Home / Romansa / Suamiku Polisi / Dilamar Polisi

Share

Dilamar Polisi

last update Last Updated: 2022-08-15 11:51:12

Suamiku Polisi

Part 3

(Besok saja, ya)  pesan dari Bang Raja lagi. 

(Now) balasku kemudian. 

Aku keluar kamar, Ayah yang sudah tak bisa kerja lagi duduk di depan TV. Ayahku ini sudah lima tahun sakit, beliau sudah tak bisa kerja, selama ini akulah yang biayai keperluan Ayah, sedangkan Kak Mila biarpun sarjana tapi nganggur. Kuajak kerja di tempatku dia tak mau, katanya gak level sarjana kerja di indoma"""".

'Ayah, mau datang tamu ini," kataku pada Ayah. 

"Siapa yang mau datang malam-malam begini?" tanya Ayah. 

"Calon mantumu, Yah."

"Wah, kok datangnya malam, gak baik terima tamu jam segini," kata Ayah. 

"Dia mau lamar aku pada Ayah," kataku. 

Kak Mila yang mungkin mendengar aku bicara keluar dari kamarnya. 

"Apa, Dina dah gila kau, mimpimu ketinggian, jika Bang Raja mau melamar, akulah yang duluan dilamarnya itu," kata Kak Mila. 

"Maaf saja, Kak, kakak yang mimpi ketinggian, ngebet dapat polisi, akhirnya dapat satpam," kataku tak mau kalah. 

"Hahaha," Kak Mila justru tertawa, tawanya seakan mengejekku. 

"Ok, Kak, kita taruhan, jika benar Bang Raja lamar aku, kakak berhenti merendahkanku, kakak jangan pernah suruh aku cuci bajumu lagi, jangan pernah suruh beli jajanan tapi tak kasih duit," kataku, aku benar-benar terpancing.

"Baik, macam udah kenal kali kau si Raja itu seperti apa, jika dia tak datang malam ini, kau cuci bajuku selamanya," kata Kak Mila. 

"Baik, sepakat," 

"Apa-apaan nya kalian ini," kata Ayah seraya garuk-garuk kepala. 

"Lihat beda kita, Dina, lihat," kata Kak Mila lagi seraya mengukur tinggiku. Dia memang tinggi semampai, aku agak pendek dan sedikit berisi. 

Deg-degan menunggu Bang Raja, ini saatnya aku uji keseriusan polisi ganteng itu, aku kembali kirim pesan. 

(Jika tak datang, kita putus) 

Sampai setengah jam kemudian, Bang Raja belum juga datang. Kak Mila sudah mulai mengejekku. 

"Aku akan jadi ratu," kata Kak Mila seraya melirikku. 

Detik demi detik berlalu, sampai jam dua belas pas, Bang Raja belum juga menampakkan batangan hidungnya, aku mulai pasrah. 

"Kalau nyuci yang bersih ya," ejek Kak Mila. 

Aku menunduk, aku merasa kalah, kudekati Ayah, hanya Ayah yang sayang padaku di rumah ini, setidaknya begitu perasaanku. 

"Maaf, Yah, tamunya batal datang, tidur aja Ayah," kataku. 

"Jangan putus asa dengan keyakinanmu, Dina," jawab Ayah. 

Aku menuntun Ayah masuk kamar, sedangkan Kak Mila masih tertawa mengejek. Tiba-tiba terdengar suara motor khas, itu motor ninja, dalam hati aku berteriak "yes"

Karena aku lagi menuntun Ayah masuk kamar, Kak Mila dan ibuku yang menyambut kedatangan Raja. Ayah juga kembali kutuntun ke sofa. Raja, Ibu dan Kak Mila sudah sudah duduk lebih dulu. Aku ke dapur mengambil minuman untuk Bang Raja. 

"Pak, Bu, saya datang kemari hendak melamar putri Bapak dan Ibu," kata Bang Raja. 

