Home / Romansa / Suddenly Become a Bride / Pemeriksaan Ulang

Share

Pemeriksaan Ulang

Author: Basreswara
last update Last Updated: 2021-07-29 02:05:16

“Tidak. Lagian aku sudah memberimu baju.” Wira menolak tegas.

“Aku hanya ingin memastikan sesuatu. Kau bisa memegangku? Atau menampar, mencubit dan sejenisnya?” tanpa bersalah dia mendekat pria pemilik kamar.

“Jangan mendekat sedikitpun! Dan aku tidak mau apapun itu!” permintaan mengerikan bagi laki-laki tersebut.

Arina tidak menghiraukan perkataan Wira. Perkataan tersebut seperti ancaman tetapi menyimpan ketakutan. Arina tersenyum sembari perlahan mendekati pria di sana.

“Ku bilang jangan mendekat! Kau tidak mengerti ucapanku, ya!” Wira bergegas mengambil handphone di atas nakas, ia berniat menelepon Ningrum, nyonya rumah sekaligus mamanya.

“Huh, Lelaki aneh!” pungkas si menantu. Kembali mengabaikan laki-laki aneh di sebelah ranjang.

Arina membuka pintu dengan kesal, hatinya sangat geram karena diusir. Dia sudah seperti pekerja yang kecolongan memasuki kamar tuan muda.

“Ah, kakak ipar. Ada apa? Kenapa di sini? Laki-laki payah itu mana?” Rakin kebetulan lewat. Penampilannya pun terlihat santai.

Arina belum paham ocehan adik suaminya, juga tidak peduli. Saat ini dia harus membuktikan sesuatu terlebih dahulu, yang terbilang penting. Spontan Arina menarik lengan Rakin, hendak membawanya ke tempat sepi. Sialnya para pekerja rumah besar wara-wiri – di setiap ruangan mereka ada.

‘Di mana tempat yang sepi, ya’ Arina belum bisa mencari lokasi yang tepat.

“Mbak. Kita mau ke mana?” Di sisi belakang ada laki-laki muda keheranan melihat tangannya masih digenggam.

“Mencari tempat sepi.”

“Tempat sepi? Mbak jangan main-main. Aku bisa dibunuh kak Wira.”

Menantu Arasatya berbalik menghadap adik ipar “Dibunuh? Untuk apa dia membunuhmu? Aku hanya ingin membuktikan sesuatu. Kakakmu itu tidak mau melakukannya.”

“Mbak Kiran mau melakukan apa?” dipastikan pikiran Rakin sudah ke mana-mana.

“Sssttt. Jangan banyak tanya. Sekarang antarkan aku ke tempat yang aman dan sepi.” Arina masih celingukan melihat-lihat para pekerja.

“Ikut aku, mbak.” Adik ipar melepaskan genggaman lalu berjalan memimpin.

Ruangan per ruangan mereka lewati, Arina benar-benar tidak paham seluk beluk rumah besar, tugasnya sekarang hanya membuntuti Rakin. Lelaki tersebut kemudian mendorong sebuah pintu yang berada di lantai bawah. Mempersilahkan kakak ipar memasuki lebih dulu, di dalam terdapat benda-benda yang berbahan kayu serta tampak berdebu.

“Sepi kan, mbak?” tanya Rakin enteng.

Istri Wira terdiam sesaat.

“Iya, sepi.” Arina tersenyum kaku. ‘Memang sepi, tapi bukan gudang horror seperti ini juga’  kesal batinnya.

“Baiklah. Sekarang pukul aku.” Pinta kakak ipar tiba-tiba.

“APA? Mbak Kiran tidak mengada-ngada, kan? Ha-haha… Pukul bagian mana?”

‘Dasar pria tidak jelas. Kukira dia mau menolak’  benak Arina.

“Kita mulai.” Putra bungsu Arasatya memberi ancang-ancang. Perempuan yang meminta tadi telah siap memejamkan mata. Dia akan dipukul secara nyata dan laki-laki di depan adalah pria bertubuh tinggi, setara dengan Wira.

