Share

Janggal Lagi

Author: Anggrek Bulan
last update Huling Na-update: 2022-04-27 12:53:06

Suamiku Simpanan Tante-tante 4

Janggal Lagi

Lekas ku ambil ponsel itu, siapa tahu ada suatu hal yang penting yang memang harus segera ku ketahui dari Mas Saleh.

Tapi aku menjadi terdiam, saat menyaksikan nama dan juga foto profil penelepon itu. 'Si Cantik', dengan foto profil wanita paruh baya yang sangat seksi.

'Siapa wanita ini? Dari foto profil nya sepertinya aku belum pernah melihat sebelumnya,' gumamku penasaran dalam hati.

Penelepon itu masih terus saja menghubungi Mas Saleh. Dalam hati aku masih saja terus bertanya, kenapa malam begini dia terus mencoba menghubungi suamiku? Ada apakah gerangan?

Ingin rasanya aku menerima panggilan itu, tetapi aku sungguh takut pada Mas Saleh, karena sejak beberapa hari yang lalu dia telah mengunci ponselnya. Jadi jika nanti aku menerima panggilan itu, maka tentu saja aku tak bisa menghapus riwayat pemanggilannya.

Tetapi nyatanya nomor dengan profil tante cantik itu terus saja menghubungi Mas Saleh, jadi akhirnya aku pun menerima panggilan itu. Terserah nanti apa yang mau dikatakan Mas Saleh. Toh saat ini kami sudah menikah dan harusnya memang tak ada lagi rahasia diantara kami.

"Ya ampun ... kemana saja sih? Masak iya kamu tega dari tadi membiarkan Tante mencoba menghubungi tapi nggak kamu angkat! Jahat deh!" ucap si penelepon memulai obrolan melalui sambungan telepon itu.

Mendengar suaranya saja aku sudah sedikit hilang feeling, karena dibuat manja dan menjijikkan. Tapi untuk sesaat aku akan mencoba diam, menunggu apa yang akan dikatakan selanjutnya oleh wanita itu.

"Kamu kok hanya diam saja sih dari tadi? Buat aku makin kangen saja deh. Makin terbayang deh dengan apa yang tadi sempat kita lakukan bareng."

Apa yang mereka lakukan bersama-sama? Bukankah tadi Mas Saleh bilang jika baru saja mengerjakan pekerjaan sampingan barunya? Apa hubungannya dengan wanita ini?

"Lah masih saja kami diam sih? Makin nggak sabar deh aku untuk ketemu dengan kamu. Lagi ngapain sih? Jangan-jangan kamu sedang menerima panggilanku ini sambil tertidur ya? Wajar sih, karena kamu tadi itu bekerja keras banget loh! Hihihi membuat aku makin ketagihan!"

Kali ini kurasa wanita di seberang itu sudah sangat keterlaluan sekali. Apa yang dikatakan dari tadi, kurasa sangat menjurus. Membuat pikiranku makin buruk saja pada Mas Saleh. Bisa saja kan ini wanita simpanan suamiku itu di luar sana.

"Halo?!" Kuucapkan kata singkat itu, tetapi ternyata si penelepon itu langsung mengakhiri panggilan.

'Aduh kurang ajar sekali penelepon wanita itu!' gumamku kesal dalam hati.

Tentu saja hal ini membuatku makin curiga, kenapa setelah mendengar suaraku penelepon itu malah mengakhiri panggilan? Ingin rasanya saat ini juga kutanyakan hal ini langsung pada Mas Saleh. Tetapi sungguh aku tak tega karena dia sudah bekerja seharian.

Lagian aku pun belum memiliki bukti yang lebih nyata, yang ada malah nanti aku dan Mas Saleh akan bersitegang saja. Jadi ku putuskan besok saja menanyakan tentang hal ini pada suamiku itu.

