Rembulan bersinar di waktu malam, bulan mengantung separuh diatas sana hanya terdengar suara bising pabrik dan suara lalu lalang kendaraan. Mitha duduk dibalkon atas, ia memandang bintang, berharap jika menjadi sinar untuk kedua buah hatinya. Shelomitha meneguk teh hangat buatan Simbok, berharap jika sakitnya akan sedikit menghilang.
Penghinaan Bramantyo masih sangat membekas di hati.Serendah itukah cinta dan ketulusan Shelomitha di matanya?Ah, betapa bodohnya Shelomitha yang percaya begitu saja dengan omong kosong cinta! Ya empat tahun dia bermain skandal dengan adiknya. Shelomitha menangkupkan jaket di badan, angin berhembus begitu kencang hingga membuat Shelomitha menggigil kedinginan. Shelomitha beranjak bangkit berjalan menutup pintu balkon lalu masuk ke kamar, ia berbaring di atas ranjang king size, rasa ngantuk menyerang mungkin karena pengaruh obat yang ia minum.Sementara Bramantyo masih di kantor ia sibuk dengan tugasnya, selesai mengerjakan file ia beranjak pulang. Bramantyo melihat semua komputer di dalam ruangan sudah dimatikan hanya dirinya dan beberapa karyawan yang masih ada di kantor. Dia berjalan menuju tempat parkir mobil, setelah sampai disana, ternyata Siska sudah menunggu diparkiran."Hay sayangku." Siska bicara seraya menggoda.Bramantyo terdiam.'Sittt dia lagi, dia lagi enggak ada henti-hentinya ia mengganggu hidupku.' guman Bramantyo muak"Malam ini kencan yuk diapartemen yang, Mas belikan?" Siska menggoda lagi."Enggak saya harus pulang," jawab Bramantyo tegas"Ayolah, Mas Bram, Siska rindu belaian, Mas Bram.""Dengar ya? Jangan ganggu saya." Bram terlihat kesal."Baiklah, kalau, Mas enggak mau kubongkar kehamilanku di depan, Mbak Mitha." Ancam Sekar."Bener-bener gila kamu ya!" Bram terlihat menahan emosinya."Terserah, Mas Bram pilih yang mana? Mau aku bongkar atau kita kencan?"Bram menarik napas dalam. "Iya, iya." Bram terlihat pasrah.Akhirnya mereka telah sampai di apartemen Siska. Bramantyo sengaja mengikuti alur wanita ini, ia berharap ada sedikit saja celah untuk mengetahui sifat jahatnya dan juga rahasianya. Bramantyo harus berpura-pura, supaya ia sendiri yang membongkar kejahatan Siska. Atau malah nantinya Bramantyo yang akan terperangkap dalam permainan wanita itu. Entahlah.Kopi panas mengepul tercium di penciuman hidung Bramantyo. Aromanya yang begitu nikmat tarsaji di atas meja, Siska sengaja merayu Bramantyo dengan pakaian mini. Bramantyo menyeruput kopi panas itu, sambil berfikir bagaimana cara menolak Siska malam ini."Mas, Siska rindu." Siska bersandar di dada bidang milik Bramantyo.Bramantyo terdiam"Mas ...."Siska bergeming licik. 'Apapun aku harus menggodanya sampai Mas Bram mau bercinta denganku.'"Iya sebentar." Bramantyo curiga jika Siska pasti punya rencana licik.Bram berdiri seraya meminum kopi, sesaat kedua netranya tertuju pada ponsel yang berada di dekat vas bunga, mungkin saja Siska akan menjebaknya lagi."Siska tolong ambilkan aku handuk? aku mau mandi."Siska tersenyum menggoda. "Baiklah, Mas.""Cepat, Sis.""Iya, iya."Dengan cepat Bramantyo menggambil ponsel itu mengeceknya ternyata benar vidio sedang on, 