Share

Bab 2

Author: Kintara
Raungannya bergema menyakitkan di gendang telingaku. Bahkan ibuku yang memiliki gangguan pendengaran pun terlonjak. Dia menoleh dan menatapku dengan cemas.

Sambil menekan amarah di hati, aku mengambil ponsel dan melangkah keluar. Aku membalasnya dengan suara pelan, "Untuk apa kamu teriak-teriak seperti itu?"

Untuk sesaat, hanya ada keheningan di ujung telepon. Kemudian, Andy berucap lagi dengan marah, "Aku tahu kamu kesal karena aku ingkar janji. Tapi, aku sudah bilang akan meluangkan waktu untuk pulang kampung bersamamu di lain waktu. Apa yang masih perlu kamu ributkan? Pokoknya kamu harus menggantikan Nikki melakukan operasi. Kalau nggak, kita selesai."

Kebetulan sekali, aku juga tidak ingin bersamanya lagi.

Aku hendak memberitahukan perceraian kami pada Andy ketika suara Nikki terdengar dari ujung telepon, "Andy, pestanya segera dimulai. Ibu mengajakmu makan."

Kemudian, aku merasakan Andy mencoba menutupi mikrofon. Dia menjawab dengan suara yang sangat lembut, "Aku sedang menangani beberapa urusan rumah sakit. Beri tahu Ibu, aku segera ke sana."

Aku tertawa dan berkata, "Oh, sekarang Pak Andy punya ibu baru? Kamu nggak takut ibumu menunggu kalau kamu terus bicara denganku di telepon? Iya juga ... lagian, aku ini picik."

Sepertinya Nikki belum pergi jauh. Andy memarahiku dengan suara rendah, "Desa Nikki ini kecil dan banyak penggosip. Sebagai atasannya, salahkah kalau aku membantunya menjaga gengsi? Nggak usah sindir-sindir begitu. Poppy, aku kasih kamu waktu tiga hari untuk melakukan operasi. Kalau nggak, kamu bisa keluar dari rumah sakitku!"

Setelah berkata demikian, Andy langsung menutup telepon.

Aku berdiri di depan pintu rumah orang tuaku. Angin bertiup pelan, sementara hampa mengisi hatiku.

Saat aku membulatkan tekad untuk tidak menjadi kambing hitam lagi, detik berikutnya direktur umum rumah sakit meneleponku.

Direktur umum itu berkata ada yang mengadukan bahwa aku telah mengoperasi pasien dalam keadaan mabuk sehingga mengakibatkan kecelakaan medis. Aku diminta segera kembali untuk menanganinya.

Untuk sesaat, kupikir otakku berhenti bekerja. Aku menjelaskan dengan napas memburu, "Pak, pasti ada kesalahan. Pasien ini menderita kardiomiopati hipertrofik kongenital. Kondisinya sudah sekarat saat dilarikan ke rumah sakit."

Namun, direktur umum itu langsung mengirimkan surat aduan itu padaku. Kepalaku seketika berdengung. Aku tidak bisa melanjutkan acara makan bersama orang tuaku dan buru-buru kembali ke rumah sakit.

Di bawah tatapan menuduh direktur umum, aku meminta untuk dipertemukan dengan orang yang melaporkanku. Tanpa mengatakan apa pun, dia segera memanggil saksi untuk mengidentifikasiku. Saksi yang dibawanya, yakni anestesiolog dalam operasi itu adalah teman baik Nikki.

Segera setelah menyadari apa yang terjadi, aku menggeram marah, "Pak, dia ini sahabat Nikki. Nikki memusuhiku, mungkin dialah yang menjebakku!"

Namun, aku tidak memiliki bukti apa pun untuk mendukung spekulasiku.

Kemudian, suara tajam seseorang memotongku, "Cukup!"

Andy masuk ke ruangan dan menatapku dengan sorot jijik sambil menggeram marah, "Memusuhimu? Jelas-jelas kamulah yang membenci dan menjahatinya! Poppy, tadinya kukira kamu hanya picik, tapi profesional dalam operasi. Tak kusangka, kamu juga begitu nggak tahu malu!"

"Apa kamu sadar betapa seriusnya kejahatan menyebar fitnah dalam dunia medis? Aku nggak menyangka kamu menjadikan nyawa pasien sebagai taruhan. Orang sepertimu nggak layak menjadi dokter atau menjadi istriku!" lanjut Andy.

Aku mematung di tempat. Tenggorokanku serasa ditusuk ribuan jarum. Setelah terdiam cukup lama, aku berkata dengan nada pahit, "Andy, apa kamu benar-benar percaya aku tega membunuh pasien hanya karena cemburu?"

