Rembulan bersinar di waktu malam, bulan mengantung separuh diatas sana hanya terdengar suara bising pabrik dan suara lalu lalang kendaraan. Mitha duduk dibalkon atas, ia memandang bintang, berharap jika menjadi sinar untuk kedua buah hatinya. Shelomitha meneguk teh hangat buatan Simbok, berharap jika sakitnya akan sedikit menghilang.
Penghinaan Bramantyo masih sangat membekas di hati.Serendah itukah cinta dan ketulusan Shelomitha di matanya?Ah, betapa bodohnya Shelomitha yang percaya begitu saja dengan omong kosong cinta! Ya empat tahun dia bermain skandal dengan adiknya. Shelomitha menangkupkan jaket di badan, angin berhembus begitu kencang hingga membuat Shelomitha menggigil kedinginan. Shelomitha beranjak bangkit berjalan menutup pintu balkon lalu masuk ke kamar, ia berbaring di atas ranjang king size, rasa ngantuk menyerang mungkin karena pengaruh obat yang ia minum.Sementara Bramantyo masih di kantor ia sibuk dengan tugasnya, selesai mengerjakan file ia beranjak pulang. Bramantyo melihat semua komputer di dalam ruangan sudah dimatikan hanya dirinya dan beberapa karyawan yang masih ada di kantor. Dia berjalan menuju tempat parkir mobil, setelah sampai disana, ternyata Siska sudah menunggu diparkiran."Hay sayangku." Siska bicara seraya menggoda.Bramantyo terdiam.'Sittt dia lagi, dia lagi enggak ada henti-hentinya ia mengganggu hidupku.' guman Bramantyo muak"Malam ini kencan yuk diapartemen yang, Mas belikan?" Siska menggoda lagi."Enggak saya harus pulang," jawab Bramantyo tegas"Ayolah, Mas Bram, Siska rindu belaian, Mas Bram.""Dengar ya? Jangan ganggu saya." Bram terlihat kesal."Baiklah, kalau, Mas enggak mau kubongkar kehamilanku di depan, Mbak Mitha." Ancam Sekar."Bener-bener gila kamu ya!" Bram terlihat menahan emosinya."Terserah, Mas Bram pilih yang mana? Mau aku bongkar atau kita kencan?"Bram menarik napas dalam. "Iya, iya." Bram terlihat pasrah.Akhirnya mereka telah sampai di apartemen Siska. Bramantyo sengaja mengikuti alur wanita ini, ia berharap ada sedikit saja celah untuk mengetahui sifat jahatnya dan juga rahasianya. Bramantyo harus berpura-pura, supaya ia sendiri yang membongkar kejahatan Siska. Atau malah nantinya Bramantyo yang akan terperangkap dalam permainan wanita itu. Entahlah.Kopi panas mengepul tercium di penciuman hidung Bramantyo. Aromanya yang begitu nikmat tarsaji di atas meja, Siska sengaja merayu Bramantyo dengan pakaian mini. Bramantyo menyeruput kopi panas itu, sambil berfikir bagaimana cara menolak Siska malam ini."Mas, Siska rindu." Siska bersandar di dada bidang milik Bramantyo.Bramantyo terdiam"Mas ...."Siska bergeming licik. 'Apapun aku harus menggodanya sampai Mas Bram mau bercinta denganku.'"Iya sebentar." Bramantyo curiga jika Siska pasti punya rencana licik.Bram berdiri seraya meminum kopi, sesaat kedua netranya tertuju pada ponsel yang berada di dekat vas bunga, mungkin saja Siska akan menjebaknya lagi."Siska tolong ambilkan aku handuk? aku mau mandi."Siska tersenyum menggoda. "Baiklah, Mas.""Cepat, Sis.""Iya, iya."Dengan cepat Bramantyo menggambil ponsel itu mengeceknya ternyata benar vidio sedang on, 'dasar wanita bar-bar' ucap Bramantyo dalam hati. Ia langsung mematikan vidionya dan mengembalikan ditempat semula. Lalu melangkah menuju kamar mandi, selesai mandi Bramantyo hanya memakai handuk berjalan keluar mau mengambil baju. Siska langsung menarik tubuh Bramantyo hingga terjatuh menimpa tubuh Siska di ranjang, dan dosa itu