'dasar wanita bar-bar' ucap Bramantyo dalam hati. Ia langsung mematikan vidionya dan mengembalikan ditempat semula. Lalu melangkah menuju kamar mandi, selesai mandi Bramantyo hanya memakai handuk berjalan keluar mau mengambil baju. Siska langsung menarik tubuh Bramantyo hingga terjatuh menimpa tubuh Siska di ranjang, dan dosa itu kembali terjadi.Ketika Siska berada di kamar mandi Bramantyo cepat-cepat memakai baju dan bersiap mau pulang. Ia langsung beranjak pulang tanpa pamit, Siska yang keluar kamar mandi mencari Bramantyo sudah tidak di tempatnya. Siska begitu kesal hingga membanting cangkir kopi ke lantai, Siska tertawa pelan, ingat jika vidionya pasti seru buat meneror Shelomitha.Siska berjalan mendekati vas bunga, ia melihat ponsel dan ternyata sudah off, ia bergeming seraya kesal 'Aduh nih aku yang lupa nyalain apa gimana sih, kok bisa ya jadi off. Mana Mas Bram tadi memperlakukanku kasar banget lagi, berasa aku kayak wanita penghibur saja. Tapi tak apalah yang penting usahaku untuk merebutnya dari kakakku itu terwujud.'Bramantyo melajukan mobilnya dengan kecepatan cepat, ia berharap agar cepat sampai di rumah. Benar mobil sudah terparkir di halaman rumah. Ia berjalan masuk dan rumah terlihat begitu sepi. Mungkin semua mereka sudah tertidur. Bramantyo berjalan menuju kamarnya, ia menatap lekat kamar Shelomitha tepat di samping kamarnya sedikit terbuka, terlihat istrinya sudah tertidur, biasanya jam-jam segini Shelomitha selalu menunggunya meskipun Bramantyo pulang larut.Bramantyo masuk, ia melihat istrinya lagi tidur nyenyak, Bramantyo berusaha mengusap rambut Shelomitha lalu mencium kening Shelomitha, ia beranjak pergi meninggalkan Shelomitha menuju kamar. Bramantyo ragu apakah ia harus berkata jujur, rasa bersalahnya kembali hadir saat Bramantyo melakukan dosa itu lagi tadi.Fajar mulai bersinar dari ufuk timur, suara riuh burung-burung berkicau di atas pepohonan dan embun pagi masih menyelimuti membuat dinginnya tembus di kulit. Seperti biasa Shelomitha menyiapkan beberapa hidangan di meja makan untuk sarapan. Selesai membantu Simbok Shelomitha berjalan membantu Raka merapikan baju sekolahnya."Sarapan yuk, Nak.""Iya, Bunda.""Ajak sekalian Rania ya, Nak."Raka mengangguk pelan. "Iya, Bunda.""Ke sana dulu ya, Bunda mau ganti baju sebentar.""Iya, Bunda."Shelomitha berjalan mendekati Mbok Darmi. "Panggilkan, Den Bram ya, Mbok.""Njih, Non."Shelomitha masuk ke kamar mandi selesai berdandan tidak seperti biasanya, Shelomitha selalu memakai daster kali ini ia memakai celana jeans dan kaos panjang dengan manik-manik sebagai hiasannya dengan rambut diikat di atas, Shelomitha memoleskan make up tipis di wajah, membuatnya terlihat begitu cantik dan elegan.Saat mereka lagi asyik menyantap hidangan Shelomitha turun, dan mau bergabung sarapan bersama, sang anak terpesona melihat Bundanya turun dari atas."Bunda cantik banget," ucap Raka dan Rania bersamaan.Bram langsung menoleh kebelakang, ia tak percaya ini istrinya dandan begitu cantik banget, mau kemana Shelomitha."Mau kemana, Bunda kok cantik banget?" tanya Raka penasaran."Bunda sama Eyang mau jalan sebentar