Share

Kejanggalan

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-27 10:53:49

[Kenapa cuma dibaca aja? Ada niat bayar nggak? Jangan pikir itu uang nenek moyangnya ya! Ayo cepat bayar, saat ini si Saleh kan sudah kerja! Jangan cuma mau enaknya saja!]

[Maaf, Mbak. Bukannya tidak ada niat untuk membayar, tapi ini saya masih mengumpulkan uang. Insyaallah bulan depan ya, Mbak.] Balasku.

[Halah alasan saja kamu itu! Selalu kataku masih nabung-nabung saja terus, lalu sampai kapan aku harus nunggu tabunganmu itu cukup? Sampe lebaran monyet?] Balas Mbak Desi lagi.

[Astaghfirullah, Mbak. Saya ini memang benar-benar masih mengumpulkan uang. Atau Mbak Desi mau saya transfer yang seadanya saja dulu? Kalau iya, malam.ini juga saya transfer seadanya.] Balasku cepat.

Aku sebenarnya susah sering berysnya pada Mbak Desi, apa dia mau ku bayar dulu seadanya uang itu? Tapi nyatanya kakak iparku itu tak pernah mau. Dia ingin semua hutangku itu langsung dibayar lunas beserta dengan bunganya.

[Enak saja! Kamu dulu hutang padaku itu kontan loh ya, nggak nyicil! Enak saja sekarang mau bayarnya nyicil! Emang kredit panci? Pokoknya besok kamu sudah harus mengembalikan uang ku itu lengkap berserta bunganya!] Balas Mbak Desi dengan cepat.

[Maaf, Mbak. Saya belum punya uang sebanyak itu, apa lagi jika harus mengembalikannya besok. Mohon maaf belum ada, Mbak. Saya tidak bohong. Ini tabungan masih terkumpul uang sekitar dua jutaan, itu dulu ya, Mbak.] Balasku memelas.

[Dua juta? Nggak salah tuh? Nggak ada separuhnya! Gajinya si Saleh itu dikemanakan? Bukanya kamu juga jualan pakaian online? Lalu mana uangnya? Ingat lohhutang itu dibawa mati! Jika besok kamu tiba-tiba mati, maka kamu tak akan pernah masuk surga karena masih memiliki hutang padaku!]

Mbak Desi terus saja membuatku makin pusing, rasanya setiap hari kakak iparku itu akan terus menagih seperti ini.

[Demi Allah kalau besok belum ada, Mbak. Saya transfer dulu yang dua juta ya, Mbak. Sisanya saya menimbulkan depan berserta dengan bunganya. Gaji Mas Saleh hanya cukup untuk bayar cicilan motor dan belanja bulanan saja, Mbak] Balasku.

[Makanya kalau masih punya utang itu jangan sok-sokan pakai kredit motor segala! Naik sepeda atau naik angkutan kan bisa! Ya sudah bayar bulan depan saja gak apa-apa utangmu itu. Tapi sebagai kompensasinya, kamu harus genapin uang itu jadi enam juta!]

Kembali ku ucapkan istighfar dalam hati ketika membaca balasan pesan dari Mbak Desi itu.

Kami memang memiliki hutang sebesar lima juta pada Mbak Desi dan juga Mas Mamat. Saat itu kami meminjam uang untuk pendidikan satpam Mas Saleh, karena tempat kerjanya yaitu di cuci motor, telah gulung tikar.

Flash back On

"Mas, aku dan Mas Saleh ada sedikit keperluan, Mas. Kami mau meminta tolong pada Mas Mamat," ucapku enam bulan yang lalu melalui sambungan telepon.

Karena kakakku itu memang sedang mendapatkan proyek di luar pulau, jadi aku pun hanya bisa meneleponnya.

"Iya, Ga. Memangnya kalian ada perlu apa? Langsung ngomong saja, kenapa sih kok kayaknya takut-takut begitu," tanggap Mas Mamat ramah seperti biasanya.