Dada Andy naik turun dengan hebat. Dia membalasku dengan tatapan suram di matanya, "Gimana aku bisa nggak berpikiran begitu? Lihat saja kulkas di rumah yang penuh botol anggur."

Satu kalimat itu seakan-akan mengonfirmasi segalanya. Direktur umum rumah sakit segera menyerahkan surat pemecatanku. Rekan-rekanku mencemoohku habis-habisan.

Aku mengemasi barang-barangku dalam keadaan linglung dan hendak langsung pergi. Namun, sebelum sempat mencapai pintu, aku ditendang oleh keluarga pasien yang datang setelah mendengar rumor.

"Mati kamu! Kenapa kamu membunuh putraku? Siapa yang menyuruhmu minum?" seru wanita itu sambil menendangku berulang kali dan menamparku dengan keras.

Saat pandanganku mulai kabur, wanita itu baru ditarik pergi. Aku berjongkok, memunguti barang-barangku yang berserakan.

Tiba-tiba, suara Nikki terdengar dari belakangku, "Rasakan itu, Kak Poppy!"

Aku berbalik dan melihat wajah menyebalkan Nikki. Bibirnya menyunggingkan seringai kemenangan tipis. Dia berpura-pura terkejut saat melihat kardusku.

"Astaga, kamu dipecat karena mengakibatkan kecelakaan medis, ya?" cibir wanita itu.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Suamiku yang Tergila-gila Pada Asistennya   Bab 9

    Kali ini, pria itu tidak bertingkah seperti orang gila dan membuat keributan. Andy hanya berlutut dengan tenang di depan orang tuaku, bersujud meminta maaf pada mereka.Aku tidak tahu apa yang dipikirkan orang tuaku tentang masalah ini. Meskipun Andy memang menyakitiku, dia juga pernah menyelamatkanku. Keduanya pernah menganggapnya seperti anak mereka sendiri.Namun, semua tentang Andy sudah tidak ada hubungannya lagi denganku.Aku berhasil bergabung di rumah sakit terbaik di kota. Dengan latar belakang dan keterampilanku, aku pun segera mencapai puncak karier.Selama periode itu, aku juga bertemu dengan seorang pria yang benar-benar mencintaiku. Kami sepakat bahwa pada setiap hari raya, kami akan bergiliran mengunjungi keluarga masing-masing. Kami tidak pernah ingkar janji.Pria itu sangat menghormati orang tuaku sehingga mereka juga sangat menyukainya. Setelah berpacaran selama setengah tahun, kami melangkah ke tahap pernikahan.Sejak awal bersama, aku telah menceritakan semua yang p

  • Suamiku yang Tergila-gila Pada Asistennya   Bab 8

    Aku mengernyit dan menatap mata Nikki dengan penuh selidik, mencoba menangkap emosi yang tidak biasa di sana."Bukannya kamu memang mengharapkan perceraianku dengan Andy?" tanyaku. Ekspresinya masih tidak berubah. Namun, akhirnya aku melihat jejak kegilaan di matanya.Nikki berkata, "Tapi, sekarang dia hanya mengenalimu, Kak Poppy. Dia bahkan lupa kalau kamu sudah menceraikannya. Setelah diperiksa, ingatannya ternyata mundur kembali ke setahun lalu. Aku pun tiba-tiba kehilangan minat.""Melihat dia masih belum menyerah meski kamu sudah menceraikannya, aku tiba-tiba nggak tertarik lagi. Belakangan, aku sesekali merangsangnya untuk membangkitkan ingatannya saat kami bersama. Toh dia pernah memuji kalau tubuhku lebih bagus dari kamu.""Sekarang aku mengerti, Kak Poppy. Bermain dengan suami orang lain lebih menarik daripada bersama suami sendiri," pungkas wanita itu.Jika aku mendengar provokasi seperti ini beberapa waktu lalu, aku pasti sudah terbawa emosi dan meninju wajah Nikki. Sekaran

  • Suamiku yang Tergila-gila Pada Asistennya   Bab 7

    Aku tidak tahu berapa lama Andy mengetuk pintu di koridor. Akhirnya, sepertinya tetangga yang tidak tahan lagi dengan keributan itu menelepon polisi. Petugas pun datang dan membawanya pergi dari situ.Aku tidak pernah mendekati pintu, jadi aku tidak tahu apakah yang membawa Andy pergi adalah kedua petugas polisi yang tadi datang.Aku mengganti semua seprai dan selimut di kamar, lalu langsung membuangnya ke tempat sampah. Aku tidur dengan sangat nyenyak malam itu.Keesokan paginya, aku meninggalkan apartemen setelah mengirimkan kode sandiku yang baru pada agen. Aku memberinya wewenang penuh untuk membawa calon pembeli melihat-lihat apartemen.Kalau perlu, agen itu bahkan boleh mengabaikan negosiasi harga. Yang penting tempat itu bisa terjual secepatnya.Aku berkendara pulang ke kampung halaman. Di sana, aku menghabiskan waktu dua minggu dengan damai bersama orang tuaku seorang pensiunan.Apartemenku segera terjual. Agen itu cukup kompeten, dia tidak menurunkan harga seperti ekspektasiku

