Share

Suara Di Bilik Iparku
Suara Di Bilik Iparku
Author: Jingga Amelia

Bab 1

Author: Jingga Amelia
last update Last Updated: 2021-09-15 05:47:12

Suara Di Bilik Iparku

(Suamiku di arak warga karena berselingkuh)

**

"Hanum, aku begitu mencintaimu. Kamu bagai candu buatku. Aku harap hubungan kita tidak sampai ketahuan oleh Anisa, istriku. Untung saja Anisa tidurnya kaya kebo, mau gempa sebesar apapun nggak bakal bangun. Jadi aku bisa bermesraan denganmu."

Kuremas dadaku sendiri ketika kudengar suara Mas Akbar merayu Hanum, iparku, istri adiknya sendiri di dalam bilik Hanum yang tengah ditinggal oleh suaminya pergi keluar kota. Aku terbangun saat kurasakan perutku mulas ingin ke kamar mandi, tapi langkahku terhenti ketika mendengar suara mesra dari dalam bilik iparku.

Sejak kapan mereka memiliki hubungan terlarang ini? Bahkan kini mereka berani bermesraan di belakangku. Tega sekali!

Aku yang masih mendekatkan telingaku di daun pintu bilik Hanum seakan lemas tak bertenaga. Bingung, entah apa yang harus aku lakukan sekarang. 

"Tidak akan, Sayang. Hubungan kita akan aman dari Mbak Anisa dan Mas Bara. Mereka tidak akan curiga kalau sikap kita tidak mencurigakan," tandas Anisa dari balik pintu itu, membuatku semakin muak.

Berani sekali ia tidur dengan suamiku, sedang suaminya sendiri tengah mencari nafkah untuknya. Dasar benalu, Bara menitipkannya di rumah ini karena ia tak tega istrinya ada di rumah sendirian, bukan untuk menggoda suamiku!

Ternyata aku salah dengan membiarkan Hanum tinggal di rumah ini, kebaikanku nyatanya dibalas dusta sedalam ini. Jika tahu begini sebulan yang lalu aku tak akan sudi menerimanya di rumah ini.

Tanpa pikir panjang lagi aku lantas mengambil ponsel dan menekan nomor Mbak Mawar, kakak kandung Mas Akbar yang rumahnya bersebelahan denganku.

Kutunggu sejenak hingga telepon di seberang sana di angkat oleh Mbak Mawar.

"Hallo, Nis. Ada apa malam-malam telepon?"

Kulirik jam yang terpasang di dinding. Pukul setengah satu dini hari. Wajar jika Mbak Mawar menanyakan perihal aku menghubunginya.

"Emm ... Anu, Mbak. Tolong, Mbak sama Mas Agus bisa datang ke rumah nggak? Tapi lewat belakang aja, terus jangan berisik. Ada hal penting yang mau aku sampaikan," tuturku sepelan mungkin agar Mas Akbar dan Hanum tak mendengarnya.

Kudengar samar Mbak Mawar membangunkan suaminya, lalu beralih Mas Agus yang berbicara denganku. Kujelaskan detail kejadian yang terjadi beberapa saat yang lalu.

Meski awalnya mereka tak percaya, tapi akhirnya mereka mau menuruti apa yang aku bicarakan.

Aku lantas menunggu mereka di pintu belakang dan berjalan mengendap ke depan bilik yang kusediakan khusus untuk Hanum selama tinggal di rumah ini. Dadaku berdetak cepat, ketika masih kudengar suara menjijikkan dari dalam sana.

Mbak Mawar dan Mas Agus pun saling berpandangan, lalu sedetik kemudian di elus lembut bahuku oleh Mbak Mawar.

Mas Agus mondar-mandir di depan pintu kamar Hanum, sedang Mbak Mawar memegang bahuku yang naik turun karena menahan isak tangis. Hingga akhirnya aku tak sabar dengan sikap kedua manusia yang ada di dalam sana.

Mas Agus pun sepertinya paham dengan perasaanku. Ia lantas mendekat ke arah pintu kamar Hanum dan berteriak.

"Hanum, kamu di dalam?" teriak Mas Agus lantang.

Namun, tak ada jawaban dari dalam bilik itu. Aku yakin di dalam sana Mas Akbar dan Hanum tengah kebingungan karena ada suara Mas Agus.

Hingga akhirnya Mas Agus memutuskan untuk mendobrak pintu kamar Hanum dan nampaklah dua orang yang sangat kami kenal itu tengah berpelukan.

"Astaghfirullah ...." gumam Mas Agus dan Mbak Mawar serentak.

Sedangkan dua manusia yang tengah kedapatan berselingkuh itu hanya bisa duduk di atas ranjang dengan pasrah.

"Apa-apaan ini, Bar, Num?" hardik Mas Agus, dengan menyeret mereka berdua dari dalam kamar.

