Share

Terbongkarnya skandal

Bu Wulan melihat Shelomitha bersedih, Ia tak sengaja melihat Shelomitha mengusap air mata. Yang sebenarnya Arya sudah menceritakan perselingkuhannya Bramantyo dengan Siska. Bu Wulan merasa sangat sedih melihat luka yang disembunyikan oleh menantunya. Apa kurangnya Shelomitha hingga Bramantyo putranya menyakiti wanita sebaik Shelomitha.

"Arya, sebenarnya ada apa dengan, Mitha?" tanya Bu Wulan pada Arya saat itu. 

"Memangnya kenapa, Ma?" Arya seolah pura-pura tak tahu, seraya menatap ke arah ponsel miliknya.

"Jangan bohong sama, Mama. Mama kenal, Mitha sudah lama, jadi tahu kalau Mitha itu lagi ada masalah serius."

"Sebenarnya, Mas Bram selingkuh, Ma." Pelan Arya menjelaskan takut jika mamanya shok.

"A ... apa!"

"Ma ... bangun, Ma. Mama ... bangun Ma." Pekik Arya meraih tubuh Mamanya.

Simbok, juga Arya memberikan minyak kayu putih pada hidung, leher, tengkuk, juga perut Bu Wulan, Simbok memijit-mijit tangan Bu Wulan. Hingga menit berikutnya wanita paruh baya itu siuman.

"Arya, tolong ambilin, minum."

"Ini, Ma." Arya memberi minuman mineral pada Mamanya.

"Mama sudah, Arya bilang pasti kan jadi kepikiran begini."

"Ko bisa sih, kakakmu main gila sama perempuan itu. Mana adik kandungnya lagi, gimana Mitha enggak stress coba, astaga, Bram kok bisa sih." Bu Wulan terlihat kesal.

"Maka dari itu, Ma. Arya takut kalau, Mbak Mitha ninggalin keluarga kita."

"Kau benar, Arya. Itu juga yang mama takutkan."

Bu Wulan menatap lekat Shelomitha, ia juga bersedih bagaimana bisa Bramantyo menghianatinya.

"Ma, ayo dimakan, jangan melamun saja." Perkataan Arya membuat Bu Wulan tersadar dari lamunannya.

"Iya."

Makanan siap di atas meja, mereka menyantap Gurame bakar dengan lalapan beserta sambalnya. Meski bukan di restoran mewah, mereka sangat menikmati hidangan yang disajikan. Apalagi Arya, karena bagi Arya, kebersamaan satu keluarga yang terpisah sudah lebih dari cukup untuk membuat makanan terasa jadi lebih nikmat.

"Tha, makan yang banyak, Nak."

Shelomitha tersedak. Ia meraih gelas yang telah jeruk hangat lalu meneguknya hingga tersisa setengahnya.

"Iya, Ma." Shelomitha menjawab.

Kedua netra Bu Wulan dan Arya saling tatap, melihat Shelomitha tak selera makan.

"Rania habiskan ya." Bu Wulan menyuapi Rania.

"Iya, Eyang."

Arya menghembuskan napas kasar melihat tingkah Shelomitha yang diam tanpa bicara. Arya merasa benci pada lelaki yang telah menoreh luka pada kakak iparnya yang begitu baik. Luka, itu masih begitu membekas hingga saat ini membuat Shelomitha begitu tersakiti itu yang tertangkap oleh kaca mata Arya.

Arya menatap ke arah Shelomitha yang masih melamun. "Mbak, habiskan."

"Iya, Arya."

-

Setengah jam kemudian mereka telah sampai di rumah. Bu Wulan dan Arya mampir ke rumah Shelomitha. Raka juga sudah pulang dijemput sama Mang Kardi. Rumah terlihat sepi, mereka memasuki rumah, ternyata Sekar sudah menunggu di ruang tamu membuat semua kaget melihat ke arah Sekar.

"Enak ya, jalan-jalan sama keluarga, Ibu Wulan Subroto, wanita deretan terkaya di kota ini." Sekar memulai pembicaraan dengan sindiran.

Shelomitha terdiam.

"Lancang kamu ya, siapa yang mengizinkan kamu masuk ke ruang ini, hah?"

"Kenapa, Bu Wulan? Takut atau merasa terancam. Aku merebut putramu."

"Siska bicara yang sopan sama orang tua." Jelas Shelomitha.

"Apa sopan, bulshit, Sebentar lagi posisimu akan aku gantikan, Shelomitha." Lagi Sekar mulai ngelantur.

"Astaga, Sekar." Pekik Shelomitha.

