Share

Suamiku Sugar Daddy
Suamiku Sugar Daddy
Author: Galuh Arum

Satu

Author: Galuh Arum
last update Huling Na-update: 2021-09-24 17:38:36

[Om, aku butuh uang untuk sekolah] 

 

Aku membuka ponsel Mas Randy, saat tak sengaja aku melihatnya. Jantung ini seperti ingin keluar dari tubuh dan membuat nadi berhenti seketika.

 

Citra, nama yang tertera di ponsel suamiku. Jujur aku tak pernah lancang membuka atau ingin tahu tentang isi dalam benda pipih itu. Kepercayaan membuat diri ini tak pernah curiga atau menuduh hal yang tidak-tidak.

 

Akan tetapi, apa ini? Kepercayaanku hilang seketika sesaat melihat pesan yang membuat hati ini meremuk. Tujuh belas tahun kami menikah, belum sekali pun Mas Randy menyakiti dan membuat luka yang teramat dalam.

 

Aku menaruh kembali ponsel di nakas, seolah-olah tidak pernah tahu apa yang ada di dalamnya. Walaupun remuk hati ini, kuputuskan mencari tahu lebih dahulu tentang wanita itu, ah, gadis itu. 

 

Terbaca jelas jika dia meminta uang untuk sekolah, apa suamiku seperti yang sering dibicarakan teman arisan tentang sugar daddy?

 

“Yasmin sayang, sedang apa di sini?” 

 

Pelukan Mas Randy membuat aku terkesiap. Untung saja ponsel itu sudah kembali pada tempatnya dan dia tak curiga jika aku sudah membuka pesan masuk itu. Ah, pelukkan ini rasanya membuat aku melupakan hal pahit itu. 

 

“Aku mencarimu, Mas. Raka meminta uang  untuk acara di sekolahnya.”

 

“Nanti Mas kasih, ya.”

 

“Oke.”

 

Pria berjambang dengan paras rupawan di usia yang memasuki 45 tahun itu selalu bersikap manis dan romantis. Seolah dia tak ingin belangnya tercium olehku. Pintar sekali dalam memainkan permainan. Lihat saja, Mas, aku akan membongkar semua kelakuan busuk kamu.

 

Mas Randi memberik uang satu juta rupiah untuk Raka dan sisanya kusimpan jika nanti ada kebutuhan mendadak. Walaupun Mas Randi selalu memberi saat aku meminta, tapi aku lebih suka menggunakan yang masih ada di tabungan. Kecuali masalah anak, pasti akan meminta padanya.

 

Aku gegas memesan taxi online dan mnegikuti ke mana mobil Mas Randi meluncur. Semua sudah kupersiapkan jika hati ini akan tercabik-cabik melihat kenyataan yang akan terjadi. Siap menjanda? Ah ... benci dengan kalimat itu. Tak terasa mobil Mas Randy sudah terhenti di sebuah hotel. 

 

Hotel? Jantungku kembali berdetak begitu hebat saat melangkah memasuki tempat ini. Untuk apa Mas Randy datang ke sini? Aku menggeleng membayangkan hal tidak-tidak tentang mereka. Akan tetapi, wajar jika pikiran ini membuat kepala terasa sakit.

 

Allah....

 

Apa ini? Aku terus melangkah perlahan sampai akhirnya sosok tubuh itu berhenti di depan sebuah pintu dan ... gadis belia menyapanya dengan manis. 

 

Lutut ini terasa tak bertulang. Akan tetapi, aku harus kuat melangkah menghampuri dua pasangan durjana itu.

 

“Mas!”

 

Panggilanku membuat Mas Randi terkesiap melihat aku kini ada di hadapannya. Begitu pun gadis bernama Citra yang langsung mundur masuk kamar. 

 

“Bajingan kamu, Mas!”

 

Aku menampar keras wajahnya, setelah itu gegas kudorong gadis itu hingga tersungkur di sudut ranjang. 

 

“Yasmin! Apa-apaan, kamu!” Mas Randi berteriak seraya membatu Citra bangun.

