Share

10. Rafael Dinata

Bunyi dering telepon yang masuk dari ponsel Gia membuat Genta tersadar apa yang telah terjadi.

Didorongnya bahu Gia menjauh. Mata Genta nyalang menyimpan amarah, keterkejutan, dan kecewa. Pias, ditatapnya Gia dengan sorot tidak percaya.

Sementara itu, Gia tergugu. Linglung, ditatapnya Genta dengan mata terbelalak.

"Mas.." Gia menelan ludah. Tidak sanggup meneruskan kalimatnya.

Rasa malu menyergap hati Gia. Dalam hatinya, ia merutuki perbuatan impulsif nya. 'Gila kamu, Nagia!'.

Wanita itu memegang bibirnya, lalu menatap Genta, dan kembali lagi memegang bibir nya. Ini seperti mimpi, karena sungguh Gia tidak ingin bertindak lebih jauh.

Mata tajam Genta menghunusnya. Emosi terlihat jelas dari pancaran mata hitam pekat tersebut. Gia menelan ludah.

"Keterlaluan kamu." Hanya itu yang diucapkan Genta. Setelahnya, pria itu berlalu meninggalkan Gia sendirian dengan perasaan kacau.

Gia jatuh terduduk di lantai. Tubuhnya lemas. Hatinya berteriak ketakutan. 'Bagaimana bisa?' Gia membatin tidak percaya.

Dengan tangan gemetar, diraihnya tas tangan yang sejak tadi terus menderingkan bunyi panggilan masuk dari ponselnya. Ia melihat nama Sang penelepon yang tertera di layar.

Rafael Dinata's Calling

Gia menggeser garis hijau di layar. Berikutnya, suara Rafael yang mengalun lembut penuh khawatir terdengar di ujung telepon.

"Kamu di mana, Gi?"

👠👠

Rafael Dinata.

Gia mengenalnya sejak tiga tahun yang lalu, di sebuah pesta ulang tahun televisi swasta. Gia yang datang sebagai tamu undangan, tiba-tiba dihampiri seorang pria yang ternyata anak pemilik stasiun televisi tersebut.

Namun, dibanding menjadi pengusaha seperti ayahnya, Rafael lebih senang terjun menjadi youtuber. Dan begitulah awal mula perkenalan Gia dengannya. Hingga beberapa kali Rafael mengajak Gia untuk collab di konten youtubenya. Membuat netizen baper dengan segala kedekatan mereka.

"Kamu dari mana aja, sih, Gi?" tanya Rafael begitu Gia sampai di table yang juga ditempati oleh Ken dan Moren.

"Toilet. Perut aku bermasalah," jawab Gia, tidak lupa dengan senyum kecil agar Rafael tidak khawatir.

Tangan Rafael mengusap bahu Gia. "Lain kali kabarin, ya. Biar aku gak panik nyariin kamu," ujarnya lembut.

"Tau, Gi! Rafa itu dari tadi panik banget nyariin kamu," ujar Ken sambil menyesap wine-nya.

Gia menatap Rafael penuh rasa bersalah. "Sorry ya, Raf, udah bikin kamu khawatir."

Rafael mengibaskan tangannya. Sebelah tangannya kemudian merangkul Gia.

"Gak apa-apa, yang penting, kan, kamu udah di sini." Rafael menyengir lebar.

Begitulah hubungan mereka. Sebuah hubungan tanpa ikatan resmi, yang dianggap semua orang lebih dari sekedar teman atau rekan influencer.

Rafal memiliki kharisma yang mematikan. Selain wajah tampannya yang indah, kepribadiannya juga hangat dan humoris. Rafael bukan pria sombong yang akan memandang rendah orang lain karena status sosialnya.

Sebaliknya, ia adalah si malaikat rendah hati yang senantiasa mengulurkan tangan pada siapa saja yang membutuhkannya.

Semua mata bisa melihat bagaimana cara Rafael memandang Gia. Penuh harmonisasi cinta dan kasih. Seolah di matanya hanya ada Gia. Seolah dunianya hanya membutuhkan Gia.

Sayangnya, di mata Gia, Rafael tidak lebih dari seorang pria berumur 26 tahun yang manja, childish, dan menjengkelkan. Meski Gia tidak bisa pungkiri bahwa pria itu memiliki hati yang tulus.

"Hai, Raf." Kehadiran seseorang yang tidak lain adalah Vero, membuat suasana di table mereka menjadi canggung.

"Hai, Ver." Rafael balas menyapa.

Vero kemudian melirik Gia yang berada dalam rangkulan Rafael dengan sorot lain. Gia mengernyit bingung. Mata Vero seolah mengatakan dia mengetahui sesuatu yang disembunyikan oleh Gia. Atau itu hanya asumsinya saja?

