Share

Pendatang Baru

Author: Basreswara
last update Last Updated: 2021-07-29 20:34:59

Istri Wira terlalu sibuk dengan pikirannya sampai-sampai tidak menyadari orang lain datang menghampiri.

“Permisi nona muda, saya Aris sekretaris tuan Wira,” laki-laki berpakaian formal hitam memperkenalkan diri. “Saya menerima telepon dari ibu Ningrum untuk mengantar segala keperluan dan di luar sudah ada mobil yang membawa seluruh barang-barang anda.”

Arina ingat  ibu mertuanya akan meminta sekretaris Wira membawakan semua kebutuhannya sesaat yang lalu.

‘Cepat juga barang-barang itu datang’.

“Ah, iya. Bawakan semuanya ke kamarku.” Sekretaris pun menunduk hormat.

Aris memberi intruksi kepada para pekerja perempuan – yang mengantar. Arina menuju kamar Wira juga segera bergegas membantu membawakan beberapa jenis paperbag. Sesampainya di sana, tak didapati laki-laki yang mengusir dirinya beberapa saat lalu.

“Ada yang nona perlukan lagi?” Aris menyadarkan nona muda yang matanya sibuk mencari sosok lelaki aneh.

“Tidak, tidak ada. Ini lebih dari cukup.”

Sekretaris tersebut memunggungi nona muda sembari melihat para pekerja menyelesaikan tugasnya. Laki-laki yang dikenal professional dan sigap setiap mengerjakan perintah dari keluarga Arasatya. Arina ikut berdiri, bermaksud ingin memantau. Pikirnya ‘Kenapa dari tadi antar-mengantar belum selesai.’

Posisi Arina sudah berdampingan bersama si sekretaris. “Aris. Kau kenal aku?” Pertanyaan random si nona muda.

“Tentu saja, nona. Anda istri atasan saya, tuan Wira.” Perempuan di sebelah mengangguk-angguk pelan.

“Kau bisa menyentuhku?” Kalimat nona muda membuat sekretaris terkejut, tampak dari reaksi tubuh yang dia tunjukkan.

“Maaf, nona. Saya tidak bisa. Saya tidak ingin di gantung hidup-hidup oleh tuan Wira.”

‘Selain aneh, pria itu bisa mengancam juga rupanya’.

“Hahaha… di balik mukamu yang mengesalkan ternyata kau lucu. Bagaimana kalau aku meminta bantuan?” membuat pengalihan sempurna.

“Silahkan, nona. Bantuan apa yang perlu saya berikan?” Aris tetap teguh pendirian, begitu formal pada istri tuannya.

“Kalau aku memukulmu langsung kau tangkis, ya. Aku ingin melihat sampai mana ilmu beladiriku.” Sebenarnya ini akal-akalan Arina saja.

Si sekretaris terdiam sebentar.

“Apa itu tidak masalah? Saya takut menyakiti nona.”

Perempuan ini tersenyum penuh rencana.

“Tentu saja tidak masalah. Aku lebih kuat dari yang terlihat, loh. Kau meremehkanku karena tubuhku kecil, ya?”

Aris sontak merubah cara bicaranya diiringi gerakkan-gerakkan tangan memberitahu bahwa dia tidak bermaksud menyepelekan nona muda. Padahal tanpa sadar dia sudah termakan umpan Arina yang memiliki tujuan berbeda. Namun, sebagian ucapan istri Wira ada benarnya, bahwa sekretaris melihat tubuh perempuan di sebelah lebih kecil darinya yang hampir sama tinggi dengan putra sulung Arasatya.

Arina mulai melajukan kepalan tinjunya – sasaran yang dituju ialah tulang pipi Aris. Belum sempat tangan mungil itu mengenai wajah laki-laki tersebut, secara sigap Aris menggunakan lengannya yang lebih besar memberi balasan.

“Awww…!” Penantang mengadu.

“Ma-maafkan saya, nona. Saya akan panggil dokter.” Dengan cepat Aris mengeluarkan handphone dari saku jas.

“Aku… aku tidak apa-apa. Tak perlu dokter.” Nona muda berkata sembari menahan sakit.

“Saya benar-benar akan digantung tuan Wira.” Aris bergumam khawatir.

***

Seorang perempuan ber-midi dress hitam tengah sendirian menyusuri jalur pejalan kaki. Tatapan yang kosong seolah menunjukkan kekecewaannya. Gadis itu terus melangkah, tidak memedulikan simpang siur lampu kendaraan. Jangan lupakan alas kaki yang berpindah ke tangan, yaitu heels berdempetan dalam satu genggaman, dia menentengnya. Wajah cantik si gadis tampak lelah, sesekali menunjukkan sunggingan bibir penyesalan. Dia tampak hilang arah.

Tinnn…!

Suara memekakkan bersamaan dengan cahaya terang datang entah dari arah mana. 

Kilasan alam bawah sadar menyebabkan perempuan yang tertidur di kamar Wira seketika terbangun.