nemenin, Om Arya lagi lomba taekwondo sayang.""Ikut, Bunda." Rengek Raka."Raka kan sekolah. Kalau Rania boleh ikut sama Bunda.""Yaah, Bunda," ucap Raka kesel."Sekolah yang pinter sayang, nanti kalau sudah pinter jangan suka nyakitin hati temannya ya enggak boleh." Sindir Shelomitha pada Bramantyo."Baik, Bunda.""Gitu dong, nanti, Bunda beliin makanan kesukaan, Raka ya.""Makasih, Bunda.""Sama-sama sayang.Bramantyo hanya diam, ucapan Shelomitha seperti menampar jiwanya.Tidak pernah lagi Bramantyo melihat pelangi muncul di wajah Shelomitha, walau hujan beratus kali turun membasahi bumi, sejak itu Bramantyo melihat wajah Shelomitha begitu pucat pasif. Skandal yang berujung hancurnya sebuah kepercayaan dari ShelomithaSungguh, Bramantyo ingin memanggil Shelomitha namun bibirnya seakan kelu. Bramantyo ingin berteriak, mengatakan bahwa ia sangat rindu, tetapi tatapan tajam Shelomitha membuat nyali Bramantyo menciut. Shelomitha pergi membawa seluruh cinta dan menyisakan begitu banyaknya ruang kosong.Selesai sarapan Shelomitha mengajak kedua anak-anaknya untuk berangkat. Bramantyo yang merasa diacuhkan oleh istrinya segera berjalan mendekatinya. Ia harus berani berbicara pada Shelomitha karena diamnya Shelomitha membuat hati Bramantyo seolah begitu menyiksa."Tha, tolong bersikaplah dewasa.""Maksudnya dewasa yang seperti apa ya, Mas, bisa dijelaskan?""Tha, maksud Mas.""Apa tidak ada wanita lain selain adikku, dimana pikiranmu, Mas? Empat tahun bukan waktu yang sedikit, Mas. Bahkan aku tidak pernah bermimpi punya suami bekas dipakai orang. Sudah berapa kali mas tidur dengannya?"Bramantyo terdiam."Aku salah.""Baru sadar, selama ini aku berusaha untuk setia, tapi sepertinya, Mas enggak puas denganku. Dan mencari wanita lain, hah lucu sekali. Bodohnya aku empat tahun aku tak pernah tahu akan kebohonganmu."Bram mengusap rambut dengan kasar tangannya meraih benda di atas meja dan melemparkan vas bunga kelantai. Prangg."Aghhh ... aku khilaf Mitha."Shelomitha terdiam. Mbok Darmi kaget dan langsung menghampiri suara gaduh itu, Simbok melihat vas bunga bertaburan di lantai. Segera Mbok Darmi membersihkan pecahannya"Tha ....""Kenapa harus Sekar, Mas?""Dia menjebakku, Tha.""Ohya, mudah sekali seorang Bramantyo terjebak ya." Sindir Shelomitha.Mitha belum pernah berkata kasar sebelumnya. Hari ini ia benar-benar marah. Shelomitha meninggalkan Bramantyo, ia berjalan mendekati anak-anaknya di depan.Mbok Darmi bergeming. 'Apa, Den Bramantyo selingkuh tapi sama siapa?'"Bunda, ada apa kok ada suara seperti benda jatuh?" tanya Raka membuat Shelomitha sesaat beku."Eh, itu entahlah kucing Raka menjatuhkan vas bunga, Bunda. Nak." Bohong Shelomitha."Ya ampun kok bisa, Bunda?""Entahlah, Nak. Ayo berangkat keburu siang.""Iya, Bunda."Shelomitha mengantar Raka ke sekolah, diantar sama Mang Kardi, setelah sampai di sekolah Raka. Mang Kardi membawa Shelomitha dan Rania berangkat menuju gedung yang sudah dishare lokasi oleh Bu Wulan, melalui aplikasi warna hijau. Selang berapa menit mobil terparkir di gedung olah raga."Mang Kardi enggak usah menunggu di luar ayo ikut masuk semangatin, Den