Short
Suamiku yang Tergila-gila Pada Asistennya

Suamiku yang Tergila-gila Pada Asistennya

Oleh:  KintaraTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
9Bab
4Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Pada hari Festival Perahu Naga, suamiku yang berprofesi sebagai direktur rumah sakit lagi-lagi berkata bahwa dia mendapat beberapa jadwal operasi darurat. Jadi, dia tidak bisa ikut pergi mengunjungi orang tuaku. Namun, ketika aku membuka Instagram beberapa saat kemudian, aku melihatnya sedang menyembelih kambing untuk pesta di desa asistennya. Keterangan di konten itu berbunyi sebagai berikut. [ Ibu bilang punya menantu seorang dokter memang menyenangkan, menyembelih kambing pun begitu cekatan. ] Aku hanya mendengus dan menekan tombol like, lalu menuliskan komentar. [ Namanya juga profesional. ] Para rekan kerjaku heboh di setiap grup. Semuanya mengira kali ini aku akan mengamuk pada suamiku. Suamiku langsung menelepon. Aku bisa membayangkan dia sedang mengernyit dengan ekspresi tak sabar di wajahnya sekarang. Andy berkata, "Ini hari penting di desa Nikki. Aku hanya datang untuk membantu mereka. Apa maksudmu sindir-sindir begitu? Nggak ada laki-laki di keluarganya yang bisa membantu dalam acara besar seperti ini. Aku hanya bantu-bantu, apa yang perlu kamu ributkan?" "Cepat hapus like dan komentarmu, jangan buat Nikki canggung di rumah sakit. Kamu dengar, 'kan? Setelah pulang nanti, aku baru luangkan waktu untuk menemanimu pulang kampung, oke?" tambahnya lagi. Selalu alasan yang sama. Andy berulang kali memberiku janji-janji kosong. Kali ini, aku sudah muak dan habis kesabaran. Setelah hari Festival Perahu Naga berlalu dan surat cerai didapatkan, pernikahan kami selama tujuh tahun pun akan berakhir sepenuhnya.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Tanpa repot-repot menjawab Andy, untuk pertama kalinya aku menutup teleponnya. Sesuai dugaan, dia marah besar. Ponselku segera berdering lagi.

Aku menolak panggilan itu dan langsung memblokir nomornya, persis seperti yang Andy lakukan setiap kali marah padaku.

Orang tuaku menatapku dengan cemas. "Poppy, kamu dan Andy ...."

Melihat pertanyaan di mata mereka, aku hanya tersenyum. Aku menunduk dan menyuap dua sendok nasi sebelum berkata dengan acuh tak acuh, "Kami nggak bisa bersama lagi, lebih baik segera cerai."

Ibu menghela napas, lalu menepuk-nepuk Ayah yang masih linglung. Kemudian, dia memaksakan ekspresi ceria dan mengajak kami makan kembali.

Notifikasi pesan masuk ke ponselku. Nikki mengirimkan permintaan maaf di grup kerja.

[ Aku hanya bergurau dengan kalian. Terima kasih Pak Andy yang murah hati dan nggak mudah tersinggung. Kalau ada yang merasa terganggu, aku minta maaf. ]

Meski kata-katanya bernada menyesal, aku seakan-akan bisa melihat raut pamer di wajah wanita itu. Andy juga segera membalas pesannya.

[ Anak muda yang energik adalah hal baik. Nggak perlu minta maaf, hanya manusia picik yang akan merasa terganggu. ]

Faktanya, aku sama sekali tidak merasa terganggu. Aku justru senang bisa berpisah dengan Andy.

Begitu direktur rumah sakit sudah bersuara, para rekan kerjaku segera tahu harus memihak siapa. Satu per satu menimpali di grup.