"Kalian berselingkuh? Perbuatan apa ini? Menjijikkan sekali!" cecar Mbak Mawar.

Amarah mereka semakin terpancing ketika dua manusia itu tak mengelak dengan tuduhan yang dilayangkan Mbak Mawar.

Aku kembali menangis sesegukan, tapi kali ini bukanlah sandiwara melainkan benar dari hati bahwa aku tengah menangis dan sakit hati dengan sikap mereka.

"Tak bermoral! Panggil para tetangga, Dek!" perintah Mas Agus kepada istrinya.

"Mas tolong, jangan. Biar kita selesaikan secara kekeluargaan saja." Mas Akbar memohon, tapi sedikitpun sudah tidak ada lagi rasa kasihan dalam hatiku.

"Persetan dengan kekeluargaan. Sikapmu ini sudah lebih rendah dari binatang. Biar kalian rasakan sendiri, bagaimana rasanya malu. Atau mungkin sudah putus urat malu kalian. Tega berselingkuh di belakang pasangan kalian!" tutur Mas Agus tegas, sedang dua orang itu tak lagi bisa bersuara.

Mbak Mawar lantas menuruti apa yang dikatakan suaminya, membangunkan para tetangga dan ketua RT setempat. Meskipun Mas Akbar adalah adiknya, tapi sepertinya rasa kemanusiaannya lebih unggul dari pada persaudaraannya. Buktinya, Mbak Mawar dan Mas Agus lebih memilih memberikan efek jera pada adiknya sendiri.

Biarlah, aku pun setuju jika manusia tak bermoral seperti ini mendapat balasan yang setimpal atas perbuatan mereka.

"Arak saja! Arak keliling desa!" teriak beberapa tetangga yang telah berkumpul di rumahku.

Mereka berdua gugup, mohon ampun padaku dan juga Mbak Mawar serta Mas Agus. 

"Bagaimana, Anisa?" tanya Mas Agus padaku.

Aku diam sesaat, memandang Mas Akbar nanar. Sedangkan ia mengisyaratkan permintaan maaf kepadaku.

"Arak saja, Mbak, Mas. Aku ridho," tuturku final, membuat suami dan iparku itu tertunduk semakin dalam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Manusia laknat, telanjangi dan arak aja
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 28

    Aku dan Kekasih SuamikuPart 28Satu tahun kemudian ...."Sarapannya sudah siap, Mas," ucapku pada Mas Chandra ketika aku baru saja menyiapkan dua lembar roti tawar dengan selai kacang di atasnya, juga susu hangat di samping piringnya."Iya, sebentar," jawabnya dari kamar.Aku tersenyum tipis, lalu melanjutkan menyiapkan sayuran yang hendak kumasak untuk makan siang. Namun, sebelum itu aku mengelus lembut perutku yang mulai menyembul.Ya, tepat bulan ini usia kandunganku sudah memasuki bulan ke tujuh, rencananya sepulang dari kantor Mas Chandra akan mengantarkanku pergi ke dokter untuk kontrol bulanan.Tak berselang lama, Mas Chandra menghampiriku dengan melingkarkan tangannya di perut buncitku. Dia menciumi pipiku brutal hingga aku meletakkan pisau yang kugunakan untuk mengupas bawang."Ini masih pagi, Mas," ledekku, membuatnya terkekeh kecil lalu melepaskanku."Kamu cantik banget hari ini," ujarnya.Aku mendengus, lalu mundur darinya. "Jadi aku cantiknya hari ini saja?"Dia tak han

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 27

    Aku dan Kekasih Suamiku (27)“Kamu sudah tahu kalau Lusi kecelakaan?” tanya ibu ketika aku baru saja pulang bekerja.Aku memicingkan mata, “dari mana Ibu tahu?”Wanita yang telah melahirkanku itu tersenyum, lalu berjalan mendekat ke arahku. “Apa kamu pikir gara-gara Ibu tidak perna bertanya padamu mengenai masalahmu lantas Ibu tidak tahu?”Sampai ibu berkata demikian pun aku masih belum paham mengenai apa yang beliau maksud. Memang selama ini aku sangat jarang sekali menceritakan masalah pribadiku pada ibu maupun bapak karena aku takut jika apa yang kuceritakan akan menganggu pikirannya.“Bu ….”“Sayang … selama ini Ibu dan Bapak hanya diam, tapi diamnya kami bukan karena tidak perduli melainkan kami memilih mengawasimu seperti sebelumnya,” kata ibu lagi memotong pembicaraanku.“Selama ini Ibu pun kesana kemari mencari informasi tentangmu dan semua yang berhubungan denganmu. Semua itu kulakukan karena semata-mata kami tidak ingin ada yang menyakiti hatimu, Nak.”Kedua mataku berkaca-k