kembali terjadi.Ketika Siska berada di kamar mandi Bramantyo cepat-cepat memakai baju dan bersiap mau pulang. Ia langsung beranjak pulang tanpa pamit, Siska yang keluar kamar mandi mencari Bramantyo sudah tidak di tempatnya. Siska begitu kesal hingga membanting cangkir kopi ke lantai, Siska tertawa pelan, ingat jika vidionya pasti seru buat meneror Shelomitha.Siska berjalan mendekati vas bunga, ia melihat ponsel dan ternyata sudah off, ia bergeming seraya kesal 'Aduh nih aku yang lupa nyalain apa gimana sih, kok bisa ya jadi off. Mana Mas Bram tadi memperlakukanku kasar banget lagi, berasa aku kayak wanita penghibur saja. Tapi tak apalah yang penting usahaku untuk merebutnya dari kakakku itu terwujud.'Bramantyo melajukan mobilnya dengan kecepatan cepat, ia berharap agar cepat sampai di rumah. Benar mobil sudah terparkir di halaman rumah. Ia berjalan masuk dan rumah terlihat begitu sepi. Mungkin semua mereka sudah tertidur. Bramantyo berjalan menuju kamarnya, ia menatap lekat kamar Shelomitha tepat di samping kamarnya sedikit terbuka, terlihat istrinya sudah tertidur, biasanya jam-jam segini Shelomitha selalu menunggunya meskipun Bramantyo pulang larut.Bramantyo masuk, ia melihat istrinya lagi tidur nyenyak, Bramantyo berusaha mengusap rambut Shelomitha lalu mencium kening Shelomitha, ia beranjak pergi meninggalkan Shelomitha menuju kamar. Bramantyo ragu apakah ia harus berkata jujur, rasa bersalahnya kembali hadir saat Bramantyo melakukan dosa itu lagi tadi.Fajar mulai bersinar dari ufuk timur, suara riuh burung-burung berkicau di atas pepohonan dan embun pagi masih menyelimuti membuat dinginnya tembus di kulit. Seperti biasa Shelomitha menyiapkan beberapa hidangan di meja makan untuk sarapan. Selesai membantu Simbok Shelomitha berjalan membantu Raka merapikan baju sekolahnya."Sarapan yuk, Nak.""Iya, Bunda.""Ajak sekalian Rania ya, Nak."Raka mengangguk pelan. "Iya, Bunda.""Ke sana dulu ya, Bunda mau ganti baju sebentar.""Iya, Bunda."Shelomitha berjalan mendekati Mbok Darmi. "Panggilkan, Den Bram ya, Mbok.""Njih, Non."Shelomitha masuk ke kamar mandi selesai berdandan tidak seperti biasanya, Shelomitha selalu memakai daster kali ini ia memakai celana jeans dan kaos panjang dengan manik-manik sebagai hiasannya dengan rambut diikat di atas, Shelomitha memoleskan make up tipis di wajah, membuatnya terlihat begitu cantik dan elegan.Saat mereka lagi asyik menyantap hidangan Shelomitha turun, dan mau bergabung sarapan bersama, sang anak terpesona melihat Bundanya turun dari atas."Bunda cantik banget," ucap Raka dan Rania bersamaan.Bram langsung menoleh kebelakang, ia tak percaya ini istrinya dandan begitu cantik banget, mau kemana Shelomitha."Mau kemana, Bunda kok cantik banget?" tanya Raka penasaran."Bunda sama Eyang mau jalan sebentar nemenin, Om Arya lagi lomba taekwondo sayang.""Ikut, Bunda." Rengek Raka."Raka kan sekolah. Kalau Rania boleh ikut sama Bunda.""Yaah, Bunda," ucap Raka kesel."Sekolah yang pinter sayang, nanti kalau sudah pinter jangan suka nyakitin hati temannya ya enggak boleh." Sindir Shelomitha pada Bramantyo."Baik, Bunda.""Gitu dong, nanti, Bunda beliin makanan kesukaan, Raka ya.""Makasih, Bunda.""Sama-sama sayang.Bramantyo hanya diam, ucapan Shelomitha seperti menampar jiwanya.Tidak pernah lagi Bramantyo melihat pelangi muncul di wajah Shelomitha, walau hujan beratus kali turun membasahi bumi, sejak itu Bramantyo melihat wajah Shelomitha begitu pucat pasif. Skandal