"Sebenarnya kami tak enak, Mas. Tapi ya mau bagaimana lagi, tak ada orang lain selain Mas Mamat. Karena hanya Mas saja yang aku punya. Kami ingin mwmi jam uang, Mas. Untuk biaya pendidikan satpam Mas Saleh," ucapku lirih dan takut-takut.

"Loh Saleh mau jadi satpam? Nah itu bagus sekali, dari pada terus menjadi buruh tukang cuci motor saja. Lebih ada masa depannya. Lalu sekarang kamu itu butuh uang berapa?" Mas Mamat kembali berucap dengan lembutnya.

Kata-kata Mas Mamat itu benar-benar membuat kami lega. Ya ... meski saat itu aku lah yang menelpon, tapi Mas Saleh menemaniku di samping sambil menimang Kevin.

"Alhamdulillah kalau Mamat mau meminjami. Kami butuh uang lima juta, Mas. Jika uangnya sudah ada, maka besok Mas Saleh akan segera mendaftar, Mas," jawabku dengan girang.

"Oke, habis ini akan langsung ku transfer setelah ini."

"Terima kasih banyak ya, Mas. Semoga saja nanti kami akan segera bisa mengembalikannya, Mas," jawabku sangat senang.

"Sama-sama, Ga. Ini sudah menjadi tanggung jawab seorang kakak pada adiknya. Doaku semoga saja nanti Saleh akan lebih nyaman dengan pekerjaan barunya itu ya. Aku tak memberi kalian pinjaman, tapi aku hanya memberi saja. Jadi tak usah dikembalikan ya."

Sungguh rasanya hati ini sangat bahagia sekali, karena Mas Mamat memberikan yang itu secara percuma. Sebuah rejeki yang sangat berarti untuk kami saat itu.

"Masyaallah , terima kasih banyak ya, Mas. Maaf kami ini selalu merepotkan Mas Mamat," ucapku girang sekali.

"Melihat kamu bahagia, rasanya aku pun ikut bahagia, Ga. Memangnya kapan kamu merepotkan aku? Nggak pernah kok. Ya sudah biar uangnya ku transfer sekarang."

Tak sampai lima menit notifikasi dari bank telah masuk ke ponselku. Jumlah uang yang pas dengan yang tadi kami bicarakan dengan Mas Mamat.

"Alhamdulilah, Mas. Uangnya sudah masuk, lekas sekarang kamu daftar saja," ucapku girang.

"Iya alhamdulillah, Dek. Mas Mamat menang sangat baik sekali pada kita. Setelah mandi aku akan langsung betangkat," jawab Mas Saleh sambil tersenyum.

Tiba-tiba ponsel yang sedang kupegang berbunyi, dan tentu saja langsung kulihat. Ternyata ini panggilan dari Mbak Desi, istri dari Mas Mamat.

"Assalamu alaikum, Mbak," ucapku memulai percakapan melalui sambungan telepon ini.

"Mas Mamat batu saja mengirimi kamu uang lima juta rupiah ya?"

Tanpa membalas salam dariku, Mbak Desi langsung berucap dengan ketusnya seperti biasa.

"Iya, Mbak," jawabku singkat.

"Kamu janji mengembalikan uang itu kapan?" tanya Mbak Desi lagi masih dengan nada yang tinggi.

"Begini, Mbak. Tadi memang adanya saya meminjam, tapi kemudian Mas Mamat bilang tak usah dikembalikan," jawabku lirih.

"Enak aja! Emangnya kami ini pohon uang ya? Hutang ya hutang, cepat kembalikan!" Mbak Desi ternyata makin meradang saja.

Kutarik nafas dalam-dalam kemudian kembali mengucap istighfar dalam hati. Sebetulnya aku dan juga Mas Saleh sudah menyangka jika hal ini akan terjadi. Karena itu, sebelumnya kami sama sekali tak pernah meminta bantuan pada Mas Mamat. Tapi kali ini kurasa tak ada lagi yang bisa memberi kami pinjaman sebanyak itu, selain kakakku yang seorang kontraktor itu.