"Alhamdulillah," batinku. Kulirik Kak Mila, dia seperti kebakaran jenggot. Puas rasanya melihat dia yang seperti bingung, sesekali dia betulkan rambutnya, rambut hitam lurus yang sering dia banggakan itu. 

"Mohon maaf, Pak, Bu, jika lamaran ini tak lumrah, aku janji bulan depan akan bawa orang tuaku ke mari," kata Bang Raja seraya melihat jamnya. 

"Terima kasih, kami terima lamarannya, tapi, begini Nak Raja, seperti kau tahu, putri kami tiga di sini, yang bungsu masih mondok di pesantren, yang sulung ini si Mila, Nak Raja pasti sudah kenal, jadi kami minta lamarlah yang sulung duluan, kami sangat berterima kasih, lagian dia lebih cocok jadi bhayangkari, dia sarjana ekonomi, berpendidikan," kata ibuku. 

Bagai disambar petir aku mendengar perkataan Ibu, kulihat Kak Mila tersenyum seakan mengejekku. Kulihat Bang Raja, dia seperti salah tingkah. Bang Raja polisi yang tegas bila berhadapan dengan penjahat, akan tetapi berhadapan dengan ibuku dia seperti kucing hutan masuk kota. 

"Kedua putri kami kan sudah Nak Raja kenal,  bisa jadi aib bagi kami jika adeknya yang duluan menikah," kata Ibuku lagi. 

Bang Raja masih tetap diam, dia justru garuk kepala, dia mungkin tak menyangka akan begini. Mana ketegasanmu, Bang? batinku. 

"Mak!" teriakku tertaham. 

"Iya, Dina, mamak tahu apa yang terbaik buat putri mamak, mamak sudah tahu bagaimana putri mamak," kata ibuku. 

Kesal, sebel, sampai sekarang belum berubah, selalu Kak Mila yang didahulukan, aku benci, aku muak. Kutunggu reaksi dari Bang Raja, dia sepertinya gugup. 

"Lagi pula yang duluan Nak Raja kenal kan si Mila," kata ibuku lagi. Beliau benar-benar berperan sebagai juru kampanye Kak Mila, aku disingkirkan. 

"Tapi, Bu ....!" Bang Raja tak melanjutkan perkataannya, aku tahu dia juga bingung dengan sikap ibuku. 

"Keputusannya begitu, Nak Raja, kami hanya terima lamaran jika yang sulung duluan dilamar, melangkahi kakak itu tak baik di adat keluarga kami," kata Ibu lagi. 

Kak Mila makin tersenyum, tak bisa kupahami pikiran Ibu dan kakakku ini, padahal kakak sudah punya calon seorang satpam. 

Bang Raja akhirnya pulang, dia tak menjawab lagi, aku tahu bagaimana perasaannya, dia sama bingungnya denganku. 

"Nomorku masih yang lama, Bang Raja," kata Kak Mila sebelum Bang Raja naik ke motor ninjanya. 

"Kenapa, Mak, kenapa?" kataku setelah Bang Raja pergi. 

"Mamak tahu yang terbaik buat putri Mamak, Mila lebih pantas jadi Bhayangkari dari pada kau, Dina, lagi pula Mila yang lebih dulu kenal, masa sih kau sampai hati rebut pacar kakakmu?" kata ibuku. 

"Aku muak dengan kalian," kataku seraya masuk kamar dan membanting pintu. 

(Aku bingung harus bagaimana, Dina, sungguh aku bingung,)  pesan WA Bang Raja. 

(Aku juga bingung, mari kita bingung)  balasku. 

Terdengar suara ketukan pintu kamar. 