“I-itu aku.” katanya, sesaat setelah melihat kejadian mimpi yang dialami. Tubuhnya berkeringat serta risih di balik selimut, dengan cepat Arina menyingkirkan benda berbahan kain tersebut.

“Mimpi itu adalah aku yang berjalan ingin pulang tapi… kenapa aku bisa di sana sendirian?” Ia berusaha mengingat.

“Ah, Sebelum itu aku dari restoran. Lagipula aku kan tidak pernah makan di restoran karena makanannya mahal. Terus apa yang membuatku datang ke tempat itu?”

Tok. Tok. Tok.

“Nona, anda diminta untuk makan malam bersama.” Raungan dari luar mengejutkan gadis di dalam kamar. Hari kedua menjadi menantu keluarga Arasatya.

Mendengar ucapan ‘makan malam’ membuat Arina melirik jam dinding segera, pergeseran jarum waktu rupanya sudah terlalu jauh – ia tertidur cukup lama. Tidak bisa dipungkiri, seorang istri penasaran apakah sang suami belum kembali sejak pertemuan menyebalkan mereka sore kemarin. Sebab ketika Arina membuka mata hanya hamparan ruangan tanpa penghuni.

Belum juga ada sambutan dari nona mudanya, pekerja di luar mengetuk pintu untuk kedua kali.

“Nona, anda baik-baik saja?”

Bergegas menantu Arasatya beranjak membuka pintu, “Nanti saya menyusul, mbak.” Panggilan yang terdengar aneh untuk seorang pekerja perempuan.

Meja makan kemarin yang pendatang baru gunakan terlihat sangat berbeda, berbagai jenis makanan memenuhi bidang datar berbahan kayu tersebut. Penarik perhatian di sana adalah laki-laki berpakaian rapi di tengah-tengah.

‘Kapan dia pulang?’ pikir Kiran sembari melangkah.

“Mbak Kiran.” Adik ipar menyapa penuh senyuman. Semua orang beralih menatap sang menantu keluarga yang mendekat.

Kentara sekali kecanggungan dari Kiran, dia merasa seperti menjadi sasaran empuk dari para mata tajam manusia. Nyalinya menjadi ciut seketika.

Terdapat kursi kosong tepat di depan Wira. Kiran yakin itu kursi untuknya.

Mereka memang  sedang makan malam bersama, hanya saja suasana ini tidak ada bedanya dengan makan sendirian. Tidak ada obrolan dan candaan layaknya keluarga harmonis dalam bayangan seorang gadis. Pemuda jahil bernama Rakin pun tampak diam. Kejadian yang tak bisa dipahami pendatang baru rumah besar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suddenly Become a Bride   Sebuah Lingkaran

    Kecelakaan tak terkira dan seolah takdir buruk bagi Wira Arasatya, harus disembunyikan dari muka publik. Wisnu yang seorang pemilik nama terpandang tidak mungkin membiarkan kasus buruk mencoreng Ars Corporation.Kecurigaan dari masyarakat yang mengamati berita tersebut terus menjadi bahan ocehan. Dan tentu saja Wisnu tidak ingin putranya menjadi konsumsi publik – sebab kasus itu merupakan berita buruk, di mana putra sulung Arasatya menyetir dalam keadaan mabuk. Mudah sekali untuk media yang haus akan kasus para konglomerat.Namun, saat itu kasus Wira seolah lenyap. Para reporter dan penulis berita juga enggan mengambil risiko.***Pagi ini tuan muda menemui Jimmy, ia semakin penasaran dengan otaknya yang terkadang sengaja mengingat kejadian memilukan. Memori perempuan bergaun merah serta seringainya membuat pria yang memiliki tekanan jiwa – akan hal itu – semakin bermunculan.“Kebiasaan barumu ya datang tanpa menelepon dulu? Tidak sulit kalau menyuruh asistenmu berbicara padaku barang

  • Suddenly Become a Bride   Kebebasan

    [SEBELUM PERNIKAHAN] “Aris. Kau pulang saja, aku bisa menyetir sendiri.” Tuan muda memerintah sekretaris. Menikmati segelas alkohol pertama sedikit membuat tenggorokan tersengat, Wira beberapa kali mendesah. Malam akhir pekan. Kala itu… untuk pertama kalinya Wira dan Aris minum bersama, tuan muda mulai merasa jenuh dengan kehidupannya yang monoton. Liburan? Ia habiskan untuk bekerja dan dituntut oleh ambisi-ambisi yang harus ia capai. “Tidak. Bisa-bisa kau mabuk. Aku tidak mau ada apa-apa denganmu!” Sembari Aris menolak tawaran minum untuk gelas keduanya. “Kau sudah bekerja keras, luangkan waktumu untuk istirahat.” Wira terdengar memaksa. Tuan muda sengaja menyewa kamar hotel – tanpa seorang pun pengganggu. Beserta botol minuman beralkohol dengan harga tinggi. Kehidupannya yang berbeda atau bahkan di mata orang-orang tampak aneh, hanya dia dan Aris. Para kolega direktur Ars Corporation mulai mempertanyakan pernikahan putra tertua Arasatya, sungguh memuakkan kata-kata yang kelua

