Share

Mengintip Nakal

Author: Basreswara
last update Huling Na-update: 2021-07-29 20:56:29

Bukan hanya itu, sesuatu yang mengganggu lainnya adalah jarak antara kursi Wira dan ibunya. Posisi mereka tak menunjukkan hubungan ibu dan anak. Sungguh tak bisa dimengerti seorang menantu.

‘Sebenarnya aku bisa menikah dengan dia karena apa? Lihatlah dia seperti pria batu, kemarin saja berteriak ketakutan’ Kiran sempat mencuri lirikan pada laki-laki di depannya.

Kukira kehidupan setelah menikah enak dan bahagia. Ternyata lebih menyulitkan dari hidupku sebelumnya.’

“Uhuk. Uhuk.” Wira terbatuk tiba-tiba.

Sontak Kiran menyodorkan gelas terdekat yang berisi air kepada laki-laki aneh di depan.

“Aku bisa sendiri.” Pria batu menolak cepat.

Perlahan menantu keluarga menurunkan gelas di genggamannya, dia kembali mendapati tatapan dari seluruh anggota keluarga. Tatapan yang sama, tidak bisa dimengerti.

***

Tangan lebih kecil menarik lengan Rakin yang mana pemuda itu hendak menuju pintu keluar, menyeretnya paksa hingga mereka berhenti pada halaman depan rumah. Cuma si bungsu keluarga yang berani Kiran ajak bicara.

“Aku tidak tahu siapa lagi yang bisa kutanyakan. Rakin, maukah kau memberiku sedikit informasi?” Arina memberlakukan sikap Kiran yang dikenal lemah lembut. Kabar itu tak sengaja dia dapatkan dari obrolah para pekerja rumah tangga, mungkin inilah yang dikatakan Wira beberapa kali.

“Tidak masalah, selama tidak bertentangan dengan peraturan.” Balas adik ipar.

Kiran tidak memedulikan peraturan apa yang dimaksud.

“Apa yang mendasari aku menikah dengan kakakmu? Lagipula dia kemarin tidak terlihat di rumah seharian.”

“Aku juga tidak tahu pasti, seminggu setelah kak Wira kembali dari luar kota, tiba-tiba mengatakan ingin menikah. Mbak Kiran juga diperkenalkan ke keluarga kami empat hari sebelum pernikahan.” Penjelasan Rakin.

“Sejujurnya kami sekeluarga terkejut mendengar laki-laki payah itu ingin menikah. Secara dia kan selalu menolak perempuan, apalagi perempuan yang belum dia kenali dalam waktu lama. Beberapa kali mama menyarankan anak-anak gadis temannya pada kak Wira namun, hasilnya tetap sama.” Tambah pemuda bersama Rakin.

‘Pantas saja di hari pernikahan mama menangis saat memelukku’  batin si gadis.

‘Kemungkinan ada  sebuah rahasia yang tidak kuketahui sebelum berada dalam tubuh Kiran, sayangnya aku langsung menerima tawaran dia tanpa tahu resiko dan hal-hal rumit lainnya. Mana ada laki-laki yang tidak ingin menikah tiba-tiba mengatakan pernikahan dalam waktu singkat. Waktu itu Wira juga berperilaku beda padaku, tidak boleh mendekatinya’.

“Satu lagi! Kenapa di meja makan keluarga kalian saling diam? Kakakmu itu kursinya sangat aneh, bisa-bisanya membuat jarak begitu.” Perkataan yang menjadikan lawan bicara kikuk.

“Ah… masalah itu… karena mbak Kiran baru menjadi bagian keluarga kami, bisa saja menganggapnya aneh. Tapi, lama kelamaan mbak pasti akan paham kok. Bukan padaku kalau mau bertanya hal itu, tanyakan langsung pada kak Wira. Kalau menyangkut kak Wira dan mama, bisa dikatakan aku sudah melanggar peraturan yang dibuat.” Lagi-lagi membahas peraturan yang tidak dipahami anggota baru keluarga Arasatya.

“Baiklah aku mengerti.” kata Kiran.

Sekembalinya mereka dari taman, Kiran melihat Wira sedang berjalan menuju kamar. Laki-laki bertubuh tinggi di sana semakin membuat si istri penasaran. Kebetulan pintu putih dengan ukiran di bagian bawah, sedikit terbuka, dari situlah Kiran mengintip nakal. Tidak ada hal menarik dari dalam, Wira pun tak terlihat oleh netranya. Gadis itu seperti melakukan perbuatan yang sia-sia.

Karena tidak sabaran, akhirnya Kiran memasuki kamar tanpa permisi.

