Share

Part 15

Teringat dua belas tahun yang lalu, saat kami masuk ke kamar hotel setelah selesai melakukan resepsi pernikahan kami, Mas Ibnu membopongku masuk, tersenyum penuh arti sambil membisikkan kata cinta di telingaku.

Aku begitu bahagia kala itu. Begitu juga dengan Mas Ibnu yang tiada henti-hentinya berucap syukur karena akhirnya bisa mempersunting ku.

Tanpa terasa buliran-buliran air hangat mulai luruh dari ujung netraku. Sekuat tenaga aku sudah menahannya, tapi butiran-butiran luka itu tetap saja lolos tanpa mampu aku bendung lagi.

"Kok kamu malah nangis, May. Apa aku menyakitimu?" tanya Mas Ibnu seraya menghapus air mataku dengan ujung jarinya.

"Kenapa kamu menghianati aku, Mas?" Aku terus menatap manik hitam nan teduh milik suamiku.

Hening. Hanya helaan nafas berat Mas Ibnu yang terdengar.

"Apakah kamu tidak pernah berpikir sedikit saja tentang perasaan serta ha

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status