yang berujung hancurnya sebuah kepercayaan dari ShelomithaSungguh, Bramantyo ingin memanggil Shelomitha namun bibirnya seakan kelu. Bramantyo ingin berteriak, mengatakan bahwa ia sangat rindu, tetapi tatapan tajam Shelomitha membuat nyali Bramantyo menciut. Shelomitha pergi membawa seluruh cinta dan menyisakan begitu banyaknya ruang kosong.Selesai sarapan Shelomitha mengajak kedua anak-anaknya untuk berangkat. Bramantyo yang merasa diacuhkan oleh istrinya segera berjalan mendekatinya. Ia harus berani berbicara pada Shelomitha karena diamnya Shelomitha membuat hati Bramantyo seolah begitu menyiksa."Tha, tolong bersikaplah dewasa.""Maksudnya dewasa yang seperti apa ya, Mas, bisa dijelaskan?""Tha, maksud Mas.""Apa tidak ada wanita lain selain adikku, dimana pikiranmu, Mas? Empat tahun bukan waktu yang sedikit, Mas. Bahkan aku tidak pernah bermimpi punya suami bekas dipakai orang. Sudah berapa kali mas tidur dengannya?"Bramantyo terdiam."Aku salah.""Baru sadar, selama ini aku berusaha untuk setia, tapi sepertinya, Mas enggak puas denganku. Dan mencari wanita lain, hah lucu sekali. Bodohnya aku empat tahun aku tak pernah tahu akan kebohonganmu."Bram mengusap rambut dengan kasar tangannya meraih benda di atas meja dan melemparkan vas bunga kelantai. Prangg."Aghhh ... aku khilaf Mitha."Shelomitha terdiam. Mbok Darmi kaget dan langsung menghampiri suara gaduh itu, Simbok melihat vas bunga bertaburan di lantai. Segera Mbok Darmi membersihkan pecahannya"Tha ....""Kenapa harus Sekar, Mas?""Dia menjebakku, Tha.""Ohya, mudah sekali seorang Bramantyo terjebak ya." Sindir Shelomitha.Mitha belum pernah berkata kasar sebelumnya. Hari ini ia benar-benar marah. Shelomitha meninggalkan Bramantyo, ia berjalan mendekati anak-anaknya di depan.Mbok Darmi bergeming. 'Apa, Den Bramantyo selingkuh tapi sama siapa?'"Bunda, ada apa kok ada suara seperti benda jatuh?" tanya Raka membuat Shelomitha sesaat beku."Eh, itu entahlah kucing Raka menjatuhkan vas bunga, Bunda. Nak." Bohong Shelomitha."Ya ampun kok bisa, Bunda?""Entahlah, Nak. Ayo berangkat keburu siang.""Iya, Bunda."Shelomitha mengantar Raka ke sekolah, diantar sama Mang Kardi, setelah sampai di sekolah Raka. Mang Kardi membawa Shelomitha dan Rania berangkat menuju gedung yang sudah dishare lokasi oleh Bu Wulan, melalui aplikasi warna hijau. Selang berapa menit mobil terparkir di gedung olah raga."Mang Kardi enggak usah menunggu di luar ayo ikut masuk semangatin, Den Arya."Mang Kardi mengangguk. "Baik, Non."Shelomitha dan Rania masuk dalam gedung tersebut, tempat sudah terlihat ramai mereka mencari keberadaan Bu Wulan. Shelomitha melihat wanita paruh baya itu sudah menunggu di bangku seraya melambaikan tangan."Tha sini...." Panggil Bu Wulan.Shelomitha dan Rania berjalan menghampiri Bu Wulan."Ayo duduk disana sebentar lagi lomba akan segera dimulai," ajak Mama mertuanya."Baik, Ma." Shelomitha dan Rania mengekor di belakang Bu Wulan.Nama Arya Dimas Anggara telah disebut saatnya pertandingan Arya bersama lawan mainnya. Shelomitha sangat paham akan ilmu bela diri, bedanya jika taekwondo juga sama seperti jenis olahraga bela diri lainnya, taekwondo juga terdapat unsur-unsur gerakan seperti gerakan kaki dan tangan. Shelomitha melihat Arya memasang kuda-kuda. Mengeluarkan jurus, bisa dibilang memegang peran yang sangat penting, yaitu membuat lawan atau musuh Arya tidak mudah menebak serangan yang hendak diberikan.Begitupun Arya bermain dengan sangat