“Ke mana dia?” gumam si istri mendapati laki-laki yang dia ikuti tidak ada.

Setelan jas tergeletak di atas ranjang, menandakan pria itu sedang melakukan sesuatu. Saat ini Kiran akan menunggu dan mencoba membicarakan baik-baik di antara mereka. Hingga bosan istri Wira duduk pada sisi tempat tidur, ia berganti haluan mendekati jendela. Meski malam, dari sana menampakkan halaman luas dan jalan yang menuju rumah besar tampak berderet teratur pada sisinya. 

Suara dari arah berlawanan mengejutkan perempuan di dekat jendela, segera Kiran mengalihkan pandangan.

“Kau!” Wira terperanjat. “Kenapa kau ada di sini?”

Istrinya pun mendekat, “Jangan mendekat! Kuperingatkan sekali lagi jangan mendekat!” Lelaki itu terlihat gemetar sekaligus cemas. Gadis bersamanya selalu di luar prediksi.

“Fine, aku tidak akan mendekatimu. Aku hanya ingin bicara, apa itu sulit?”

“Bicaralah, tetapi kau dalam jarak dua meter. Tidak boleh lebih dari itu.” Pria tersebut memperingati yang masih berusaha menutupi sisi lemahnya, bersikap seolah dia lah pria yang tak sembarang orang bisa menyentuh.

“Sebaiknya… kau memakai baju lebih dulu.” Kiran melirik tubuh Wira dari atas hingga bawah. Dengan cepat lelaki di sana menutupi bagian dadanya menggunakan kedua lengan menyilang.

Bergegas putra sulung keluarga beranjak menuju tempat tatanan semua baju.

“Apa yang mau kau bicarakan?” Wira bertanya setelah kembali dari ruang pakaian. “Ingat, tidak lebih dari dua meter!” Pria itu mengingatkan lagi.

Kiran mendesah pasrah, dia harus mengalah dalam permainan gila ini.

Sang suami perlahan berpindah ke sofa sambil memantau apakah perempuan di sana berusaha mendekatinya, untuk berbicara dia membutuhkan tempat nyaman, tentu saja.

“Bagaimana kita bisa menikah?” singkat gadis penasaran di depan Wira yang berjarak dua meter.

“Bukannya sudah jelas? Mama tidak memberitahumu sama sekali?” dengan santainya pria itu berkata, memang keharusannya menyembunyikan kecemasan dan ketakutan.

‘Kenapa dia bisa berlagak sekarang? Tadi melihatku seperti melihat setan’.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Suddenly Become a Bride   Sebuah Lingkaran

    Kecelakaan tak terkira dan seolah takdir buruk bagi Wira Arasatya, harus disembunyikan dari muka publik. Wisnu yang seorang pemilik nama terpandang tidak mungkin membiarkan kasus buruk mencoreng Ars Corporation.Kecurigaan dari masyarakat yang mengamati berita tersebut terus menjadi bahan ocehan. Dan tentu saja Wisnu tidak ingin putranya menjadi konsumsi publik – sebab kasus itu merupakan berita buruk, di mana putra sulung Arasatya menyetir dalam keadaan mabuk. Mudah sekali untuk media yang haus akan kasus para konglomerat.Namun, saat itu kasus Wira seolah lenyap. Para reporter dan penulis berita juga enggan mengambil risiko.***Pagi ini tuan muda menemui Jimmy, ia semakin penasaran dengan otaknya yang terkadang sengaja mengingat kejadian memilukan. Memori perempuan bergaun merah serta seringainya membuat pria yang memiliki tekanan jiwa – akan hal itu – semakin bermunculan.“Kebiasaan barumu ya datang tanpa menelepon dulu? Tidak sulit kalau menyuruh asistenmu berbicara padaku barang

  • Suddenly Become a Bride   Kebebasan

    [SEBELUM PERNIKAHAN] “Aris. Kau pulang saja, aku bisa menyetir sendiri.” Tuan muda memerintah sekretaris. Menikmati segelas alkohol pertama sedikit membuat tenggorokan tersengat, Wira beberapa kali mendesah. Malam akhir pekan. Kala itu… untuk pertama kalinya Wira dan Aris minum bersama, tuan muda mulai merasa jenuh dengan kehidupannya yang monoton. Liburan? Ia habiskan untuk bekerja dan dituntut oleh ambisi-ambisi yang harus ia capai. “Tidak. Bisa-bisa kau mabuk. Aku tidak mau ada apa-apa denganmu!” Sembari Aris menolak tawaran minum untuk gelas keduanya. “Kau sudah bekerja keras, luangkan waktumu untuk istirahat.” Wira terdengar memaksa. Tuan muda sengaja menyewa kamar hotel – tanpa seorang pun pengganggu. Beserta botol minuman beralkohol dengan harga tinggi. Kehidupannya yang berbeda atau bahkan di mata orang-orang tampak aneh, hanya dia dan Aris. Para kolega direktur Ars Corporation mulai mempertanyakan pernikahan putra tertua Arasatya, sungguh memuakkan kata-kata yang kelua