  • Suddenly Become a Bride   Istimewa

    Wira merasakan lehernya tercekat, seakan udara sulit menetralkan dadanya, penyesalan dan rasa bersalah datang kian membesar.‘Apa hubungannya kejadian itu dengan Kiran?’ ia benar was-was.Putra tertua Arasatya berusaha mengontrol dirinya untuk memudahkan suara keluar dengan sempurna.“A-apa gadis di mimpimu meninggal?” cara bicaranya yang pelan sekaligus ragu.Sesuai apa yang ditakuti Wira, perempuan di depannya mengangguk. Dadanya seolah bergemuruh, namun ingatan tentang Kiran tetap di sampingnya ketika ia berbicara kisah gadis bermidi dress – memberi sedikit ruang lega.‘Ternyata kejadian memilukan itu adalah diriku sendiri, takdir hendak memberitahuku dengan cara mendatangkan mimpi tersebut. Bagaimana bisa ingatanku tentang kehidupan sebelumnya bisa terlupakan?’ Kiran semakin tidak mengerti.“Mi-mirip sekali dengan gadis yang aku tabrak.” Ucapan Wira setengah berbisik.“Apa?” Sialnya Kiran bisa mendengar. Hanya saja ia terkejut.“Lupakan.” Titah pria itu.Ada setitik curiga dalam b

  • Suddenly Become a Bride   Perlakuan Seorang Teman

    “Berapa lama lagi aku berada ditubuhmu? Kemungkinan terburuknya jiwaku akan mati mengikuti jasadku?”Gadis di balik meja menundukkan pandangan, “Aku tidak tahu. Setelah perjanjian yang kita sepakati, begitu saja aku di tempatkan di perpustakaan ini.”“Jika jiwamu terkurung di sini, bukan tidak mungkin ia akan kembali bukan? Kalau benar asumsiku, cepat atau lambat aku akan mati, Kiran. Dan perjanjian itu untuk pertama kali aku menyesalinya. Aku merasa dimanfaatkan! Tidak. Ini tidak adil bagiku.” Arina memundurkan langkah perlahan.Gadis penunggu perpustakaan klasik masih termenung, gurat wajahnya tetap datar seperti biasa. Kulit putihnya bersinar, memancarkan cahaya dalam sekejap. Tiba-tiba gadis itu berada tepat di depan jiwa Arina.“Darahmu sudah menjadi saksi perjanjian, dan kau manusia yang terpilih untuk bertukar jiwa denganku.”***“Da-darah?” Kiran berjiwa Arina terjaga dari mimpi. Dada itu seakan sesak di iringi napas yang terengah.Bayangan gadis bermidi dress hitam kemarin ke

  • Suddenly Become a Bride   Memiliki Keraguan

    “Kalau begitu kau boleh pergi.” Wira berkata cepat. Ia bisa menjadi manusia setengah mati kalau benar-benar Kiran melakukan ucapannya tadi. Membayangkannya saja membuat Wira sesak napas.‘Ternyata kau sungguh takut dengan perempuan ya?’ Kiran tersenyum miring, asumsinya semakin menunjukkan kebenaran.Kemudian tubuh mungil menurut Wira pun melenggang pergi.Sementara itu, lelaki di sofa menyambar gelas berisi air putih di samping – lalu meminumnya. Tenggorokan yang basah berhasil menyisihkan sedikit kecemasan.Kemudian hening.Rumah besar terasa kembali seperti pertama kali Wira menapakkan kaki ketika Jimmy memperbolehkannya pulang. Semua orang terlihat enggan berbicara pada si sulung. Di saat malam tiba, mimpi buruk menghantui Wira kecil.Ketakutan serta tangisan terdengar pilu bagi seorang ibu. Ningrum tak bisa berbuat apa-apa selain terisak hingga tak bersuara lagi.Rakin lah orang yang mampu mengajak s

  • Suddenly Become a Bride   Penuh Perhatian

    Misteri kapan kembalinya jiwa Kiran ke tubuh yang digunakan sosok Arina saat ini semakin membuat kepala menantu keluarga Arasatya berdenyut.Rasanya ia tidak rela pergi dari tubuh ini.‘Kalau Kiran meminta badannya kembali, lalu jiwaku akan berpindah ke mana? Apa aku bisa mati mengikuti jasad seorang Arina yang terkubur?’ pikirnya. ‘Aku harus bagaimana? Jika Kiran benar-benar memaksaku memberikan tubuh ini, sama saja dia egois bukan? Tidak ada untungnya bagiku. Lebih baik dari awal aku tidak menerima tawarannya’. Ia mulai goyah pada perjanjian di antara mereka.Seperti angin menyelinap ke dalam ingatan, Kiran teringat teman dekat – Riana. Sesuatu yang mengganjal akhir-akhir ini.‘Aku tidak bisa percaya sepenuhnya sebelum melihat langsung kuburan tubuhku.’ Tubuh Arina yang ia maksud. ‘Apa aku bisa membujuk Riana?’ Kiran berpikir sambil memainkan kuku ibu jari tangan, sedikit menggigitinya pelan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status