Arya."Mang Kardi mengangguk. "Baik, Non."Shelomitha dan Rania masuk dalam gedung tersebut, tempat sudah terlihat ramai mereka mencari keberadaan Bu Wulan. Shelomitha melihat wanita paruh baya itu sudah menunggu di bangku seraya melambaikan tangan."Tha sini...." Panggil Bu Wulan.Shelomitha dan Rania berjalan menghampiri Bu Wulan."Ayo duduk disana sebentar lagi lomba akan segera dimulai," ajak Mama mertuanya."Baik, Ma." Shelomitha dan Rania mengekor di belakang Bu Wulan.Nama Arya Dimas Anggara telah disebut saatnya pertandingan Arya bersama lawan mainnya. Shelomitha sangat paham akan ilmu bela diri, bedanya jika taekwondo juga sama seperti jenis olahraga bela diri lainnya, taekwondo juga terdapat unsur-unsur gerakan seperti gerakan kaki dan tangan. Shelomitha melihat Arya memasang kuda-kuda. Mengeluarkan jurus, bisa dibilang memegang peran yang sangat penting, yaitu membuat lawan atau musuh Arya tidak mudah menebak serangan yang hendak diberikan.Begitupun Arya bermain dengan sangat bagus gerakannya cepat dan gesit. Gerakan tangkisan lawan membuat Arya kewalahan. Namun tangkisan dapat Arya tahan, tangkisan ganda Arya yang mengarah ke luar, membuat lawan berusaha untuk melakukan serangan dari dua arah namun merasakan kewalahan. Saat lawan Arya hendak menedang bagian samping dengan cepat Arya tangkis. Meskipun terlihat bibir Arya sedikit berdarah."Eyang, Rania takut itu sepertinya mulut, Om Arya berdarah.""Ayo kita dukung, Om Arya, semangatin, nanti kalau Arya lihat kita teriak pasti dia bisa menang.""Siap, Eyang.""Arya ... ayo kamu bisa." Teriak Bu Wulan, Shelomitha juga Mang Kardi.Mereka kompak semangatin Arya. Tendangan Arya di ronde ke tiga, dimana ronde yang menemtukan siapa yang menang dan kalah. Teknik yang digunakan Arya kali ini memukul dengan kepalan tangan menggunakan bagian depan dasar, juga kedua tangan Arya dalam kondisi penuh juga tendangan kaki terlihat Arya benar-benar bisa menangkis serangan lawan secara sempurna. Dan akhirnya pertandingan selesai dan dimenangkan oleh Arya.Selesai meraka menunggu Arya dilobi gedung olah raga karena Arya masih bersama pelatih juga Tim-nya."Sayang selamat ya.""Iya, Ma. Makasih lo sudah semangati Arya."Arya menatap ke arah Rania juga kakak iparnya."Selamat ya, Arya.""Makasih, Mbak Mitha. Sudah datang semangatin, Arya.""Sama-sama, Arya.""Sakit enggak, Om. Itu bibirnya berdarah?" tanya Rania cemas."Hmm, Sakit enggak ya? Enggak papa, Rania nanti juga sembuh diobatin. Kan Om Arya laki-laki harus kuat.""Serius?"Arya mengangguk. "Iya, sayang. Ini juga kan sudah diobati tadi."Rania mengangguk.Arya menggendong Rania. Mang Kardi pulang duluan mau menjemput Raka. Akhirnya Shelomitha sama Rania ikut mobil Arya juga Bu Wulan. Bu Wulan mengajak mampir makan siang, terlihat Shelomitha sedih karena sebentar lagi ia akan kehilangan orang-orang yang ia sayang. Cepat atau lambat Shelomitha pasti akan pergi dari keluarga yang begitu baik dengannya.Rania memperhatikan Arya. "Om Arya ternyata hebat ya bisa jadi juara, mana Om Arya juga baik banget lagi, kalau misalnya nanti ada penjahat pasti, Om Arya bisa melindungi kami