Penyesalan Suamiku Setelah Kehilangan Diriku

"Bilang pada Yoona, kalau mau mati, ya mati saja. Aku nggak mungkin membujuknya!"

Terdengar suara dingin Marvin di telingaku. Aku tiba-tiba terbangun dan mendapati diriku mengenakan gaun pengantin di depan cermin.

Aku menyadari bahwa diriku telah terlahir kembali, kembali ke saat yang dulu aku pikir adalah momen paling bahagia dalam hidupku.

Di belakangku, Marvin berdiri dengan ekspresi wajah yang dingin dan nada suara yang penuh ketidaksabaran.

Di kehidupan sebelumnya, aku merasa bersyukur karena dia selalu memilihku di antara aku dan Yoona.

Namun kini, aku baru menyadari bahwa di balik ketidaksabarannya, ada kegelisahan yang tersirat.

Mungkin hatinya sudah lama jatuh pada Yoona.

Hanya saja, dia tak ingin dicap sebagai pengkhianat, sehingga dia tetap memilih untuk menikahiku.

Hingga akhirnya Yoona meninggal dunia, dia baru menyadari perasaannya dan menjadi tergila-gila oleh cinta.

Untuk menebus dosanya pada wanita yang dicintainya, dia menggunakan segala cara untuk mengurung hidupku.

Dia berdoa untuk wanita yang dicintainya, tetapi tidak memiliki belas kasih, bahkan tega merenggut anakku.

Semua orang memuji cintanya yang tulus pada cinta masa kecilnya dan mencemoohku sebagai orang ketiga yang merusak hubungan mereka.

Mereka bilang aku pantas hidup tanpa cinta seumur hidupku.

Padahal Marvin yang mati-matian mengejarku selama empat tahun, bersikap lembut dan penuh perhatian.

Karena ketulusannya, akhirnya aku menerimanya.

Jelas-jelas dia yang lebih dulu mendekatiku, di mana salahku?

Kini, aku punya kesempatan kedua, aku tidak akan memilih pria ini lagi!

Aku meraih lengan baju Marvin dan berkata lembut, "Marvin, lebih baik kamu pergi temui Yoona."

Marvin terdiam, menatapku dengan tak percaya.

Bagaimanapun di kehidupan sebelumnya, setiap kali Yoona muncul untuk mengganggu, aku pasti marah besar.

Bagiku, Yoona adalah gadis manipulatif, sombong karena status keluarganya dan kekanak-kanakan. Selama mereka bertemu diam-diam, aku pasti akan marah besar.

Namun, sekarang sikapku tiba-tiba berubah.

Melihat keseriusanku, ekspresi wajahnya menjadi dingin. Dengan nada tak percaya, dia bertanya, "Kamu mau aku meninggalkanmu di hati pernikahan kita untuk menemui wanita lain?"

"Selly, kamu tahu apa yang akan dikatakan orang kalau aku pergi sekarang?"

Aku tertawa dingin dalam hati. Gosip tidak akan membunuhku, tapi Marvin bisa.

Dengan sikap seolah penuh pengertian, aku berkata, "Marvin, aku nggak akan peduli apa yang orang lain katakan. Yang penting bagiku adalah ketulusanmu padaku."

"Lagipula, pernikahan kita bisa ditunda, tapi kalau terjadi sesuatu pada sahabat masa kecilmu, aku takut kamu akan menyesal dan aku pun akan merasa bersalah."

"Apalagi ini menyangkut nyawa, bahkan kalau itu bukan Yoona, melainkan orang asing, aku akan tetap menghentikan pernikahan demi menyelamatkannya."

Mendengar ucapanku, semua orang memujiku karena dianggap pengertian dan baik hati.

Bahkan orang tua Marvin yang sebelumnya tidak menyukaiku, mulai menunjukkan tatapan kagum.

Marvin memelukku erat-erat, lalu mencium keningku dan berkata dengan terharu, "Aku tahu aku nggak salah memilihmu!"

"Tunggu aku Selly, setelah selamatkan Yoona, kita akan melanjutkan pernikahan ini."

Aku mengangguk dan mendorongnya, lalu mendesaknya, "Cepatlah pergi, menolong orang lebih penting."

Tanpa ragu lagi, dia berbalik dan berlari ke lantai paling atas.

Aku menatap punggungnya sambil mencengkeram gaun pengantinku erat-erat, berusaha menghentikan tanganku yang bergetar karena emosi.

Marvin, di kehidupan sebelumnya, kamu membenciku seumur hidupku demi Yoona.

Di kehidupan ini, aku akan melepaskanmu, tak lupa mendoakan dirimu dan Yoona hidup bahagia selamanya.

Untuk menunjukkan ketulusanku, aku tetap berdiri di atas panggung dengan gaun pengantin selama satu jam.

Para tamu di bawah terus membicarakan drama di lantai atas sambil memandangku dengan penuh simpati.

Tak lama kemudian, Marvin kembali, tapi kali ini dia bersama Yoona yang mengenakan gaun pengantin.

Aku hampir lupa, di kehidupan sebelumnya, Yoona mencoba bunuh diri sambil mengenakan gaun pengantin.

Kini, dengan senyum penuh kemenangan, Yoona memegang erat lengan Marvin sambil menatapku dengan penuh tantangan.

Seketika, pesta pernikahan menjadi heboh. Semua orang melihatku dengan pandangan iba.

Dengan ekspresi serba salah, Marvin berkata, "Selly, Yoona bilang ... dia mencintaiku selama bertahun-tahun dan menginginkan sebuah pernikahan denganku untuk memenuhi keinginannya."

"Selama aku mengabulkan permintaannya, dia nggak akan mengganggu kita lagi. Jadi, berikan saja pernikahan hari ini untuknya."