'Dina, aku mengaku kalah, memang Bang Raja datang melamar, aku janji gak akan ganggu kau lagi, karena aku akan menikah dengan polisi," kata Kak Mila dari luar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Polisi   Kak Mila Berubah

    Suamiku PolisiPembicaraan buntu, Kak Mila tetap bersikeras ibu harus dibawa ke tempatnya, sedangkan Bang Raja tidak bisa memenuhi, alasan Bang Raja, cutinya hanya empat hari, dan sudah diambil tiket pesawat pulang pergi Medan Balikpapan. "Udahlah, Bang, kita antar saja," kataku pada Bang Raja. "Dek, selain karena waktunya sempit, Abang kok masih kurang percaya pada Kak Mila," kata Bang Raja. "Mungkin benar Kak Mila sudah berubah, Bang, siapa tahu memang begitu, lagi pula mamak lebih baik mungkin tinggal di sana," kataku lagi. HP-ku bunyi lagi, ada panggilan dari Kak Mila, kukasih kepada Bang Raja, setelah lebih dulu aku menghidupkan speaker. "Raja, aku ganti tiket kalian, aku bayar biaya kalian ke mari, asal kalian bawa mamak, tolonglah, Raja, di sini ada pengobatan alternatif, mungkin mamak bisa sembuh," kata Kak Mila. "Udah kaya Kak Mila ya?" kata Bang Raja. "Alhamdulillah, suamiku pelaut, gajinya dua puluh jutaan sebulan," kata Kak Mila. "Baik, kalau gitu, kita tanya dulu

  • Suamiku Polisi   Menjemput Ibu

    Suamiku Polisi "Ke Kalimantan, Bang?" tanyaku memperjelas perkataan Bang Raja. Kalimantan itu bukan dekat, jauh sampai seberang pulau, bagaimana bisa kami akan ke sana, Bang Raja kan kerja? "Iya, Dek, Abang permisi dulu ke atasan, mungkin sudah bisa ambil cuti lagi," kata Bang Raja. Aku jadi terharu, Bang Raja mau bersusah payah sampai ke Kalimantan untuk menjemput ibuku, ibu yang sudah banyak menyakiti kami. Ibu yang telah membuat malu keluarga. Aku sangat bersyukur punya suami seperti ini. Tiga hari kemudian, Bang Raja dapat ijin khusus. Kami punya waktu empat hari menjemput ibuku ke Kalimantan. Anakku yang sudah hampir satu tahun juga kubawa. Tiket pesawat sudah dipesan, kami akan terbang dari Medan menuju Balik Papan. Tiba-tiba saja aku dapat telepon dari Kak Mila, baru kali ini dia menghubungiku semenjak pergi entah ke mana. "Dina, kenapa mamak viral begitu, kenapa mamak berada di Kalimantan?" tanpa basa-basi Kak Mila langsung membrondongku dengan berbagai pertanyaan. "Itu

  • Suamiku Polisi   Rasa

    "Rasa?" "Iya, Bu, tidak ada obatnya, ibu akan mati perlahan-lahan," kata Bu Paijah. Ya, Allah, aku jadi gemetar, kenapa aku bisa dapat penyakit seperti ini? segera kuteleppon Bang Raja. Kuceritakan apa yang kualami, Bang Raja pulang dan membawaku ke dokter. Setelah beberapa kali periksa, dokter bilang, aku sakit radang lambung, dokter tersebut juga memberikan resep. "Bang, Bu Paijah bilang aku kena rasa," kataku pada Bang Raja, ketika kami sampai di rumah. "Ah, mana mungkin, Dek, adek hanya radang lambung, minum obat nanti juga sembuh," kata Bang Raja. "Tapi, Bang," "Udah, Dek, istirahat saja dulu," kata Bang Raja. Ketika suami harus kerja lagi, aku minta Bu Paijah yang menemaniku di rumah. Aku juga ingin bertanya bagaimana rasa ini, apakah betul aku kena racun tak kasat mata. "Ini memang rasa, Bu, dokter memang tak bisa deteksi rasa, kalau Ibu mau, kupanggil dukun," kata Bu Paijah. "Aku menurut saja, tanpa sepengetahuan Bang Raja, kami memanggil dukun yang konon bisa mengob