[ Atmosfer rumah sakit biasanya suram, untung ada Nikki yang sukarela menghidupkan suasana. ]

[ Ternyata Pak Andy nggak hanya ahli menggunakan pisau bedah, tapi juga terampil menyembelih kambing. Nikki beruntung sekali! ]

[ Hahaha! Semua juga seharusnya tahu, siapa satu-satunya manusia picik di rumah sakit kita. ]

Hatiku agak sedih melihat mereka tidak berhenti mencemoohku. Sebab, separuh dari orang-orang yang tengah menjilat Nikki itu pernah aku bimbing secara pribadi.

Dahulu mereka memanggilku guru dengan hangat demi menyenangkan hatiku. Namun, orang-orang yang sama kini mencelaku sebagai manusia picik.

Apa boleh buat, Andy adalah direktur rumah sakit. Sikapnya yang bias pada Nikki membuat wanita itu menjadi sosok paling populer di mata semua orang.

Padahal, rumah sakit bisa sebesar sekarang berkat keterampilanku dan investasi seluruh modal yang kumiliki. Ternyata itu masih tidak sebanding dengan sikap diskriminatif terbuka Andy padaku.

Aku mematikan layar sambil tersenyum getir. Setelah menenangkan emosiku sejenak, aku bersiap untuk lanjut makan bersama orang tuaku.

Siapa sangka, Andy malah menelepon ponsel ibuku.

Ibu menatapku dengan sorot bingung. Aku menghela napas, lalu akhirnya memutuskan untuk menjawab.

Sebelum aku sempat mengatakan apa pun, aku mendengar suara tanpa emosi Andy berkata, "Apa Poppy di sana? Berikan ponsel padanya, ada yang ingin aku bicarakan."

Saat itu, aku langsung menyesal telah menjawab teleponnya. Andy berani menelepon Ibu untuk mencariku, tetapi dia bahkan tidak menyapanya sama sekali. Dadaku disesaki amarah.

"Ada apa? Langsung saja bicara," ujarku.

Mendengar suaraku, nada bicara Andy langsung berubah dingin. Dia berkata, "Pasien Nikki sebelumnya mengalami infeksi pascaoperasi. Segera kembali ke rumah sakit dan lakukan operasi kedua."

Andy bicara dengan nada memerintah, seolah-olah sedang memerintah seekor binatang. Hatiku mendadak tersulut emosi.

Pasien yang Andy maksud membutuhkan operasi bypass jantung. Kalaupun aku mengoperasinya, aku tidak bisa menjamin persentase keberhasilan melebihi 50%.

Nikki yang mengincar promosi sebagai kepala departemen memohon-mohon agar diizinkan melakukan operasi itu. Aku tahu dia tidak akan berhasil dengan kemampuannya yang tidak memadai, jadi waktu itu aku menolak dengan tegas.

Namun, Andy yang otaknya hanya berisikan Nikki mengalihkan pasien itu padanya tanpa pikir panjang. Saat aku mendebatnya, Andy beralasan bahwa orang baru membutuhkan pengalaman. Dia menyuruhku untuk tidak perhitungan.

Di mata pria itu, nyawa seseorang hanyalah batu loncatan bagi simpanannya. Sekarang begitu ada masalah, aku yang disuruh membereskan kekacauan. Sebenarnya setolol apa aku di matanya?

Aku langsung menolak, "Aku nggak bisa. Orang yang berbuat yang harus bertanggung jawab. Kalau nggak terima, kamu bisa menggantikannya melakukan operasi. Lagian, kamu penjaminnya, bukan?"

"Aku sedang makan bersama Ayah dan Ibu. Mereka kira kamu akan datang, jadi mereka menyiapkan semeja penuh hidangan, sayang sekali kalau nggak dimakan. Kalau nggak ada urusan lain, aku tutup teleponnya sekarang," tambahku.

Saat aku hendak mematikan telepon, Andy tiba-tiba berseru, "Coba saja tutup! Poppy, apa aku sudah terlalu memanjakanmu akhir-akhir ini?"
Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
9 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status