"Tapi, Mbak---"

"Nggak pakai tapi-tapian! Yang pasti bulan depan uang itu harus kembali utuh! Jika tidak maka akan berbunga! Dan, ingat satu hal lagi, kalau kamu mengembalikan harus masuk ke rekeningku!"

Flash back Off

Tiba-tiba lirih kudengar suara nada dering ponsel, namun aku sangat hafal sekali jika itu bukan ponselku. Saat kucari ke sumber suara, ternyata bunyoitu berasal dari tas kecil milik Mas Saleh yang ada di gantungan.

Lekas ku ambil ponsel itu, siapa tahu ada suatu hal yang penting yang memang harus segera diketahui oleh Mas Mamat.

Tapi aku menjadi terdiam, saat menyaksikan nama dan juga foto profil penelepon itu. 'Si Cantik', dengan foto profil wanita paruh baya yang sangat seksi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Ending

    EndingBab 1182 tahun kemudian.Pasca perceraian Mega dan Saleh, tidak ada yang menempati rumah kontrakan mereka sebelumnya. Mega memilih untuk tinggal di perumahan sederhana yang berada dekat dengan toko edelweis. Wanita yang kini single parent tersebut terlihat sedang menyiapkan keperluan sekolah anaknya."Kevin, Nak. Ayo segera, nanti kamu terlambat kalau mau nonton TV terus," ujarnya sambil menata bekal yang dia masukkan ke dalam tas sang anak. "Ibu, besok ulang tahunku." Dibanding dengan memberitahu, Kevin terdengar lebih seperti anak yang sedang merengek. "Oh, ya?!" Mega terlihat terkejut. "Masa, sih? Bukannya minggu depan, ya?" Melihat reaksi ibunya, Kevin memberenggut kesal. Tampaknya anak itu kecewa karena dia pikir sang Ibu sudah mempersiapkan sesuatu untuk hari kelahirannya besok. Dia berjalan dengan bahu yang terkulai lemas menuju ibunya, mengulurkan tangan untuk mengambil tas. "Ya udah, deh," bisiknya.Mega diam-diam tersenyum geli. "Wah, Nak. Gimana, nih? Besok bang

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 117

    Bab 117Mega tidak langsung menjawab pertanyaan dari Ari, teater diam beberapa saat. Di sisi lain Hilda meskipun merasa tidak enak dan ingin memarahi Ari yang ceritanya seperti itu, dia juga tidak bisa mengelak dengan rasa ingin tahu punya tentang perasaan Mega saat ini.Mega sendiri sudah cukup memikirkan hal ini sejak kemarin malam dia bertanya kepada dirinya sendiri tentang keputusan yang telah diambil dulu. Mungkinkah dirinya menyesal karena telah menerima oleh kembali dalam hidupnya? "Kalau terlalu berat buat dijawab, nggak perlu dijawab juga kok Mbak." Ari memberi pengertian karena hal yang dia tanyakan memang cukup sensitif."Akan terkesan bohong juga jika saya bilang baik-baik saja sekarang tapi Jika ditanya tentang penyesalan itu apa saya rasa nggak. Kalau dipikir-pikir memang menyakitkan karena telah dikhianati dua kali. Tapi di sisi lain aku merasa sudah melakukan hal yang tepat karena memberi kesempatan untuk seseorang bukan hal yang buruk." Mega tersenyum. "Aku merasa s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 116

    Bab 116Apakah Menyesal?Retno diantar pulang oleh Hilda dan Ari sedangkan Mega dan Saleh pulang ke rumahnya. Hal ini mengenai rumah tangga sepasang suami istri itu yang harus diselesaikan secara pribadi.Saat ini Retno Hilda berada di mobil Ari. Sambil menyetir lelaki itu bertanya, "Kapan kamu memanggil Mega? Kamu bilang nggak mau ngasih tahu dia lebih dulu."Hilda tampak murung, dia juga tidak menyangka bahwa dugaannya selama ini memang benar. "Aku cuma nggak mau Mbak Mega tahu dari orang lain, aku harus ngasih tahu dia karena dia yang paling berhak tahu tentang kelakuan suaminya." Dia melirik ke arah jok belakang di mana Retno berada. "Retno, aku minta maaf karena membiarkanmu menutup toko sendirian.""Ini bukan salah Mbak Hilda, kok. Lagian berkat mbak Hilda juga aku bisa selamat. Mas Ari saya benar-benar berterima kasih atas bantuannya yang tadi." Sekarang kondisi Retno jauh lebih membaik dia, tidak terlihat gemetaran seperti beberapa waktu yang lalu."Besok mungkin toko akan tut