  • Suamiku yang Tergila-gila Pada Asistennya   Bab 6

    Teriakan itu tidak hanya membuat Nikki terlonjak, tetapi juga membuat kedua polisi itu tertegun sejenak. Sebelum Andy mengatakan apa pun lagi, mereka segera bertanya bagaimana aku ingin memproses masalah ini.Aku tahu betul bahwa sengketa perdata seperti ini sangat sulit untuk ditangani. Namun, jika aku meminta kasus ini diproses dengan adil, mereka pasti akan tetap melakukannya.Saat aku hendak menjawab, Andy sudah mendahuluiku dan berkata, "Aku akan pergi."Mendengar itu, aku merasa sedikit lega. Sejujurnya aku juga tidak ingin memperbesar masalah ini. Hanya satu yang kuinginkan, Andy menerima kenyataan dan keluar sepenuhnya dari hidupku.Ketika Andy menatapku, ekspresi di wajahnya membuatku merasa seolah-olah kami sudah berada di dua dunia yang berbeda. Dia meminta, "Setidaknya biarkan aku berganti pakaian dan mengemasi barang-barangku dulu, oke?"Aku tertegun sejenak, lalu menggelengkan kepala untuk menyingkirkan pikiran-pikiran mengganggu di benakku. Aku membalas dengan dingin, "U

  • Suamiku yang Tergila-gila Pada Asistennya   Bab 5

    Kedua orang itu terhenyak sebentar.Nikki-lah yang pertama bereaksi. Dia mengambil surat cerai di tanganku, lalu membuka dan memeriksa keasliannya. Kemudian, sambil menahan ekspresi gembira di wajahnya, dia berbalik dan menyerahkan surat cerai itu pada Andy.Nikki berkata dengan nada kaget yang dibuat-buat, "Wah, Kak Poppy, surat cerai ini mirip sekali dengan yang asli. Tapi, benalu sepertimu nggak mungkin bisa hidup tanpa Kak Andy. Kamu nggak mungkin diam-diam mengurus surat cerai tanpa sepengetahuannya, 'kan?"Andy tidak menangkap maksud tersirat dalam kata-kata Nikki. Dia bahkan tidak melirik surat cerai yang sengaja ditunjukkan wanita itu.Sebaliknya, Andy menepis tangan Nikki dan berjalan cepat mendekatiku. Dia menatapku dengan tajam dan berkata, "Poppy, jangan kira kamu bisa menipuku. Aku bahkan nggak pernah melihat perjanjian perceraian, bagaimana kamu bisa mengurus surat cerai?"Melihat raut tidak percaya di wajah Andy, aku hanya merasa geli. Aku membalas, "Tentu saja kamu pern

  • Suamiku yang Tergila-gila Pada Asistennya   Bab 4

    Setelah kode sandi yang kumasukkan tiga kali gagal, pintu tiba-tiba terbuka dari dalam. Nikki muncul di depanku dengan mengenakan piamaku. Piama ini adalah piama pasangan milikku dan Andy.Begitu melihatku, raut provokatif itu muncul lagi di wajah Nikki. Dia mengangkat alisnya dan berkata dengan centil, "Oh, Kak Poppy rupanya. Kak Andy bilang kamu nggak akan pulang, jadi aku datang. Untung saja kami sudah selesai, tapi kamar jadi agak berantakan. Mau tunggu sebentar di sini? Biar aku beres-beres dulu.""Kamu benar-benar membuat Kak Andy marah hari ini. Dia melampiaskan semuanya padaku. Tubuh rapuhku ini hampir nggak sanggup bertahan ...."Sebelum Nikki selesai bicara, aku tiba-tiba meninju wajahnya. Dia langsung terjatuh dan memegangi hidungnya sambil mengerang kesakitan."Poppy! Apa kamu gila? Bagaimana kamu bisa memukul orang tanpa alasan?" bentak Andy sambil bergegas mendekat. Piamanya belum dipakai dengan benar dan rambutnya bahkan masih basah.Alih-alih menjawab, aku hanya melirik

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status