Lalu…

Bunyi tamparan sederhana yang tidak menimbulkan rasa sakit. Arina mengintip menggunakan sebelah matanya. Perkiraan Arina salah, sebelumnya dia mengira benar-benar akan dipukul.

“Coba cari cara lain supaya aku merasa sakit.” ‘Mungkin dia tidak tega melakukannya’

“Mbak Kiran memang ingin aku dibunuh kak Wira, ya?” lagi-lagi adik ipar bertanya. Hal tidak masuk akal ini tidak akan dia lakukan.

“Kenapa kau membahas bunuh membunuh terus, sih? Aku cuma minta tolong, apapun caranya kau harus bisa membuatku bersuara. Bila perlu berteriak. Pemeriksaan ulang harus selesai di sini.”

Rakin mendekat selangkah, jarak antara adik dan kakak ipar kurang lebih lima belas sentimeter. Rakin mengangkat kedua tangannya, meletakkan ke dagu Arina. Lelaki itu menggosok-gosok wajah perempuan di depan hingga mencubit-cubit cukup keras.

“Stop! Kukira cukup membuktikan.” Mengusap-usap pipinya yang mulai terasa sakit. Ucapan Arina memunculkan raut bingung dari lawan bicara.

“Ah… tidak usah dipikirkan. Ini hanya rasa penasaranku sebagai perempuan.” tambah isti Wira. Dia bisa melihat wajah Rakin penuh tanya.

***

Anggota keluarga Arasatya belum juga menunjukkan batang hidung hingga malam. Sebuah keluarga yang tidak dipahami pendatang baru seperti Arina.

Sedangkan menantu keluarga tengah sendirian di meja makan. Sejak acara pernikahan dia tidak memakan sesuatu yang membuat perutnya kenyang. Menyangga kepala menggunakan tangan kiri sembari tangan kanan memainkan sendok, Arina memikirkan kejadian-kejadian aneh hari ini.

‘Jelas sekali ini bukan mimpi. Cubitan adik ipar masih terasa’ nona muda larut dalam pikirannya.

‘Kalau ini bukan mimpi, kenapa aku bisa menjadi istri pria aneh (Wira) itu? sejak kapan kami bertemu? Tunggu dulu, tubuh ini bukan tubuhku yang sebenarnya. Ini tubuh Kiran istrinya pria aneh. Sepantasnya semua orang memanggilku dengan namanya. Mungkin gadis itu tidak sanggup melihat kelakuan suaminya sendiri. Lalu memintaku menggantinya'.

Ia menyuap sepotong daging.

‘Kalau aku di sini, tubuhku yang asli di mana? Semenjak penawaran tersebut aku lupa segalanya, hanya sedikit yang bisa kuingat’.

“Kiran,” Panggilan Ningrum membuat menantunya terkejut. “Wira mana? Kenapa kamu makan sendirian?” tambah ibu mertua. Malam pertama yang berharga di sambut kesendirian menantu yang kelaparan. Ningrum sangat paham bagaimana kondisi sang putra, tidak mudah berbuat hal baru layaknya pengantin normal pada umumnya. 

Nyonya Arasatya melihat pakaian Kiran, “Oh, astaga, maaf mama lupa bawakan baju untukmu. Nanti mama telepon sekretarisnya Wira saja, ya. Biar dia membawa semua keperluan kamu di sini.”

“Tidak perlu, ma. Tadi Wira memberiku baju ini, cukup nyaman kok.” Tersenyum lebar, menunjukkan raut bahagia.

Hanya sapaan singkat perempuan anggun kepada sang menantu. Lalu melangkah menjauh dari tempatnya. Arah yang dituju nyonya rumah adalah sebuah ruangan khusus. Ruangan yang tak dipahami seorang pendatang baru.