 

“Kamu yang apa-apaan, Mas! Tega kamu selingkuh dariku. Apa kurangku, Mas?”

 

“Dengarkan aku dulu, Yas.”

 

“Berengsek, kamu gadis kecil!” 

 

Aku kembali menjambak rambut hitam gadis itu, tapi Mas Randi terus saja membelanya sampai dia rela tubuhnya menjadi tameng pukulan bertubi-tubi dariku. 

 

“Sudah! Yasmin, kendalikan emosimu!”

 

Napas ini terasa sesak melihat Mas Randi begitu melindungi gadis berengsek itu. Dasar licik! Menggunakan air mata sebagai senjata agar suamiku peduli. Lihat saja, akan kubuat hidup bocah itu menderita. 

 

“Apa yang harus aku kendalikan, hah? Kamu pikir aku nggak waras melihat suamiku dengan gadis kecil di hotel ini dan tidak marah? Pikir pakai otak kamu, Mas. Dia seusia Raka, anak kita! Dasar nggak punya malu!”

 

Aku menjambaknya dengan sekuat tenaga. Lagi-lagi Mas Randi membantunya, tapi aku mendorong tubuh besarnya dan menampar berulang kali pelakor cilik itu. Tak ada ampun untuk kamu!

 

“Yasmin!” 

 

Aku tersungkur saat Mas Randi berani menampar hingga membuat tubuh ini terjatuh ke lantai. Embun di pelupuk kini sudah membasahi pipi. Tangis ini akhirnya tumpah menerima perlakuan kasar Mas Randi yang lebih memilih pelakor itu. 

 

“Yas, maafkan, aku.” Mas Randi menghampiriku.

 

Aku menepis tangan yang hendak memeluk tubuh ini. Jijik aku melihat tampang tak bersalah Mas Randi seakan-akan sebuah penjelasan akan membuat diriku tenang. Allah ... begitu tega dia pada istri yang begitu setia padanya. Gadis itu, ingin kubunuh dengan tangan ini. 

 

“Kita lihat, siapa yang akan berhasil tersingkir dari hidup kamu, Mas. Aku atau dia?!”

 

Bergegas aku keluar dari kamar itu, dan berlari sekuat aku melangkah ke mana kaki ini membawaku. Sementara, Mas Randi terus mengejar hingga dia berhasil menahan tubuh ini dengan pelukan yang dulu terasa hangat, tapi kini begitu menyiksa. 

 

“Lepas, Mas!”

 

“Dengarkan, aku dulu. Ak—“

 

“Aku apa, Mas? Jangan teruskan kalimat kotor kamu. Begitu tega kamu menduakan aku!”

 

Aku mendorong tubuh kekar Mas Randi. Untuk apa mendengar dia berbicara, toh tak akan merubah segalanya. Suamiku menjadi sugar dady gadis seumuran Raka. Allah ... apa yang akan dikatakan Raka jika mengetahui kelakuan busuk papanya?

 

“Aku tahu ini salah, tapi semua itu kekhilafanku, Yas. Aku belum siap memberitahu kamu, tapi kamu sudah mengetahuinya.”

 

“Berhenti membuatku muak dengan penjelasanmu. Kamu pilih aku atau gadis itu?”

 

“Ini bukan masalah pilihan, tapi—“

 

“Cukup!”

 

Aku sudah tidak tahan dengan semuanya. Aku bergegas meninggalkan Mas Randi yang masih mematung di sana. Entah, aku hanya ingin menghilang dan melupakan semua yang hari ini terbongkar.

 

--GaluhArum--

 

“Kenapa Mama nangis?” Raka bertanya saat aku sampai rumah. 

 

“Papa kamu berselingkuh, Ka.”

 

“Apa Mama yakin? Nggak mungkin Papa seperti itu.”

 

Raka begitu dekat Mas Randi, pantas saja dia tak begitu saja mempercayainya. Dahinya mengernyit seolah-olah meragukan penuturanku. 

 

“Awalnya Mama juga nggak percaya sampai Mama datang dan melihat sendiri Papa kamu berada di hotel bersama gadis seusia kamu.”