  • Suamiku Polisi   Racun

    Hidup rasanya lebih tenang setelah kepergian Ibu dan Kak Mila, tak ada lagi yang menggangu. Ayah jadi makin sehat, benar juga kata orang, kesehatan itu berawal dari pikiran. Setelah cerai dengan ibu, ayah jadi tambah sehat. Di usianya yang sudah lima puluh enam tahun, beliau kelihatan makin semangat hidup, dan menjaga gaya hidup sehat."Kasihan Ayah, Dek?" kata Bang Raja di suatu malam, saat itu Ayah lagi duduk di teras, kami duduk di depan TV, sedangkan anakku sudah tidur. "Kasihan kenapa, Bang, Ayah makin sehat itu," kataku seraya makan camilan. "Lihat itu Ayah, pandangannya kosong beliau kesepian," kata Bang Raja. "Kesepian bagaimana, Ayah sudah lima puluh enam tahun lo, Bang," "Pria itu gak ada batasan umur, Dek, aku yakin Ayah masih butuh pendamping,""Ah, ada-ada saja, Abang," "Betul, Dek, kalau misalnya beliau minta kawin lagi, jangan larang ya," kata Bang Raja. "Gak mungkin, Bang, gak mungkin Ayah mau kawin lagi," jawabku seraya membuka HP.Akan tetapi pikiranku jadi ber

  • Suamiku Polisi   Kagum Pada Aparat (Pov Ibu Mila)

    Suamiku PolisiPov Diana (Ibu Mila) Semenjak kecil aku sangat kagum melihat lelaki berseragam. Mau itu polisi atau tentara aku sangat tertarik melihatnya. Sampai ketika remaja, aku selalu cari perhatian bila ada kenalan pria berseragam. Bagiku pria berseragam itu tampak seksi. Dalam hati aku bertekat harus punya suami polisi atau tentara. Adalah Rahmat, tentara muda yang baru bertugas di kotaku, dia tampan, hidung mancung. Aku tergila-gila padanya. Perkenalan kami ketika dia melatih baris berbarus di sekolahku. Kami langsung akrab dan menjalin hubungan, atau istilahnya pacaran. Selepas aku SMA, aku sedih, Bang Rahmat mau pindah tugas ke Papua. Aku takut sekali dia tinggalkan. Jadi timbul ide jahat, aku akan menyerahkan diriku padanya, dengan begitu mungkin dia akan segera menikah denganku, tak pergi lagi tugas ke Papua. Malam itu ketika dia apel ke rumah, aku lagi sendirian di rumah, Ayah dan Ibu sedang pergi kondangan. Aku dapat kesempatan, kurayu dia, tentu saja dengan mudah dia

  • Suamiku Polisi   Sejarah Terulang

    Suamiku PolisiPart 41"Mak, kenapa, Mak?" tanyaku pada ibu. Saat itu sengaja aku datang ke rumah nenek. Ingin kutahu apalagi motif ibuku kini, aku masih ragu ibu benar hamil, masih belum bisa diterima otakku, seorang ibu yang sudah punya cucu bisa pacaran dan hamil. "Mamak juga gak tau, Dina," kata ibu, matanya tampak sembab, mungkin habis menangis. "Masa sih gak tau, Mak? jadi hamil aja gitu tanpa berbuat?""Bukan begitu, Dina, mamak gak tau masih bisa hamil, mamak pikir gak akan bisa hamil lagi, wong sudah punya cucu,""Astagfirullah, Mak, siapa lelaki itu?" tanyaku lagi, seperti bertukar posisi rasanya, aku seperti seorang ibu yang memarahi putrinya. "Dia teman Ibu, dia masih dua puluh tahun,""Ya, Allah, dua puluh tahun?""Karena bukan kau itu, Dina, mamak kesepian, lima tahun puasa," Lagi-lagi aku hanya bisa istighfar, aku menyerah kini, semoga saja permohonan pindah tugas suami cepat disetujui, aku ingin pergi jauh. "Dina, bantu dulu mamak sekali ini lagi," kata Ibu lagi.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status