bagus gerakannya cepat dan gesit. Gerakan tangkisan lawan membuat Arya kewalahan. Namun tangkisan dapat Arya tahan, tangkisan ganda Arya yang mengarah ke luar, membuat lawan berusaha untuk melakukan serangan dari dua arah namun merasakan kewalahan. Saat lawan Arya hendak menedang bagian samping dengan cepat Arya tangkis. Meskipun terlihat bibir Arya sedikit berdarah."Eyang, Rania takut itu sepertinya mulut, Om Arya berdarah.""Ayo kita dukung, Om Arya, semangatin, nanti kalau Arya lihat kita teriak pasti dia bisa menang.""Siap, Eyang.""Arya ... ayo kamu bisa." Teriak Bu Wulan, Shelomitha juga Mang Kardi.Mereka kompak semangatin Arya. Tendangan Arya di ronde ke tiga, dimana ronde yang menemtukan siapa yang menang dan kalah. Teknik yang digunakan Arya kali ini memukul dengan kepalan tangan menggunakan bagian depan dasar, juga kedua tangan Arya dalam kondisi penuh juga tendangan kaki terlihat Arya benar-benar bisa menangkis serangan lawan secara sempurna. Dan akhirnya pertandingan selesai dan dimenangkan oleh Arya.Selesai meraka menunggu Arya dilobi gedung olah raga karena Arya masih bersama pelatih juga Tim-nya."Sayang selamat ya.""Iya, Ma. Makasih lo sudah semangati Arya."Arya menatap ke arah Rania juga kakak iparnya."Selamat ya, Arya.""Makasih, Mbak Mitha. Sudah datang semangatin, Arya.""Sama-sama, Arya.""Sakit enggak, Om. Itu bibirnya berdarah?" tanya Rania cemas."Hmm, Sakit enggak ya? Enggak papa, Rania nanti juga sembuh diobatin. Kan Om Arya laki-laki harus kuat.""Serius?"Arya mengangguk. "Iya, sayang. Ini juga kan sudah diobati tadi."Rania mengangguk.Arya menggendong Rania. Mang Kardi pulang duluan mau menjemput Raka. Akhirnya Shelomitha sama Rania ikut mobil Arya juga Bu Wulan. Bu Wulan mengajak mampir makan siang, terlihat Shelomitha sedih karena sebentar lagi ia akan kehilangan orang-orang yang ia sayang. Cepat atau lambat Shelomitha pasti akan pergi dari keluarga yang begitu baik dengannya.Rania memperhatikan Arya. "Om Arya ternyata hebat ya bisa jadi juara, mana Om Arya juga baik banget lagi, kalau misalnya nanti ada penjahat pasti, Om Arya bisa melindungi kami semua.Semua tertawa mendengar Rania bicara"Pasti dong sayang, Om Arya bakalan jagain, Rania."Arya melajukan mobilnya pelan, Arya menatao Shelomitha dari kaca spion sedang tertawa bersama Rania. Satu hal Arya hanya ingin jika luka kakak iparnya sedikit terobati.Next...Bu Wulan melihat Shelomitha bersedih, Ia tak sengaja melihat Shelomitha mengusap air mata. Yang sebenarnya Arya sudah menceritakan perselingkuhannya Bramantyo dengan Siska. Bu Wulan merasa sangat sedih melihat luka yang disembunyikan oleh menantunya. Apa kurangnya Shelomitha hingga Bramantyo putranya menyakiti wanita sebaik Shelomitha. "Arya, sebenarnya ada apa dengan, Mitha?" tanya Bu Wulan pada Arya saat itu. "Memangnya kenapa, Ma?" Arya seolah pura-pura tak tahu, seraya menatap ke arah ponsel miliknya."Jangan bohong sama, Mama. Mama kenal, Mitha sudah lama, jadi tahu kalau Mitha itu lagi ada masalah serius." "Sebenarnya, Mas Bram selingkuh, Ma." Pelan Arya menjelaskan takut jika mamanya shok. "A ... apa!" "Ma ... bangun, Ma. Mama ... bangun Ma." Pekik Arya meraih tubuh Mamanya. Simbok, juga Arya memberikan minyak kayu putih pada hidung, leher, tengkuk, juga perut Bu Wulan, Simbok memijit-mijit tangan Bu Wulan. Hingga menit berikutnya wanita paruh baya itu siuman. "Arya, tol