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 26

    Aku dan Kekasih Suamiku (26).Untuk beberapa saat kedua orang yang baru saja kubongkar rahasianya itu terdiam, terlebih dihadapan Lusi. Mana mungkin mereka akan mengakui kebobrokan masalalunya di hadapan anaknya?"Pa, Ma. Kenapa diam? Katakan apa yang sebenarnya terjadi."Aku tersenyum kecut, melihat orang yang hendak menghancurkan rumah tanggaku nyatanya justru akan hancur dengan sendirinya. Mungkin ini yang dinamakan 'karma'."Pak Akbar, Bu Hanum. Kenapa? Lebih baik jujur, bukan?""Lancang kamu!" bentak perempuan yang duduk di atas kursi roda itu.Bukan aku ingin menjadi wanita yang jahat, hanya saja mereka sudah lebih dulu menjahatiku. Mungkin dulu ibuku diam, dan menerima semuanya. Namun, aku tak terima. Mereka harus mendapatkan sanki atas apa yang sudah dilakukannya.Kulihat Pak Akbar menarik rambutnya kasar, lalu menatapku dan Lusi secara bergantian. Bisa kulihat jelas bahwa dia tengah tertekan dengan keadaan saat ini.

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 25

    Aku dan Kekasih Suamiku (25).“Dari mana kamu yakin bahwa orang tuaku lah yang telah membuat hidup mamamu menjadi seperti ini? Dan juga, bagaimana kamu bisa yakin bahwa orang tuaku pula telah merebut semua milik mamamu?” tanyaku ketika telah duduk berhadapan dengan Lusi di meja nomor 8.Dia tampak santai, raut tenang tergambar jelas di wajahnya. Semua ini terlihat berbanding terbalik dengan apa yang biasa dia tunjukkan padaku. Jika biasanya dia selalu saja terlihat menjengkelkan tapi kali ini dia terlihat jauh lebih tenang.“Kamu tau hanya dari ucapan mamamu, kan?”“Mana mungkin aku bisa mempercayai orang lain, sedang aku yakin Mama tidak akan pernah berbohong kepadaku,” tandasnya begitu percaya dengan mamanya.Memang, kuakui bahwa di dunia ini tidak ada orang yang patut kita percayai selain perempuan yang telah melahirkan kita. Namun, bukankah seharusnya kitak boleh menelan kebenaran itu secara mentah-me

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 24

    Aku dan Kekasih Suamiku (24).Aku masih tertegun setelah mendengar penuturan Mas Chandra mengenai alasannya mengenai foto itu. Rasanya kini untuk percaya dengannya terlihat sangat lah sulit, karena aku pernah dikecewakan olehnya."Hanan, kamu percaya, kan?" ucapnya lagi ketika aku masih terdiam.Jika dilihat dari gerak-gerik dan mimik wajahnya, dia terlihat seperti benar-benar tidak berbohong. Namun, bukankah tidak seharusnya aku percaya begitu saja dengannya?"Terserah, sekarang kamu kamu percaya atau tidak denganmu. Namun, yang pasti aku telah mengatakan semua kejujuran ini padamu."Hatiku bimbang, sejujurnya aku sangat ingin percaya padanya. Aku juga tidak ingin rumah tanggaku hancur hanya karena wanita seperti Lusi."Baik, aku percaya. Tapi jangan memaksaku untuk bersikap baik seperti dulu lagi," tuturku setelah beberapa saat memikirkan mengenai hal ini.Mas Chandra tersenyum, sepertinya dia memang menunggu jawaban ini dar

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 23

    Aku dan Kekasih Suamiku (23).Pak Akbar masih menatapku heran, ketika dengan sengaja aku mengatakan tentang hubungan saudara antara diriku dan juga Lusi. Hatiku sudah terlanjur panas, terlebih setelah aku mengetahui semua kebenaran yang terjadi antara mama, papa dan juga Pak Akbar."Apa maksud kamu?"Aku memutar bola mata malas, lalu berdiri dan berjalan sedikit menjauh darinya. Bagaimana bisa, aku berbaik hati pada orang yang telah berbuat buruk pada mamaku. Bahkan dia juga tidak berniat mengakuiku sebagai anaknya."Tentunya Anda ingat bukan dengan Anisa dan Oki Wijaya? Sudah lah, aku lelah dengan sandiwara ini, Pak. Lebih baik, jika Anda dan istri Anda masih memiliki dendam pada kedua orang tuaku, jangan bawa-bawa aku dan Mas Chandra. Setidaknya aku hanya ingin rumah tanggaku ini baik-baik saja. Terlepas bahwa ternyata Anda adalah ayah kandungku, itu sudah bukan menjadi prioritasku lagi karena bagiku ayahku cuma satu, yaitu Papa Oki Wijaya."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status