semua.Semua tertawa mendengar Rania bicara"Pasti dong sayang, Om Arya bakalan jagain, Rania."Arya melajukan mobilnya pelan, Arya menatao Shelomitha dari kaca spion sedang tertawa bersama Rania. Satu hal Arya hanya ingin jika luka kakak iparnya sedikit terobati.Next...a few full moons laterKeluarga besar Arya dan Bramantyo, begitu antusias ingin berkunjung di Gunung Tangkupan Perahu tempat wisata terkenal di Jawa Barat, tempat wisata Legenda Sangkuriang. Arya lagi ada tugas di Bandung sekalian semua ikut liburan karena sekalian, weekend bersama keluarga tercinta. "Fino sakit, aku gak jadi ikut ya, Arya.''"Iya, baiklah next time kita ngumpul lagi. Semoga cepat sembuh, Fino. Mas.''''Aamiin.""Titip Sultan dan Mama saja ya.''"Hu um, beres, Mas."Semua sudah siap berangkat ada Sultan, Raka, Rania, Yusuf dan Senja anak bungsu Shelomitha dan Arya. Satu keluarga besar berkumpul mempersiapkan liburannya.Mobil disewa dan meluncur menuju lokasi tempat wisata, udara yang sejuk dan asri tentunya, serta banyak pohon tinggi menjulang. Membuat mereka takjub dengan pemandangannya, mereka langsung bergegas berjalan menuju area dimana rasa penasaran mereka akan cerita legenda Sangkuriang. Seorang anak yang mencintai Ibu kandungnya.Perjalanan hampir enam jam.
Shelomitha duduk menyusui baby Yusuf di kamarnya sambil menunggu video call-nya pada suaminya Arya di terima. Karena ada sesuatu yang harus Shelomitha bicarakan. "Assalamu'alaikum, sayang," ucapan salam terdengar bersamaan dengan munculnya wajah tampan Arya yang tersenyum seperti biasa."Wa'alaikumsalam. Mas, sudah sampai kantor?""Ya, sudah sejak tadi. Kenapa sayang?""Ada file ketinggalan ini di rumah, penting ngak ini, Mas?'Hening. Shelomitha hanya menatap wajah suaminya yang ada di layar ponselnya. Orang yang selalu bisa membuatnya tenang. Sementara Arya masih sedikit sibuk menatap layar laptopnya. "Tidak, sayang, itu buat meeting besok." "Oh, begitu."Shelomitha senang menatap wajah suaminya itu, entah baru saja berpisah ia sudah sangat rindu. "Ada lagi sayang yang mau dibicarakan.""Tidak, hanya rindu.''Arya tersenyum di balik layar ponsel milik Shelomitha. "Sama dong."Shelomitha masih diam. Ia sibuk menyusui Yusuf sesaat ia menangis. "Ok. Yusuf nangis. Sudah dulu ya, M
Shelomitha menangis ia terharu ternyata cinta bisa membuatnya kuat, kuat untuk menjalani proses yang ia takuti berjalan lancar. Besoknya masih setia Arya menunggu istrinya. "Dokter kapan boleh pulang?" tanya Arya pada sang dokter."Hari ini boleh pulang, Ibu Mitha juga sudah sehat, bayinya juga sehat jangan lupa asinya ya Ibu diberikan." "Iya, dokter." Shelomitha dituntun Arya menuju mobil, sedangkan anak kecilnya digendong Mama Wulan. Mobil melaju menuju rumah Mereka, selang tiga puluh menit mobil sudah terparkir di halaman rumah. Arya menuntun sang istri di kamar baru untuk si kecil dan Shelomitha."Mas, ini bagus banget kamarnya, Makasih ya?" tanya Mitha pada suaminya."Sama-sama sayang, aku gak tega kalau di kamar atas, takut nanti kamu jatuh." Arya mendisain kamar begitu bagus, tempat tidur besar dan box untuk sikecil. Dan ranjang besar untuknya dan istrinya, dengan motif biru. Arya berjalan masuk kamar melihat Shelomitha sedang belajar menyusui sikecil, Arya mengecup kenin