‘Kalau dipikir-pikir, bagaimana aku bisa menjadi tuan putri dalam sekejap. Seingatku aku sedang tidur biasa. Malam itu Riana pergi bersama pacarnya’. Arina menelaah potongan-potongan ingatan sebelum pertemuan dan penawaran berlangsung. Syukur nama temannya bisa ia ingat.

‘Sial, aku tidak bisa ingat lebih dari ini’.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suddenly Become a Bride   Sebuah Lingkaran

    Kecelakaan tak terkira dan seolah takdir buruk bagi Wira Arasatya, harus disembunyikan dari muka publik. Wisnu yang seorang pemilik nama terpandang tidak mungkin membiarkan kasus buruk mencoreng Ars Corporation.Kecurigaan dari masyarakat yang mengamati berita tersebut terus menjadi bahan ocehan. Dan tentu saja Wisnu tidak ingin putranya menjadi konsumsi publik – sebab kasus itu merupakan berita buruk, di mana putra sulung Arasatya menyetir dalam keadaan mabuk. Mudah sekali untuk media yang haus akan kasus para konglomerat.Namun, saat itu kasus Wira seolah lenyap. Para reporter dan penulis berita juga enggan mengambil risiko.***Pagi ini tuan muda menemui Jimmy, ia semakin penasaran dengan otaknya yang terkadang sengaja mengingat kejadian memilukan. Memori perempuan bergaun merah serta seringainya membuat pria yang memiliki tekanan jiwa – akan hal itu – semakin bermunculan.“Kebiasaan barumu ya datang tanpa menelepon dulu? Tidak sulit kalau menyuruh asistenmu berbicara padaku barang

  • Suddenly Become a Bride   Kebebasan

    [SEBELUM PERNIKAHAN] “Aris. Kau pulang saja, aku bisa menyetir sendiri.” Tuan muda memerintah sekretaris. Menikmati segelas alkohol pertama sedikit membuat tenggorokan tersengat, Wira beberapa kali mendesah. Malam akhir pekan. Kala itu… untuk pertama kalinya Wira dan Aris minum bersama, tuan muda mulai merasa jenuh dengan kehidupannya yang monoton. Liburan? Ia habiskan untuk bekerja dan dituntut oleh ambisi-ambisi yang harus ia capai. “Tidak. Bisa-bisa kau mabuk. Aku tidak mau ada apa-apa denganmu!” Sembari Aris menolak tawaran minum untuk gelas keduanya. “Kau sudah bekerja keras, luangkan waktumu untuk istirahat.” Wira terdengar memaksa. Tuan muda sengaja menyewa kamar hotel – tanpa seorang pun pengganggu. Beserta botol minuman beralkohol dengan harga tinggi. Kehidupannya yang berbeda atau bahkan di mata orang-orang tampak aneh, hanya dia dan Aris. Para kolega direktur Ars Corporation mulai mempertanyakan pernikahan putra tertua Arasatya, sungguh memuakkan kata-kata yang kelua

  • Suddenly Become a Bride   Istimewa

    Wira merasakan lehernya tercekat, seakan udara sulit menetralkan dadanya, penyesalan dan rasa bersalah datang kian membesar.‘Apa hubungannya kejadian itu dengan Kiran?’ ia benar was-was.Putra tertua Arasatya berusaha mengontrol dirinya untuk memudahkan suara keluar dengan sempurna.“A-apa gadis di mimpimu meninggal?” cara bicaranya yang pelan sekaligus ragu.Sesuai apa yang ditakuti Wira, perempuan di depannya mengangguk. Dadanya seolah bergemuruh, namun ingatan tentang Kiran tetap di sampingnya ketika ia berbicara kisah gadis bermidi dress – memberi sedikit ruang lega.‘Ternyata kejadian memilukan itu adalah diriku sendiri, takdir hendak memberitahuku dengan cara mendatangkan mimpi tersebut. Bagaimana bisa ingatanku tentang kehidupan sebelumnya bisa terlupakan?’ Kiran semakin tidak mengerti.“Mi-mirip sekali dengan gadis yang aku tabrak.” Ucapan Wira setengah berbisik.“Apa?” Sialnya Kiran bisa mendengar. Hanya saja ia terkejut.“Lupakan.” Titah pria itu.Ada setitik curiga dalam b