Ponsel kesayangan Mas Saleh itu masih tetap kugengam, karena aku masih menunggu siapa tahu tante cantik itu menelepon lagi. Sembari kucoba membuka kunci layar ponsel milik suamiku ini.

Semua rangkaian nomor yang kuanggap penting, ternyata tak juga bisa membuka kunci layar ponsel ini. Begitu juga si tante cantik itu tak lagi menghubunginya. Kenyataan ini sungguh membuatku amat kesal.

Sejak kami menikah dulu, Mas Saleh dan aku tak pernah mengunci layar ponsel kami. Tak ada rahasia diantara kami, karena kami sudah menikah dan kami saling terbuka. Baru sekitar satu bulan yang lalu suamiku itu mulai main rahasia-rahasiaan denganku.

"Loh Mas, kenapa sih kok ponsel kamu pakai dikunci segala?"

Suatu hari aku menanyakan hal itu pada Mas Saleh, tepatnya sejak pertama kali aku melihat kunci pada ponsel suamiku itu.

"Ah iya, Dek. Memang sejak kemarin aku kunci itu. Bawa sini kalau Kevin mau pinjam. Biar dia main sama aku saja." Bukannya memberitahu apa kode kuncinya, malah dia meminta ponsel itu kembali.

"Ngapain sih, Mas pakai dikunci segala? Memangnya ada yang kamu sembunyikan dariku?" Tentu saja aku makin curiga pada perubahan suamiku itu.

Memang sejak bekerja Mas Saleh mulai sedikit berubah. Dia sering pulang telat dan jika berada di rumah, dia akan terus berkutat dengan ponselnya sambil tersenyum sendiri. Padahal dahulu dia itu seorang suami yang hebat, ketika ada di rumah ponsel jarang sekali dipakai. Bahkan benda pipih itu pun selalu diletakkan di sembarang tempat, itu pun tak ada kuncinya.

"Apasih, Dek? Tak ada yang kusembunyikan dari kamu kok. Aku memang sengaja mengunci ponsel, karena teman-teman kerjaku itu jahil banget. Mereka sering membuka ponsel dan membaca chat atau melihat-lihat gambar kita. Padahal seharusnya itu kan tak boleh, Dek. Maka dari itu saat ini aku menguncinya," jawab Mas Saleh mencoba untuk meyakinkan aku.

"Memangnya kalau sedang kerja ponsel kamu ditinggal gitu, Mas?" tanyaku lagi karena kurasa alasan dari suamiku itu tak begitu masuk akal.

"Iy-iya nggak sih, Dek. Tetapi kadang kan aku suka lupa naruh di meja pos, atau ketika aku tertidur sebentar. Pernah saat itu aku ketiduran sebentar, eh pas kebangun malah ponselku lagi dipakai sama teman-teman loh!" jawab Mas Saleh sambil tertawa.

Kali ini aku mulai bisa mempercayai alasan Mas Saleh itu, karena aku memang tahu jika suamiku itu kadang kala sering lupa dan teledor. Sedangkan kadang teman kita pun banyak yang suka jail dan usil. Jadi kurasa mengunci ponsel saat bekerja menjadi suatu hal yang perlu.

"Berarti lain kali kamu jangan teledor, Mas saat di tempat kerja. Kalau begitu, sekarang kamu beri tahu aku dong berapa rangkaian katanya? Kamu tahu kan Mas jika Kevin itu lebih senang main ponsel kamu dari pada milikku," ucapku tanpa sama sekali mencurigainya lagi.

"Ah gini saja, Dek. Biarkan Kevin sama aku, kami cepetan masak sana gih, aku ini sudah lapar banget loh." Mas Saleh malah langsung merebut ponsel dan juga Kevin dari gendonganku.

"Kamu kenapa menyembunyikan kunci itu padaku, Mas?" Aku pun akhirnya kembali curiga.

"Tenang, Dek. Aku tak pernah menyembunyikan apapun darimu. Percayalah, Dek. Aku tak akan menodai janji suci pernikahan kita. Tolong percayalah padaku, agar kehidupan kita makin lebih baik."