"Aku kira kalian udah putus," ujar Vero dengan suara cukup kencang hingga beberapa selebgram menoleh ke arah mereka.

Alis kiri Rafael terangkat sebelah. Raut tidak suka tercetak jelas di wajahnya. Sementara itu, Gia menghela nafas panjang.

"Seperti yang kamu lihat, Ver. Kami baik-baik aja." Jawab Rafael, lalu secara tiba-tiba mengecup kening Gia.

Gia melotot. Begitu juga dengan Vero yang nyaris jantungan melihat aksi Rafael barusan.

Namun, para selebgram di sekeliling mereka justru berseru heboh melihat pemandangan barusan. Termasuk juga Moren yang memekik senang.

Seketika ponsel-ponsel diangkat mengarah ke wajahnya. Gia bergerak risih dalam rangkulan Rafael. Sudah pasti dalam beberapa menit ke depan akan ada puluhan tag akun instastory di instagramnya.

"Raf," Gia bergumam pelan. Sedikit kesal dengan tingkah Julian yang suka seenaknya.

"Sorry ganggu momen kalian, tapi Gia masih ada acara lain, dan dia harus buru-buru," ujar Ken.

Asisten pribadi Gia itu rupanya menyadari bos-nya sudah merasa enggan berada dalam situasi tersebut.

"Yah.. padahal, kan, kita baru ketemu." Rafael merajuk.

"Nanti telponan aja, ya," bujuk Ken dengan cengiran lebar. "Yuk, Gi."

Mau tidak mau, Rafael melepas rangkulannya dengan enggan. Namun sebagai gantinya, pria itu menggenggam tangan Gia dengan sorot memelas.

"Nanti aku telpon, ya. Hati-hati sayang," ucap Rafael sambil mengusap telapak tangan Gia.

Gia mengangguk singkat. "Aku pergi dulu."

👠👠

Gia memijat keningnya yang pusing melihat sederetan vidio yang diupload di akun-akun i*******m teman-teman selebgramnya.

Caption yang melandasi momen ketika Rafael mengecup keningnya itu beragam, mulai dari ucapan sesederhana 'cie' hingga yang brutal seperti 'Ayo, besok lamaran!'.

Ken yang duduk di balik stir mobil, menoleh ke samping. Malam ini Gia memang tidak membawa mobil sendiri. Maka dari itu, Ken merasa bertanggung jawab mengantar balik Gia yang terlihat lelah.

"Kamu gak apa-apa?" terselip nada khawatir dalam suara Ken. Jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Tampang Gia sudah lemas dan pucat.

"Pasti besok masuk akun lambe," ungkap Gia sambil menunjukan salah satu vidio ke hadapan Ken.

"Gak perlu dipikirin. Nanti aku beresin, Gi." Hibur Ken dengan sorot menenangkan.

"Hm.." Gia hanya bergumam.

Terkadang, ia sebal dengan rendahnya privasi di negara ini. Padahal semua vidio itu dilakukan tanpa persetujuan Gia selaku orang yang dividiokan. Tapi, dengan sesuka hati, mereka mengupload tanpa seizinnya.

Dan Rafael.. ah, dia juga biang masalah. Seharusnya Rafael tidak bertindak seperti itu. Tapi, memang seperti itulah Rafael.

'Seenaknya!' batin Gia kesal.

Ddrttt

Gia melirik nama mama nya yang tertera di layar ponsel. Ia menggeser lockscreen dan membuka pesan.

Mama mengirim sederet pesan yang intinya mengatakan bahwa beliau sudah melihat vidio Gia dengan Rafael di klub malam ini.

Meski kedua orang tua nya tinggal di Puncak Bogor, namun Mama nya—Shanti, merupakan ibu-ibu zaman now yang sangat aktif di media sosial. Maka tidak heran jika Mama berteman dengan beberapa selebgram teman Gia di I*******m.

"Siapa?" tanya Ken penasaran, karena sejak tadi Gia terlihat serius membalas chat.

"Mama aku," jawab Gia dengan hela nafas berat. "Biasa, dia senang banget lihat aku sama Rafa."

Ken tertawa ngakak mendengarnya. Mama nya Gia yang ia panggil dengan sebutan tante Shanti, memang sangat mendukung hubungan anak semata wayangnya dengan anak dari pemilik stasiun televisi itu.

"Oh, ya? Terus Tante bilang apa?" tanya Ken lagi.

Gia menyandarkan kepalanya di sandaran jok. Kunang-kunang di kepalanya semakin bertambah seusai membaca permintaan Mama.

"Dia mau aku segera tunangan sama Rafa."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status