Mungkin Ariana juga merasakan apa yang Juliana rasakan. Ingin bersedih dan meratap, tapi itu malah memperkeruh suasana. Berusaha tegar malah terlihat menyedihkan. Juliana berharap ada kabar baik yang datang untuk mereka.
Juliana dan Ariana kini berada di teras belakang mansion yang menghadap ke pantai. Ariana mengundangnya untuk minum teh bersama.
"Juliana, bisakah kamu menceritakan pertemuanmu dengan Joseph sampai bisa menikah? Aku sangat penasaran karena tiba-tiba saja Joseph sudah menikah," tanya Ariana. Matanya terlihat berbinar dengan raut wajah penasaran.Juliana kaget mendengar pertanyaan Ariana. Dia pikir, ibu tiri Joseph itu tidak tertarik dengan perjalanan kisah cinta mereka, tetapi ternyata di luar dugaan. "Aku bertemu dengan Joseph di Italia. Dia menolongku saat aku hampir tenggelam di kanal. Pertemuan itu mengalir begitu saja sampai akhirnya kami bisa menikah seperti ini," terang Juliana dengan wajah berseri. Dia tampak sedang mengenang masa-masa itu. Ariana melihat ekspresi yang berbeda dari Juliana. Padahal sedari datang, wanita itu tampak murung dan sedih, tetapi saat ditanya tentang perjalanan cinta mereka, Juliana kontan berubah."Manis sekali. Sepertinya, Joseph memperlakukanmu dengan sangat baik, ya?" tanya Ariana lagi yang langsung diangguki oleh Juliana."Dia pria baik dan sopan. Mungkin itulah alasanku tertarik padanya," ungkap Juliana kembali mengenang.Ariana menghela napas panjang. "Ya, Joseph memang sedang ada di Italia untuk perjalanan bisnis sebelum kecelakaan ini terjadi."Wajah Juliana yang sebelumnya berse
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencari Tuan Joseph, Nyonya. Kami akan segera menghubungi Anda atau Nyonya Ariana, jika ada kabar tentang Tuan Joseph."Ucapan diplomatis itu membuat Juliana terdiam. Itu tandanya, pihak kepolisian juga tidak tahu dan tak berani berasumsi.Setelah polisi itu pergi, tangis Juliana pecah. Dia bahkan hampir terduduk di tanah kalau saja Reina dan Ariana tidak menahannya."Sabar, Kak. Jangan seperti ini! Kamu harus kuat. Ingat kita masih punya harapan. Bisa saja Joseph diselamatkan oleh orang lain," ucap Reina berusaha menenangkan Juliana.Ariana yang sedari tadi berdiri pun merasa sedih melihat menantunya yang terpuruk seperti ini. Sungguh dia bisa melihat ketulusan dan rasa sayang Juliana pada anak tirinya. Wanita paruh baya itu pun langsung memeluk Juliana. Dia mengusap punggung menantunya agar bisa tenang."Ibu tahu apa yang kamu rasakan saat ini, tetapi ingatlah kalau kamu harus tegar. Kita berdoa saja semoga Joseph selamat."Mendengar perk
Ariana tidak langsung menjawab. Dia berpikir sejenak, karena di sini ada Juliana dan Reina. Namun, Lena kembali memohon. Dia sangat ingin menginap karena merindukan tempat ini."Baiklah, Lena. Menginaplah satu hari di sini, kalau itu bisa membuat suasana hatimu membaik," ujar Ariana pada akhirnya setuju.Bagaimanapun, Ariana masih menganggap Lena sebagai anak sendiri. Itu karena Lena sudah cukup lama menjalin hubungan dengan Joseph.Dulu, Ariana kira Lena akan menjadi menantunya. Akan tetapi, keputusan Lena yang memilih pergi ke Eropa membuat harapan Ariana hanya menjadi asa kosong. Sekarang semua sudah berlalu. Ariana tidak bisa ikut campur dalam kehidupan Joseph. Apa pun yang terbaik untuk anak tirinya itu, Ariana akan mendukungnya."Kalau begitu aku tinggal. Masih ada pekerjaan."Lena pun mengangguk dan membiarkan Ariana pergi. Sementara dirinya pun langsung masuk ke mansion megah yang penuh kenangan itu.Lena menyusuri setiap sudut mansion ini. Dia seolah melihat bayangan dan ki
Reina belum puas menghabiskan waktu di pantai. Kedatangan Lena yang tiba-tiba membuat Reina kesal dan khawatir. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau Juliana tahu tentang kedatangan Lena. Pasti akan sakit dan sedih, tetapi bagaimanapun Reina harus menceritakan semuanya sebelum Lena dan Juliana bertemu. Tentu saja mau tidak mau mereka pasti bertemu. Saat sampai di kamar tamu, Reina mendapati Juliana sudah bangun. Dia pun langsung menghampiri sang Kakak dengan wajah cemas. "Gawat, Kak! Ini gawat," ucap Reina dengan wajah gusar. Juliana mengernyitkan dahi, heran akan tingkah adiknya itu. Datang-datang sudah bersikap aneh. "Apanya yang gawat? Apa kamu bertemu pria tampan di sini?" tanya Juliana sedikit jahil. Dia gemas karena adiknya selalu heboh sendiri. "Kakak! Aku serius. Aku itu baru saja bertemu dengan mantan kekasih Joseph." Seketika pergerakan Juliana terhenti. Dia menatap wajah adiknya dengan kebingungan. "Maksudmu apa?" tanya Juliana masih belum paham dengan u