Shelomitha hanya bisa menarik napas panjang, kenapa adiknya berubah drastis seperti ini, kasar tidak ada sopan-sopannya sama orang tua. Apa yang membutnya seperti orang kerasukan bahkan memanggil dirinya dengan sebuatan Shelomitha, bukan Mbak seperti biasanya. Gadis yang dulu baik kenapa sekarang berubah seperti ini.

"Kenapa Shelomitha, enggak terima, aku bicara kasar. Suka-suka aku dong." Siska melotot tak terima.

"Jaga mulutmu wanita gila." Bu Wulan terlihat begitu geram.

"Jangan marah-marah, Bu Wulan yang terhormat, sebentar lagi aku akan menjadi menantumu, kan!"

"Astaga, aku tidak akan sudi punya menantu wanita sepertimu. Mana ada seorang adik merebut suami kakaknya, wanita macam apa itu."

"Tapi itu kenyataan, Bu Wulan. Sebentar lagi aku akan jadi menantumu, gimana dong."

"Astaga, apa wanita ini tidak mengerti kata-kata ya." Kesal Bu Wulan menghadapi Sekar.

"Dasar wanita gila ...!" Arya kesal ingin menampar wanita itu namun tangannya ditahan oleh Shelomitha.

"Jangan kotori tanganmu, Arya, hanya dengan menampar wanita ini."

Siska tertawa terbahak-bahak.

Bu Wulan memeluk Shelomitha, berusaha menenangkan Shelomitha. Apakah ada seorang adik menyakiti kakaknya.

"Pergilah." Usir Arya.

"Kenapa harus pergi, aku saat ini sedang mengandung anak dari, Mas Bramantyo suami kamu Shelomitha."

Sesaat Shelomitha beku. Tubuhnya menedadak bergetar hebat, seolah tubuhnya tak dapat digerakkan. Shelomitha menatap tak percaya pada adik yang berada di depannya. Sungguh Sekar benar-benar wanita tak berperasaan. Baiklah, Shelomitha mengerti mungkin Bramantyo tak menginginkan Shelomitha lagi dihidupnya, tapi bukan berarti ia menghamili adiknya.

Jika Bramantyo tak menganggapnya sebagai istrinya, setidaknya bukan adiknya yang ia hancurkan.

"Apa ...." Bu Wulan duduk di sofa memegangi dadanya yang terasa sesak.

"Mengandung, apa kamu yakin itu anaknya, Mas Bram, bukankah kau sering tidur bersama banyak Pria?" sindir Arya pada Siska.

"Tutup mulutmu, Arya." Siska meradang menatap ke arah Arya sinis.

"Wanita yang baik, dan terhormat tidak akan pernah jadi pelakor, dan kau tahu itu adalah suami dari kakakmu sendiri. tapi kelakuanmu tak ubahnya seperti sampah," Arya terlihat santai, meskipun hatinya terluka menatap Shelomitha juga mamanya begitu terluka.

Siska berada diluar kendali, ucapaan Arya membuat Siska sangat marah. Siska mendorong tubuh Arya, namun Arya tetap pada posisinya.

"Siska apa yang kau lakukan di sini?" Btlram bertanya tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Mencarimu lah, Mas."

Bram melihat sang Mama juga istrinya menangis.

"Ada apa ini?" tanya Bramantyo.

"Kau keterlaluan, Bram. Kau menghamili wanita gila itu." Jelas sang Mama murka.

"Apa! Siska apa yang kau katakan?"

"Kenapa, bukankah benar aku hamil."

"Pergiii ...."

"Mas."

"Pergi aku bilang." Bentak Bram.

Bramantyo menyeret tubuh Sekar keluar dan menyuruh satpam untuk mengusirnya. Sesaat Bramantyo kembali ke dalam cemas kepada Shelomitha juga mamanya. Sementara tubuh Shelomitha bergetar ia jatuh lunglai ke lantai, Bu Wulan mertuanya menangis histeris. Beliau tahu apa yang dirasakan Shelomitha saat ini luka begitu dalam. Bramantyo menatap istrinya tak tega, ia ingin mendekati tapi tidak berani.

Tatapannya kosong sesaat tubuh Shelomitha jatuh dan pingsan. Bramantyo berusaha mendekati tubuh istrinya namun ditahan oleh Bu Wulan seraya berteriak.

"Jangan sentuh, Mitha. Bram? Jangan sentuh, Dia."

Bramantyo mundur satu langkah.

"Kau yang membuat kekacauan ini, kembalikan menantu, Mama yang dulu ceria." Pekik Bu Wulan marah sekali.

"Maaf, Ma. Bram khilaf."

"Apa khilaf, khilaf sampai mengahamili. Adik Mitha, hah. Apa tidak ada perempuan lain? Arya bawa, Mitha masuk ke dalam kamar?"