 

Lagi-lagi, air mata ini tumpah begitu deras saat mengingat kejadian itu. Raka langsung memelukku dan menenangkan agar aku tidak terlalu kalut.

 

“Ma, Raka akan buat perhitungan sama Papa. Raka akan buat wanita itu menyesal.” Raka begitu Emosi mendengar aku bercerita. Ia sampai besumpah akan melakukan pembalasan.

 

Hati ini lega saat Raka menenangkanku. Semoga saja dia mengerti apa yang harus ia lakukan. Seumur hidup aku tak akan pernah memaafkan perselingkuhan itu. Tunggu saja Mas, kami akan membalas semua perbuatanmu.

 

Kami pikir aku akan diam setelah perbuatan kamu membuat pernikahan ini hancur. Lihat saja, karma akan berjalan sesuai dosamu.

 

Raka anak tangguh, bisa hidup tanpa kasih sayang pria macam kamu. 

 

 --GaluhArum--

 

 

 

 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Suamiku Sugar Daddy   Empat Puluh dua (End)

    "Sus, masih ada pasian nggak?" tanyaku pada suster Bella."Nggak ada Dokter.""Saya mau pulang, terimakasih, Sus.""Sama-sama."Aku sudah tidak sabar mendengar kabar baik dari Angel. Namun, merek semua tidak menemuiku di rumah sakit, melainkan menunggu di rumah. Bikin penasaran saja.Sengaja aku menemui dokter yang menangani Angel. Untung dia sedang tidak ada pasien jadi mau menemuiku dan sedikit berbincang. Katanya, tidak banyak yang berubah dari Angel. Jangan bersenang hati dahulu takutnya dia kembali depresi.Membuat hati Angel senang, itu yang akan aku lakukan. Karena hidup di dunia ini memang untuknya. Ah, bucin sekali aku semenjak tahu Angel audah sembuh, dan berimajinasi macam-macam. Termaksud, memiliki anak banyak darinya. Mungkin gara-gara Suster Bella tadi bicara seperti itu, membuat aku kepikiran.Gegas aku pulang ke rumah, tidak sabar untuk bertemu dengannya. Apalagi melakukan

  • Suamiku Sugar Daddy   Empat Puluh Satu

    "Kamu ikhlas, nggak, Ka?""Aku ikhlas, Lun. Sekarang pun kalau dia mau pergi, aku ikhlas."Bibir ini lancar sekali mengucapkan kata ikhlas. Namun, bagaimanapun aku pernah merasa menyesal memutuskan berpisah dengan Angel.Saat ini, apa aku harus menggenggam dia lebih lama dan mempertahankannya?"Aku bangga punya Abang kaya kamu ,Ka.""Bikin, ge-er, deh."Kami tertawa bersama, mengingat masalah yang akan kuhadapi nanti, aku pun pasrah. Mungkin akan ada penolakan dari Angel nanti. Lebih baik kau kembali ke kamar, tapi kamar siapa?Aku menggaruk leher, bagaimana aku bisa lupa kalau Angel seperti mengusir tadi. Aku berada di sini pun karena Angel.Tidak mungkin aku tidur di kamar Luna atau Mama. Bisa-bisa mereka mentertawakan aku."Ke kamar kamu saja, jelaskan padanya. Toh, nanti pun kamu pasti akan menjelaskannya."Saran dari Luna membuat aku sadar.

  • Suamiku Sugar Daddy   Empat Puluh

    Mama bertanya kembali apa aku mau tinggal bersama mereka. Mama bisa membantu Ibunya Angel dalam merawat Angel. Namun, aku ragu, karena Angel masih suka histeris dan menyerang.Jika kutolak, Mama pasti sedih. Ia menginginkan aku tetap bersamanya. Sepertinya aku harus meminta pendapat pada Ibu mertuaku, juga Om Hendri jika aku tinggal di sana dengan kodisi istriku yang seperti ini."Kondisi Angel belum stabil, apa tidak akan menggangu kalian?" tanyaku diikuti anggukan Ibu mertua."Nggak, Ka. Kita bantu Angel bersama, Mama mau kalian bahagia secepatnya." Penuturan Mama mambuat aku tersentuh.Aku melirik Om Hendri, seolah meminta pendapatnya. Pria berjas hitam itu tersenyum dan memberikan anggukan tanda dirinya juga setuju dengan permintaan Mama."Demi kebahagiaan kamu, Ka. Mama rela melakukan apa pun, Mama tahu kamu mencintai Angel. Seharusnya Mama mendukung kamu dalam proses menyembuhkannya."Lagi, Mama membuat ak

