Share

40. Muzammil adalah Kriteriaku

Aku menguping pembicaraan di telepon antara Faruq dengan Muzammil.

"Sekarang aku di rumahmu, Zammil," ujar Faruq.

(...)

"Pembantu barumu mempersilahkan aku masuk, dia sedang membuatkan aku kopi," kata Faruq.

"Kayaknya bukan Rosa, dimana Rosa?"

(...) 

"O jadi dia bersamamu di situ? Tidak apa-apa kok, aku cuma kangen sop buntut sama susu kurmanya. Semua itu mengingatkan aku kepada Fahim, Zammil." ujar Faruq sedih.

Tak lama kemudian Hermin datang dengan membawa nampan berupa secangkir kopi dan makanan kecil.

"Silakan diminum kopinya, Tuan!" kata Hermin mempersilahkan.

"Iya, terima kasih." jawab Faruq.

"Zammil, aku bisa melacak keberadaan Fahim sekarang." ujar Faruq. "Aku mendapat kabar dari pihak bank kalau Fahim habis menarik tunai di Gardu ATM di wilayah Barhee city," ungkap Faruq.

Aku baru tahu ternyata posisiku bisa terlacak dari aktifitas ATM. Untung sekarang aku sudah berada di rumah Muza

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status