"Baik, Ma," jawab Arya sambil mendekati tubuh Mitha.

Dengan badannya yang kekar dan berotot Arya menganggkat tubuh Shelomitha menaikki tangga. Arya memadang tubuh mungil yang begitu cantik. Sungguh enggak tega melihat kakaknya sesakit ini, Arya heran kenapa Bramantyo lebih memilih selingkuh dengan wanita bar-bar itu.

Sampai kamar Arya menidurkan tubuh Shelomitha.

"Mbok anak- anak enggak tahu kan kejadian tadi?" tanya Arya pada Simbok.

"Beres, Den Arya, mereka di gazebo belakang rumah," jelas Simbok.

"Baik, Mbok jaga Mbak Mitha ya. Biar aku temani anak-anak di belakang."

"Injih, Den Arya."

Bu Wulan merasa dadanya begitu sesak, ia tidak pernah mendidik anaknya sekejam ini. Byram berjalan menuju mendeketi sang mama. Kali ini wanita paruh baya itu telah gagal mendidik anaknya, wanita itu sedang hamil bisa dipastikan ia akan kehilangan sang menantu kesayangannya Shelomitha.

"Mama, maafkan, Bram."  Bram mencoba meminta maaf. 

Bu Wulan menatap kesla ke arah Bramantyo. "Maaf untuk apa? Maaf karena telah membuat, Mama dan Mitha terluka, hah."

Bramantyo terdiam.

"Mama tidak pernah mendidikmu menjadi seorang pria yang kejam, dan pengecut sepeti ini, Bram. Sampai tega kau menghianati Mitha, dan membuat adiknya hamil. Mama enggak bisa berpikir, apa kau waras, hah."

Hening

"Mama, ini tidak seperti yang, Mama kira, Bram terpaksa." Bram berusaha meyakinkan mamanya.

Bu Wulan tertawa sinis. "Menghamili adik dari istrimu kau bilang tidak seperti yang Mama kira. Apa kau tidak berfikir dampak dari anak-anakmu jika kalian berpisah? Apa kau berfikir dari mana Mitha mendapatkan uang jika kalian berpisah? Jika Mitha pergi dari rumah ini Mama tidak akan memaafkanmu."

"Maaf, Ma." Bram terlihat gelisah.

"Kau kejam, Bram."

"Iya, Bram mengaku salah, Ma. Maaf."

"Apa kata maaf bisa menyembuhkan luka Mama dan Mitha?"

Bram terdiam.

Bu Wulan pergi meninggalkan Bramantyo yang masih menundukkan krpala karena sesalnya. Bu Wulan berjalan menuju kamar Shelomitha. Wanita paruh baya iyu melihat pandangan Shelomitha kosong, wanita paruh baya itu memeluknya dari belakang. 

"Yang kuat sayang demi anak-anak juga Mama," bisik Bu Wulan.

"Ma, apa yang harus Mitha lakukan?" tanya Mitha seraya bergetar.

"Sabar sayang ini ujian buat kamu, Mama harap jangan buat kepustusan dulu, pikirkan baik-baik."

"Tadinya, Mitha fikir akan memaafkannya, mungkin, Mas Bram khilaf, Ma. Tapi apa, wanita itu hamil, Ma." 

"Sudah ... sayang nanti kamu drop lagi, sudah, sudah sayang," Bu Wulan seraya membelai rambut menantunya.

Mitah menarik napas dalam. "Kenapa, Siska berubah menjadi wanita yang ambisi dan egois, Ma, apa salah Mitha hingga ia tega menghancurkan hidup, Mitha?"

"Dibalik semua ini pasti ada hikmah dan jalan keluarnya, sayang sudah tenang ya." Bu Wulan memenangkan Mitha.

Arya kembali berjalan ke arah kamar Mitha, ia memberikan obat sisa dari rumah sakit.

"Minumlah, Mbak." Arya memberikan tiga butir pil dan air mineral.

Shelomitha mengangguk lalu meminumnya.

Bu Wulan memberbaring tubuh Shelomitha untuk tidur. Mama wulan memutuskan untuk tidur satu ranjang dengan Shelomitha, beliau takut jika nanti ada apa-apa dengan menantunya itu.

Bramantyo memasuki kamar, ia ingin sekali melihat kondisi istrinya yang tadi pingsan, ia bahkan tak berani. Bramantyo berbaring di atas ranjang king size miliknya, ia masih merasakan aroma tubuh wangi bekas istrinya di ranjang ini. Ia tidak habis pikir baru beberapa hari ia bermesraan. Sekarang bahkan untuk mendekat dan memandang wajah Shelomitha pun ia tak berani. 