Aku pun kembali mengalah, kembali mencoba berpikir positif pada suamiku ini. Tak mungkin dia akan mencurangiku, jadi aku pun membiarkan hal ini. Bukankah rasa saling percaya itu harus selalu ditanamkan dalam kehidupan rumah tangga?

Tetapi kini, rasanya kepercayaan kepada Mas Saleh itu kembali menguap.

"Kamu sedang ngapain dengan ponselku, Dek?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Ending

    EndingBab 1182 tahun kemudian.Pasca perceraian Mega dan Saleh, tidak ada yang menempati rumah kontrakan mereka sebelumnya. Mega memilih untuk tinggal di perumahan sederhana yang berada dekat dengan toko edelweis. Wanita yang kini single parent tersebut terlihat sedang menyiapkan keperluan sekolah anaknya."Kevin, Nak. Ayo segera, nanti kamu terlambat kalau mau nonton TV terus," ujarnya sambil menata bekal yang dia masukkan ke dalam tas sang anak. "Ibu, besok ulang tahunku." Dibanding dengan memberitahu, Kevin terdengar lebih seperti anak yang sedang merengek. "Oh, ya?!" Mega terlihat terkejut. "Masa, sih? Bukannya minggu depan, ya?" Melihat reaksi ibunya, Kevin memberenggut kesal. Tampaknya anak itu kecewa karena dia pikir sang Ibu sudah mempersiapkan sesuatu untuk hari kelahirannya besok. Dia berjalan dengan bahu yang terkulai lemas menuju ibunya, mengulurkan tangan untuk mengambil tas. "Ya udah, deh," bisiknya.Mega diam-diam tersenyum geli. "Wah, Nak. Gimana, nih? Besok bang

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 117

    Bab 117Mega tidak langsung menjawab pertanyaan dari Ari, teater diam beberapa saat. Di sisi lain Hilda meskipun merasa tidak enak dan ingin memarahi Ari yang ceritanya seperti itu, dia juga tidak bisa mengelak dengan rasa ingin tahu punya tentang perasaan Mega saat ini.Mega sendiri sudah cukup memikirkan hal ini sejak kemarin malam dia bertanya kepada dirinya sendiri tentang keputusan yang telah diambil dulu. Mungkinkah dirinya menyesal karena telah menerima oleh kembali dalam hidupnya? "Kalau terlalu berat buat dijawab, nggak perlu dijawab juga kok Mbak." Ari memberi pengertian karena hal yang dia tanyakan memang cukup sensitif."Akan terkesan bohong juga jika saya bilang baik-baik saja sekarang tapi Jika ditanya tentang penyesalan itu apa saya rasa nggak. Kalau dipikir-pikir memang menyakitkan karena telah dikhianati dua kali. Tapi di sisi lain aku merasa sudah melakukan hal yang tepat karena memberi kesempatan untuk seseorang bukan hal yang buruk." Mega tersenyum. "Aku merasa s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 116

    Bab 116Apakah Menyesal?Retno diantar pulang oleh Hilda dan Ari sedangkan Mega dan Saleh pulang ke rumahnya. Hal ini mengenai rumah tangga sepasang suami istri itu yang harus diselesaikan secara pribadi.Saat ini Retno Hilda berada di mobil Ari. Sambil menyetir lelaki itu bertanya, "Kapan kamu memanggil Mega? Kamu bilang nggak mau ngasih tahu dia lebih dulu."Hilda tampak murung, dia juga tidak menyangka bahwa dugaannya selama ini memang benar. "Aku cuma nggak mau Mbak Mega tahu dari orang lain, aku harus ngasih tahu dia karena dia yang paling berhak tahu tentang kelakuan suaminya." Dia melirik ke arah jok belakang di mana Retno berada. "Retno, aku minta maaf karena membiarkanmu menutup toko sendirian.""Ini bukan salah Mbak Hilda, kok. Lagian berkat mbak Hilda juga aku bisa selamat. Mas Ari saya benar-benar berterima kasih atas bantuannya yang tadi." Sekarang kondisi Retno jauh lebih membaik dia, tidak terlihat gemetaran seperti beberapa waktu yang lalu."Besok mungkin toko akan tut