Mungkin inilah cobaan untuk Shelomitha, Allah mungkin sedang rindu akan air matanya. Air mata yang entah kapan terakir kali menetes, karwna selama ini ia selalu bahagia. Berbeda saat ini hatinya penuh dengan air mata di mana rumah tangga Shelomitha sedang diuji, haruskah ia bertahan apakah justru harus melepaskannya? Mobil terparkir di halaman sekolah Raka, Shelomitha mengantar anaknya sampai depan kelas. Ia lalu bergabung dengan ibu-ibu wali murid, ada, Bu Sari juga Bu Ani yang setia mengantar anaknya, yang lainnya sibuk kerja mencari tambahan nafkah untuk sang suami."Jeng, Mitha, pangkling aku kirain siapa tambah cantik saja," sapa Bu Sari"Iya Bu, do'ain ya? biar istikomah terus bisa seperti ini," jawab Shelomitha pada Bu Sari"Iya, Jeng Mitha, tenang saja pasti kita dukung terus kok!""Makasih ya, Bu."Shelomitha masih bersama ibu-ibu mengobrol, lumayan kali ini Shelomitha bisa sedikit menghilangkan penat di dalam dada. Shelomitha pamit duluan untuk pulang, ia pulang sambil memb
Keluarga kecil yang rukun dan harmonis, bisa hancur karena, perdebatan perdebatan kecil yang tidaklah penting. Tapi ini lain Bramantyo telah menghamili perempuan itu, sebenarnya Bramantyo adalah pria yang romantis dan penyayang, bersamanya Shelomitha lupa bagaimana caranya menangis. Delapan tahun menikah, baru kali ini Bramantyo menyakiti hati Shelomitha, kenapa? Ini soal yang ada diperut wanita itu bayi yang tak berdosa bagaimanapun bayi yang dikandung harus mendapatkan perhtian dari Ayah biologisnya. Dengan cepat Shelomitha menghapus air matanya yang sedari tadi hujan di wajahnya. Mobil terparkir di depan rumah mama Wulan, mereka masuk dan wanita paruh baya itu menyambutnya dengan sangat senang. Mamanya bahagia andai mereka tak berpisah.Tapi kenyataannya lain sebentar lagi mereka akan berpisah. Itu yang membuat hati wanita paruh baya itu bersedih. "Pagi, Mama." Shelomitha membawakan oleh-oleh buah dan juga kue kering."Pagi sayang, gimana hari ini sehat," jawab Mama Wulan, sete
Arya berkemas di dalam kamar, ia mencari bajunya buat tanding namun tak juga ia temukan, perasaan Arya sudah menaruhnya di dalam tas. Ia turun dari kamar atas menemui sang Mama"Mama tahu seragam Atya yang baru kemarin, ndak? Baju buat lomba kemarin Ma?" "Gimana sih sebentar lagi berangkat lo, inget enggak di taruh dimana?" "Kemarun sih di dalam tas, Ma.""Kan habis pertandingan waktu itu kita nginep di rumah Bramantyo. Inget ga? Mungkin ketinggalan disana.""Oh iya, kalau enggak salah ada di sana. Terus bagaimana, Ma." "Makanya sekarang cepat cari, mumpung masih lama. Tiga jam lagi berangkatnya," "Iya deh, Ma, Arya berangkat kesana.""Iya hati-hati jangan ngebut, Arya!""Siap, Mama."Arya meninggalkan rumah dan melajukan motor kesayangan menuju rumah kakaknya. Matahari mulai tenggelam pertanda petang telah tiba. Bramantyo dan Shelomitha mampir ke mall untuk membeli permainan Raka dan Rania, lalu bergegas pulang. Mobil melaju menuju kediaman rumah Bramantiyo, mobil terparkir dig
Pemandangan yang asri udara yang sejuk membuat Raka dan Rania melihat pemandangan yang begitu indah. Dari balik kaca mobil terlihat senyum merekah dari kedua anaknya. Shelomitha dan anaknya tak sabar berjumpa dengan sang kakek yang telah lama tak mereka jumpai.Mobil terparkir di alamat yang Shelomitha pegang, tiga bulan lalu saat terakhir kali bertemu sang Ayah pindah ke kota Nganjuk. Rasa bahagia ketika alamat sang Ayah sudah ia ketemukan, halaman yang luas penuh bunga-bunga jarak antara rumah penduduk masih beberapa meter, 200 meter dari rumah Ayahnya. Terlihat akses jalan rel kereta api.Rumah yang nyaman dan indah dengan perabot bercorak kayu jati asli membuat mata tak bosan memandang. "Assalamu'alaekum.""Wa'alaikumsalam.""Ayah!" Dengan takzim Shelomitha mencium punggung sang ayah dan memeluknya. Raka dan Rania menghampiri sang kakek lalu memeluknya, suasana haru pertemuan antara kakek dan cucunya, juga Shelomitha. Pak Ferdi mempersilahkan masuk semua yang datang. Sementara M