"Apa yang terjadi, Mas?""Aku tahu siapa yang memukuliku saat itu.""Hah, siapa?""Apa, Dokter Amar teman kita juga."Shelomitha mengangguk. "Hu um.""Wajahnya aku kenal banget, di dalam mimpi wajah Amar yang kulihat sayang." Jelas Arya menginggat mimpinya."Apa, jadi yang membuat, Mas Arya kecelakaan karena ulah Ammar?" tanya Shelomitha pada suaminya."Sebenarnya aku digebukin, terus aku lari naik motor aku tak sadar ada sebuah truk menghantam motorku.""Astaghfirullah. Ya Allah bener-bener jahat banget dia," lirih Shelomitha mendengus kesal."Ya sudah sayang, itu kan sudah lama, yang penting sekarang kamu sudah bener-bener menjadi istriku, kan." Shelomitha gak habis pikir Amar teryata begitu licik, ingin menyakiti Arya dulu, sudahlah biar Allah yang membalaskan kejahatannya. Kejadiannya juga sudah begitu lama, namun dengan mendengar cerita suaminya perut Shelomitha mendadak sakit.-Namun Shelomitha tahan hingga pagi pun tiba, selesai salat subuh ia berdoa. Ya Alloh yaa Robbana di
Mereka bangun dan menjalankan kewajibanya dimusholla rumahnya. Arya mengajari anak-anaknya mengaji juga Sultan yang masih menginap duirumah sang paman, ia ingin belajar mengaji bersama adik-adiknya. Dan juga memberikan penjelasan, "Apapun masalahnya jangan pernah tinggalkan salat, kunci dari kita hidup didunia ini adalah satu yaitu shalat. Maka, apapun masalah yang kita hadapi, hamparkanlah sajadah dan sholatlah, bertumpulah pada kekuatan Allah.""Sudah mengerti apa yang ayah sampaikan, mugkin ada yang perlu ditanyakan?" tanya Arya pada anak-anaknya juga Sultan."Kalau kita sakit, apa tetap harus salat ayah?" tanya Raka pada Ayahnya."Iya, Nak, bisa dengan tayamum, bisa juga duduk ataupun tertidur," jawab Arya lembut.Sementara Shelomitha menyiapkan makanan, kandungan Shelomitha sudah mulai membesar, ia harus banyak makan sayur-sayuran biar proses melahirkan nanti ia bisa kuat. Sarapan pagi sudah tersedia, ada bakwan jagung kesukaan Rania ayam geprek.Mereka menikmati makanan dengan
Malam semakin larut hanya terdengar suara ombak dan angin kencang. Shelomitha sudah tidur dalam mimpinya sementara Arya gelisah memikirkan mimpinya yang baru saja ia alami. Gadis yang bernama Dara itu semakin mendekat seperti tidak asing wajahnya diingatan Arya. Arya berjalan menuju balkon dan duduk di kursi, ia menatap angin juga suara ombak yang menentramkan jiwanya. Ia terus menginggat siapa Dara sebenarnya, sementara ingatannya belum begitu jelas menangkap siapa wanita dalam mimpinya itu Ia menatap langit yang semakin gelap, dengan bintang yang tak berani menujukkan sinarnya, ia takut jika perasaannya melukai hati Shelomitha istrinya. Jika Mitha tahu siapa Dara yang berada dalam mimpinya. Ia takut ditinggalkan. Shelomitha terbangun melihat sang suami tidak ada ditempatnya, ia lalu menghampiri suaminya yang duduk sendiri dikursi depan kamarnya, apa yang terjadi dengannya ya? Tidak seperti biasanya. Shelomitha lalu mendekati suaminya."Mas kenapa, mimpi buruk kah?" tanya Shelomitha