter
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status