  • Suddenly Become a Bride   Perlakuan Seorang Teman

    “Berapa lama lagi aku berada ditubuhmu? Kemungkinan terburuknya jiwaku akan mati mengikuti jasadku?”Gadis di balik meja menundukkan pandangan, “Aku tidak tahu. Setelah perjanjian yang kita sepakati, begitu saja aku di tempatkan di perpustakaan ini.”“Jika jiwamu terkurung di sini, bukan tidak mungkin ia akan kembali bukan? Kalau benar asumsiku, cepat atau lambat aku akan mati, Kiran. Dan perjanjian itu untuk pertama kali aku menyesalinya. Aku merasa dimanfaatkan! Tidak. Ini tidak adil bagiku.” Arina memundurkan langkah perlahan.Gadis penunggu perpustakaan klasik masih termenung, gurat wajahnya tetap datar seperti biasa. Kulit putihnya bersinar, memancarkan cahaya dalam sekejap. Tiba-tiba gadis itu berada tepat di depan jiwa Arina.“Darahmu sudah menjadi saksi perjanjian, dan kau manusia yang terpilih untuk bertukar jiwa denganku.”***“Da-darah?” Kiran berjiwa Arina terjaga dari mimpi. Dada itu seakan sesak di iringi napas yang terengah.Bayangan gadis bermidi dress hitam kemarin ke

  • Suddenly Become a Bride   Memiliki Keraguan

    “Kalau begitu kau boleh pergi.” Wira berkata cepat. Ia bisa menjadi manusia setengah mati kalau benar-benar Kiran melakukan ucapannya tadi. Membayangkannya saja membuat Wira sesak napas.‘Ternyata kau sungguh takut dengan perempuan ya?’ Kiran tersenyum miring, asumsinya semakin menunjukkan kebenaran.Kemudian tubuh mungil menurut Wira pun melenggang pergi.Sementara itu, lelaki di sofa menyambar gelas berisi air putih di samping – lalu meminumnya. Tenggorokan yang basah berhasil menyisihkan sedikit kecemasan.Kemudian hening.Rumah besar terasa kembali seperti pertama kali Wira menapakkan kaki ketika Jimmy memperbolehkannya pulang. Semua orang terlihat enggan berbicara pada si sulung. Di saat malam tiba, mimpi buruk menghantui Wira kecil.Ketakutan serta tangisan terdengar pilu bagi seorang ibu. Ningrum tak bisa berbuat apa-apa selain terisak hingga tak bersuara lagi.Rakin lah orang yang mampu mengajak s

  • Suddenly Become a Bride   Penuh Perhatian

    Misteri kapan kembalinya jiwa Kiran ke tubuh yang digunakan sosok Arina saat ini semakin membuat kepala menantu keluarga Arasatya berdenyut.Rasanya ia tidak rela pergi dari tubuh ini.‘Kalau Kiran meminta badannya kembali, lalu jiwaku akan berpindah ke mana? Apa aku bisa mati mengikuti jasad seorang Arina yang terkubur?’ pikirnya. ‘Aku harus bagaimana? Jika Kiran benar-benar memaksaku memberikan tubuh ini, sama saja dia egois bukan? Tidak ada untungnya bagiku. Lebih baik dari awal aku tidak menerima tawarannya’. Ia mulai goyah pada perjanjian di antara mereka.Seperti angin menyelinap ke dalam ingatan, Kiran teringat teman dekat – Riana. Sesuatu yang mengganjal akhir-akhir ini.‘Aku tidak bisa percaya sepenuhnya sebelum melihat langsung kuburan tubuhku.’ Tubuh Arina yang ia maksud. ‘Apa aku bisa membujuk Riana?’ Kiran berpikir sambil memainkan kuku ibu jari tangan, sedikit menggigitinya pelan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status