Suara denting alat makan beradu di ruang makan yang luas dan mewah. Lena dan Ariana tampak lebih luwes dibandingkan dengan Juliana dan Reina, jadi tidak canggung lagi berbeda dengan Juliana dan Reina. Melihat cara dua orang asing itu makan, Lena tersenyum miring. Seolah mengejek mereka yang tidak terbiasa dengan ini semua. Reina yang melihat gelagat Lena pun kesal. Dia ingin membalas perlakuan Lena, tapi tak bisa karena situasi dan kondisi. Lena tidak mempedulikan tatapan Reina yang kesal padanya. Dia malah lebih tertarik pada masa lalu wanita bernama Juliana itu, karena Lena masih tidak percaya, jika mantan kekasihnya memilih pasangan yang jauh dari kriteria seorang Joseph. "Juliana, dari nama asal kamu? Aku juga sangat penasaran bagaimana kalian bisa bertemu sampai menikah dengan Joseph?" tanya Lena tiba-tiba di sela makan. Semua orang yang ada di meja makan kaget dengan pertanyaan itu, namun Lena yang hanya seorang mantan kekasih malah mempertanyakan hal sensitif seperti ini. R
"Sudahlah, Kak. Mungkin Kakak salah lihat. Sebaiknya kita kembali berkeliling. Aku ingin tahu setiap sudut tempat di sini mungkin saja ada hal menarik yang kita temukan," ujar Reina sembari menarik tangan kakaknya. Akan tetapi, Juliana menahan Reina. "Tapi aku yakin dia adalah pria itu, Reina," timpal Juliana tetap pada pendiriannya. Reina menghela napas pelan. "Baiklah, anggap saja begitu. Lalu, sekarang apa? Bagaimana kalau nanti kita tanyakan saja pada Nyonya Ariana. Siapa pria itu? Sudahlah, ayo!" ajak Reina menarik lengan Juliana. Juliana pun akhirnya menurut, dia mengikuti langkah adiknya. Dari kejauhan, Ariana melihat Reina dan Juliana yang sedang berjalan-jalan. Dia pun menghampiri dua wanita itu dan mengajak mereka untuk berkenalan dengan pelayan yang ada di sana. "Ayolah, Sayang. Aku akan memperkenalkan kamu pada pelayan di sini dan kalau bisa ingat-ingat nama dan wajah mereka," kata Ariana yang membuat tubuh Juliana langsung menegang. Dia sampai meneguk saliva dengan s
Menurut informasi di internet, keluarga Reign adalah pengusaha ternama. Dari mulai pertambangan emas, minyak, banker, properti, hotel, dan ritel. Selain itu Joseph ada hubungannya dengan anggota keluarga kerajaan Monaco. Ibu kandungnya Joseph bernama Sofie adalah adik sepupu Raja Monaco yang menikah dengan ayahnya Joseph, yaitu Richardo Reign. Juliana dan Reina langsung syok membaca informasi di sana. Kedua saling pandang sejenak, lalu kembali membaca artikel itu. "Kak, ternyata suamimu itu konglomerat dan keponakan Raja Monaco!" seru Reina antusias dan masih kaget mendapati fakta ini. "Tapi sayang tidak ada foto keluarga Reign." Sementara itu, Juliana mematung di tempat. Dia lebih dari sekedar kaget. Saat ini, perasaan Juliana tak karuan. Entah apakah dia harus senang atau sedih mendapati suaminya bukan orang biasa hanya saja Juliana merasa sangat kecil dibandingkan Joseph yang bersinar di strata paling atas. Rasa rendah dirinya kembali hadir tentang dirinya yang tidak pantas se
Keesokan harinya, Juliana sudah bersiap untuk pergi sarapan, sementara Reina masih berbaring dan enggan bangkit. "Kenapa masih rebahan? Sebentar lagi waktunya sarapan, ayo bersiap!" ajak Juliana sembari duduk di sebelah Reina yang malah membelakangi Juliana. Melihat gelagat Reina, Juliana sepertinya mengerti kalau adiknya masih kesal karena kejadian semalam. "Kamu marah sama Kakak karena kejadian semalam?" tanya Juliana berusaha berbicara baik-baik. Reina menggelengkan kepala. "Tidak, Kak. Aku sama sekali tidak marah sama Kakak. Aku hanya malas kalau harus semeja dengan Lena. Dia masih membuatku kesal," terang Reina menjelaskan. Juliana menghela napas pelan ternyata memang masih masalah semalam, mencoba mengerti perasaan Reina dan akan berusaha membujuk adiknya agar mau sarapan. "Kakak mengerti kalau kamu masih kesal pada Lena, tapi kamu harus tetap sarapan, Reina. Jangan sampai sakit karena masalah Lena." "Kakak!" seru Reina mencebik. "Aku tidak akan sakit karena Lena. Lagian,