Pagi yang indah terdengar suara riuh burung-burung berkicau, Shelomitha dan anak-anaknya berjalan di persawahan juga melihat pemandangan yang hijau dan juga sejuk. selesai jalan-jalan mereka berlalu pulang dan Kakaknya sudah berada pulang dari kota Madiun. Ia memeluk Mitha. Kakaknya sangatlah rindu dengan adik semata wayangnya."Ko tambah cantik saja sih, Adik Mas?""Mulai menggoda." Shelomithamencubit pipi Pramono."Gimana kabar kamu? Mas sampai rindu sudah lama kita tak bertemu.""Alhamdulillah baik, Mas, tapi tidak dengan pernikahan Mitha sudah diambang kehancuran.""Kok bisa gimana sih, coba jelaskan?""Mas Bram selingkuh dengan Siska Mas?""Apa ... dasar bener-bener Siska tak ada habisnya buat hancurin keluarga kita.""Sudahlah, Mas, semua sudah terjadi. Mas bram bilang katanya Dia dijebak Siska awalnya Mitha mau memaafkannya karena demi anak-anak tapi Siska mengandung anaknya Mas Bram.""Bener-bener keterlaluan Siska, Mas tak terima, Tha. Mas harus buat perhitungan dengannya."
Sebelum adzan magrib berkumandang mereka sudah samapi di rumah sang kakek. Mereka membersihkan diri lalu Salat Magrib berjamaah. Setelah itu berkumpul di meja makan. Makan malam sudah tersedia ada mie goreng, telur, ayam bakar juga urap-urap dan sambal kentangHening hanya terdengar suara sendok dan piring mereka menikmati makanan, yang begitu menggoda lidah. Hingga piring mereka kosong, Shelomitha membantu membersihkan sisa makanan. Meja kembali rapi, Shelomitha mendekati Ayahnya, duduk di sampingnya. "Kapan baliknya, Nak? Apa sebaiknya disini saja, temani Bapakmu juga Masmu?" tanyanya."Raka harus sekolah, Ayah, kan Mitha kemarin sudah cerita sama, Ayah." "Yakin ndak takut kalau digangguin atau mungkin sama Siska.""Ayah ... kenapa harus takut. Aku hanya takut sama Allah, sudahlah Ayah, aku hanya butuh do'a Ayah. Jadi kenapa harus takut." "Ya, Ayah hanya bisa berdo'a semiga kamu dlaam lindungannya, Tha.""Aamiin.""Nak Arya, Ayah nitip, Mitha ya! Jagain dia dari, Siska.""Insya
Mobil berjalan meninggalkan rumah Bu Wulan menuju ke sokolah, mengantar Raka. Mobil Arya melaju dengan kecepatan sedang. Tak butuh waktu lama mereka telah sampai ke depan gerbang sekolah. Selesai mengantar Raka, Aryaengantar Bu Wulan juda Shelomitha untuk membeli kebutuhan sayuran juga sembako, tak lama mobil Arya telah sampai di pasar juga toko langganan Bu Wulan area pasar berdekatan dengan sebuah mall. Mobil sudah berada di area parkir. Mereka turun lalau masuk ke dalam untuk belanja, sedangkan Arya duduk di warung memesan kopi menunggu Bu Wulan dan Shelomitha belanja. Arya sekilas melihat Siska keluar dari mall belanja dengan seorang lelaki paruh baya. Arya terus mengamati gerak gerik mereka berdua. Apa lelaki bersama itu adalah, Jarwo yang pernah Shelomita dan Pak Ferdi katakan waktu itu? Lelaki setengah baya itu mendapat telepon dan langsung bergegas pergi bersama Siska. Telah pergi menggunakan mobil. Arya berjalan menuju warung tadi memesan satu cangkir capuchino. Arya menye