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 115

    Bab 115Tak Bisa BerkutikRetno bingung harus berkata apa. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa akan mendapatkan tawaran makan malam bersama dari Saleh. Dia masih pada dirimu waktu di depan pintu toko sebelum akhirnya tiba-tiba Saleh menarik tangannya. "Pak Saleh?! Apa yang Anda lakukan?" Dia mulai jadi takut sekarang dia melihat ke sekeliling mencoba untuk mencari pertolongan.Namun, entah mengapa mendadak suasana menjadi sepi dan orang-orang tidak peduli kepadanya. Retno mencoba untuk melepaskan diri dari genggaman Saleh tetapi lelaki itu justru semakin mengeratkan pegangannya."Pak Saleh, Apa yang anda lakukan?! Tolong lepaskan saya segera!" Ratna sedikit berteriak, tetapi dia justru mendatan4g berarti karena langkah lelaki itu demikian. Saleh menoleh dan menatap Retno dengan sorot mata tajam. "Ikut saja denganku atau kamu akan tahu akibatnya!""Tapi mau ke mana, Pak?! Saya harus segera pulang karena ibu pasti sedang menunggu saya."Retno masih berusaha untuk melepaskan diri s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 114

    Bab 114Saat ini saya sedang berada di toko titik dia melihat karyawannya yaitu Retno dan Hilda yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Semenjak dirinya menjadi pemilik toko edelweis kegiatan yang Saleh lakukan tidak jauh-jauh dengan mengamati memperhatikan sedangkan hampir keseluruhan mengenai barang produk dan pengeluaran serta pendapatan masing-masing mendapat bagiannya.Saat itu juga, Saleh merasa benar-benar menjadi seorang usahawan yang sukses. Berbeda saat Mega yang menjadi pemilik toko itu, wanita tersebut tidak bisa membiarkan tubuhnya berada dalam keadaan santai. Bagi kedua karyawan di toko edelweis, sikap Saleh yang seperti itu sudah menjadi kebiasaan bagi mereka dan tidak perlu mempermasalahkannya karena memang karyawan yang harus bekerja."Retno," panggil saya ketika Si empunya nama sedang menata letak manekin yang digantung di tembok.Retno menjatuhkan pandangannya seraya menurunkan tongkat yang sedang dia pegang. "Ada apa Pak?""Bisa ikut saya ke ruang staf s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 113

    Bab 113Mega tidak mengajak Saleh bicara lagi setelah pertengkaran beberapa menit yang lalu. Saat ini dirinya masih berada di ruang tamu sedangkan Saleh sudah masuk ke dalam kamar. Setidaknya, Saleh tidak keluar lagi malam ini seperti malam-malam sebelumnya.Wanita itu sedang merenungkan, berpikir tentang apa yang kemungkinan terjadi pada suaminya itu sampai bisa marah besar dan memintanya agar pergi dari hadapan Mega merasa sakit hati, terluka dan tercabik-cabik namun dia juga berpikir bahwa mungkin saja terjadi sesuatu hal yang buruk saat Saleh berada di luar dan hal yang memungkinkan bagi lelaki tersebut melepaskan emosi ketika berhadapan dengan sang istri.Karena hal itulah Mega mencoba untuk mengerti dan memaafkan Saleh sekali lagi.Setelah cukup lama dia berada di ruang tamu sambil menunggu Anda harus suaminya tertidur terlebih dahulu, dia beranjak dari sana dan menuju ke kamar. Saat itu juga dia baru tersadar ada pakaian yang teronggok di lantai dan itu terlihat asing di matany

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status