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 115

    Bab 115Tak Bisa BerkutikRetno bingung harus berkata apa. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa akan mendapatkan tawaran makan malam bersama dari Saleh. Dia masih pada dirimu waktu di depan pintu toko sebelum akhirnya tiba-tiba Saleh menarik tangannya. "Pak Saleh?! Apa yang Anda lakukan?" Dia mulai jadi takut sekarang dia melihat ke sekeliling mencoba untuk mencari pertolongan.Namun, entah mengapa mendadak suasana menjadi sepi dan orang-orang tidak peduli kepadanya. Retno mencoba untuk melepaskan diri dari genggaman Saleh tetapi lelaki itu justru semakin mengeratkan pegangannya."Pak Saleh, Apa yang anda lakukan?! Tolong lepaskan saya segera!" Ratna sedikit berteriak, tetapi dia justru mendatan4g berarti karena langkah lelaki itu demikian. Saleh menoleh dan menatap Retno dengan sorot mata tajam. "Ikut saja denganku atau kamu akan tahu akibatnya!""Tapi mau ke mana, Pak?! Saya harus segera pulang karena ibu pasti sedang menunggu saya."Retno masih berusaha untuk melepaskan diri s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 114

    Bab 114Saat ini saya sedang berada di toko titik dia melihat karyawannya yaitu Retno dan Hilda yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Semenjak dirinya menjadi pemilik toko edelweis kegiatan yang Saleh lakukan tidak jauh-jauh dengan mengamati memperhatikan sedangkan hampir keseluruhan mengenai barang produk dan pengeluaran serta pendapatan masing-masing mendapat bagiannya.Saat itu juga, Saleh merasa benar-benar menjadi seorang usahawan yang sukses. Berbeda saat Mega yang menjadi pemilik toko itu, wanita tersebut tidak bisa membiarkan tubuhnya berada dalam keadaan santai. Bagi kedua karyawan di toko edelweis, sikap Saleh yang seperti itu sudah menjadi kebiasaan bagi mereka dan tidak perlu mempermasalahkannya karena memang karyawan yang harus bekerja."Retno," panggil saya ketika Si empunya nama sedang menata letak manekin yang digantung di tembok.Retno menjatuhkan pandangannya seraya menurunkan tongkat yang sedang dia pegang. "Ada apa Pak?""Bisa ikut saya ke ruang staf s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 113

    Bab 113Mega tidak mengajak Saleh bicara lagi setelah pertengkaran beberapa menit yang lalu. Saat ini dirinya masih berada di ruang tamu sedangkan Saleh sudah masuk ke dalam kamar. Setidaknya, Saleh tidak keluar lagi malam ini seperti malam-malam sebelumnya.Wanita itu sedang merenungkan, berpikir tentang apa yang kemungkinan terjadi pada suaminya itu sampai bisa marah besar dan memintanya agar pergi dari hadapan Mega merasa sakit hati, terluka dan tercabik-cabik namun dia juga berpikir bahwa mungkin saja terjadi sesuatu hal yang buruk saat Saleh berada di luar dan hal yang memungkinkan bagi lelaki tersebut melepaskan emosi ketika berhadapan dengan sang istri.Karena hal itulah Mega mencoba untuk mengerti dan memaafkan Saleh sekali lagi.Setelah cukup lama dia berada di ruang tamu sambil menunggu Anda harus suaminya tertidur terlebih dahulu, dia beranjak dari sana dan menuju ke kamar. Saat itu juga dia baru tersadar ada pakaian yang teronggok di lantai dan itu terlihat asing di matany

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status