'Siska kau wanita yang selalu ingkar janji, lihatlah aku akan menghancurkan hidupmu. Kau telah merampas kebahagiaanku.' Lirih Bram dalam hati. 

-

Suara Adzan menggema di berbagai penjuru ruangan rumah itu, menandakan subuh sudah tiba. Shelomitha bangun mengambil wudu menjalankan kewajibannya sebagai seorang hamba. Sakit hati datang pada dirinya, ia harus tetap optimis dan pandai bersyukur. Ketenangan akan hadir di hati ketika ia menginggat Allah disetiap langkahnya. Selama ini ia sangat jauh dari Tuhannya. Tak pernah menyentuh mukena juga kitab sucinya.

Shelomitha harus berfikir positif sebab ketenangan hati adalah obatnya, ia harus bangkit dari keterpurukan, ia tahu apa yang harus ia lakukan, ia memandangi lemari yang penuh dengan pakaian. Sudah lama Shelomitha mengoleksi baju syari itu diam-diam, mungkin saat inilah ia harus berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Aktivitas pagi dilakukan Shelomitha harus tetap semangat, bersama Mbok Darminia menyiapkan sarapan. Sesaat kemudian sarapan pagi telah tersedia di meja makan, bu Wulan keluar melihat Shelomitha memakai handuk di kepala. Dan wajahnya sudah kembali ceria,Bu Wulan tersenyum melihat Shelomitha baik-baik saja.

"Pagi sayang? Sudah sehat?" tanya Bu Wulan.

"Alhamdulillah, Ma, harus tetap semangat kan, untuk Raka juga Rania." 

"Syukurlah, sini peluk, Mama."

Shelomitha tersenyum geli. "Tapi, Mitha belum mandi, Ma, Mitha izin mandi dulu ya, Ma."

"Baiklah jangan lama-lama, Mama tunggu! Kita sarapan bareng."

"Siap, Ma."

Semua sudah berkumpul di meja makan, masih menunggu Mitha yang belum datang. Sesaat Shelomitha sudah bergabung dengan yang lain. Shelomitha duduk di kursi, semuanya terkejut tapi tak ada yang berani menyapanya. 

"Bunda paling cantik sedunia." Rania memberi pujian.

Mitha tersenyum melihat ke arah Rania. "Masa aih cantik, enggak ah." Sindir Shelomitha pada Bramantyo.

"Cantik, Bunda."

Shelomitha mengangguk dan melanjutkan sarapan.

Hening hanya tersengar suara piring dan sendok beradu. Tak ada satu katapun keluar, mereka hanya memandang takjub wanita yang duduk anggun memakai kerudung navy. Bramantyo menandangnya sampai sendoknya jatuh ke piring. Namun Shelomitha tak menghiraukanmya, Arya dan Bu Wulan pun saling berpandangan. 

"Bunda ... anterin, Raka ya. Takut telat kata Bu guru nanti ada ulangan."

"Iya sayang, tapi habiskan makannya."

"Iya, Ma."

"Rania boleh ikut, Bunda?"

"Kalau ikut Om Arya sama Eyang siapa temannya di rumah."

"Em baiklah, Bunda. Tapi Bunda jangan lama-lama ya," pinta Rania.

Shelomitha tersenyum. "Baiklah."

Shelomitha dan Raka berpamitan pada Arya juga Bu Wulan. Tak menghiraukan Bramantyo dan di antar sama Mang Kardi.

Mereka masih tidak percaya Shelomitha berubah menjadi lebih tegar.

"Mama, itu bener tadi, Mbak Mitha? Cubit tangan, Arya. Ma."

Bramantyo terdiam.

Bu Wulan memukul Arya. "Aghh sakit."

"Iya itu, Mitha. Syukurlah Mama ga bisa bayangin jika Mitha bisa cepet mengendalikan pikiranya. Mama enggak habis pikir, kok ada yang nyakitin wanita sebaik Mitha. Padahal kalau dilihat, cantiknya, baiknya, lembutnya, Kalau sama Siska bagai langit dan bumi 'kan." Bu Wulan menyindir, Bramantyo yang berada di samping.

Bramantyo hanya diam, ia berusaha sekuat tenaga pun Shelomitha sudah tidak akan memaafkanya. Wajah Bramantyo memanas ketika tadi melihat wanita di depannya begitu baik dan cantik, istrinya memang wanita yang sangat istimewa. 

Bramantyo bahkan sudah tak berani menyentuhnya. Kata orang seribu kebaikan akan hilang dengan satu kesalahan, Itulah Bramantyo. Yang telah menghianati istrinya, bukan satu kali kesalahan namun berkali-kali kesalahan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status