  • Suamiku Sugar Daddy   Tiga Puluh Sembilan

    "Sah." Kalimat itu menggema beberapa jam lalu, disaksikan beberapa orang dari keluarga dan tetangga sekitar rumah Angel. Mereka menyaksikan acara sakral kami.Mama akhirnya menerima pernikahanku dengan Angel. Diiringi isak tangis, ia memelukku erat. Aku tahu ia kecewa, tetapi ini pilihan, dan jalanku. Tidak ada resepsi pernikahan, hanya ada akad biasa yang setelah itu selasai setelah ijab kabul.Mama masih bisa memberikan senyum pada ibunya Angel. Ia pintar menyembunyikan perasaan, dan menjaga perasaan orang lain. Tidak seperti sinetron, dia bersikap tenang, seolah memang ia menerima pernikahan ini dengan ikhlas.Semalam ia menyerah dan memberikan restunya. Ia bilang selalu mendoakan yang terbaik untukku. Kini, aku harus berjuang sebagai seorang suami. Mengembalikan Angel seperti dulu. Menyembuhkan depresi yang dialaminya.Dengan balutan kebaya putih, ia terlihat san

  • Suamiku Sugar Daddy   Tiga Puluh delapan

    Malati bangkit, tetapi cepat aku menarik lengannya meminta ia kembali duduk, untuk mendengarkan penjelasanku. Bola matanya memutar malas, ya, aku tahu kesalahan membuat wanita berprasangka tidak baik.Seperti yang dikatakan Mama, jangan memberikan seseorang harapan jika kita tidak bisa memberikannya kepada dia. Ah, mumet urusannya."Mel, dengerin aku, ya. Maaf, sebelumnya telah membuat kamu merasa aku memberikan perhatian lebih. Jujur, aku tertarik denganmu. Namun, semuanya tidak bertahan, karena aku masih mencintai Angel.""Laki-laki memang semua buaya. Karena suaminya tidak ada, dan dia tidak sadar, kan? Kamu memanfaatkan keadaan saat Angel sakit? Iya, kan?""Aku nggak seperti yang kamu bicarakan. Aku sungguh mencintai Angel. Aku mau dia sembuh, masalah dia setelah sembuh mau bersamaku atau tidak, aku ikhlas.""Bulsyit,mana ada orang seperti itu. Ka, aku nggak kenal sama kamu, dan sampai saat ini, aku tida

  • Suamiku Sugar Daddy   Tiga Puluh Tujuh

    Mama memintaku untuk berpikir ulang menikahi Angel. Namun, aku tetep pada pendirian awal untuk meminang Angel menjadi istriku.Hari ini sengaja aku datang ke rumah Papa untuk meminta pendapatnya. Apa sama dengan yang mama pikirkan atau berbeda. Sudah lama sekali aku tidak meminta pendapat pria yang begitu lama aku musuhi."Pa, aku ingin bicara, bisa?""Raka, kapan datang?""Tadi, Pa. Papa asik menonton TV.""Iya, sampai nggak tahu kamu datang. Bicara apa?""Sebenernya bukan bicara, tapi meminta saran.""Duduk sini."Papa menepuk sofa meminta aku untuk duduk di sampingnya. Aku menghampirinya dan menghempaskan tubuh ini. Film yang ia tonton tidak berubah. Tetap suka denganaction.Raut wajahnya sudah terlihat sangat tua. Namun, sudah lebih segar dari waktu ia bertemu denganku. Mungkin benar kata Budhe Airin, obat kesehatan Papa adalah aku. Bertemu dengan anaknya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status