  • Suddenly Become a Bride   Istimewa

    Wira merasakan lehernya tercekat, seakan udara sulit menetralkan dadanya, penyesalan dan rasa bersalah datang kian membesar.‘Apa hubungannya kejadian itu dengan Kiran?’ ia benar was-was.Putra tertua Arasatya berusaha mengontrol dirinya untuk memudahkan suara keluar dengan sempurna.“A-apa gadis di mimpimu meninggal?” cara bicaranya yang pelan sekaligus ragu.Sesuai apa yang ditakuti Wira, perempuan di depannya mengangguk. Dadanya seolah bergemuruh, namun ingatan tentang Kiran tetap di sampingnya ketika ia berbicara kisah gadis bermidi dress – memberi sedikit ruang lega.‘Ternyata kejadian memilukan itu adalah diriku sendiri, takdir hendak memberitahuku dengan cara mendatangkan mimpi tersebut. Bagaimana bisa ingatanku tentang kehidupan sebelumnya bisa terlupakan?’ Kiran semakin tidak mengerti.“Mi-mirip sekali dengan gadis yang aku tabrak.” Ucapan Wira setengah berbisik.“Apa?” Sialnya Kiran bisa mendengar. Hanya saja ia terkejut.“Lupakan.” Titah pria itu.Ada setitik curiga dalam b

  • Suddenly Become a Bride   Perlakuan Seorang Teman

    “Berapa lama lagi aku berada ditubuhmu? Kemungkinan terburuknya jiwaku akan mati mengikuti jasadku?”Gadis di balik meja menundukkan pandangan, “Aku tidak tahu. Setelah perjanjian yang kita sepakati, begitu saja aku di tempatkan di perpustakaan ini.”“Jika jiwamu terkurung di sini, bukan tidak mungkin ia akan kembali bukan? Kalau benar asumsiku, cepat atau lambat aku akan mati, Kiran. Dan perjanjian itu untuk pertama kali aku menyesalinya. Aku merasa dimanfaatkan! Tidak. Ini tidak adil bagiku.” Arina memundurkan langkah perlahan.Gadis penunggu perpustakaan klasik masih termenung, gurat wajahnya tetap datar seperti biasa. Kulit putihnya bersinar, memancarkan cahaya dalam sekejap. Tiba-tiba gadis itu berada tepat di depan jiwa Arina.“Darahmu sudah menjadi saksi perjanjian, dan kau manusia yang terpilih untuk bertukar jiwa denganku.”***“Da-darah?” Kiran berjiwa Arina terjaga dari mimpi. Dada itu seakan sesak di iringi napas yang terengah.Bayangan gadis bermidi dress hitam kemarin ke

  • Suddenly Become a Bride   Memiliki Keraguan

    “Kalau begitu kau boleh pergi.” Wira berkata cepat. Ia bisa menjadi manusia setengah mati kalau benar-benar Kiran melakukan ucapannya tadi. Membayangkannya saja membuat Wira sesak napas.‘Ternyata kau sungguh takut dengan perempuan ya?’ Kiran tersenyum miring, asumsinya semakin menunjukkan kebenaran.Kemudian tubuh mungil menurut Wira pun melenggang pergi.Sementara itu, lelaki di sofa menyambar gelas berisi air putih di samping – lalu meminumnya. Tenggorokan yang basah berhasil menyisihkan sedikit kecemasan.Kemudian hening.Rumah besar terasa kembali seperti pertama kali Wira menapakkan kaki ketika Jimmy memperbolehkannya pulang. Semua orang terlihat enggan berbicara pada si sulung. Di saat malam tiba, mimpi buruk menghantui Wira kecil.Ketakutan serta tangisan terdengar pilu bagi seorang ibu. Ningrum tak bisa berbuat apa-apa selain terisak hingga tak bersuara lagi.Rakin lah orang yang mampu mengajak s

  • Suddenly Become a Bride   Penuh Perhatian

    Misteri kapan kembalinya jiwa Kiran ke tubuh yang digunakan sosok Arina saat ini semakin membuat kepala menantu keluarga Arasatya berdenyut.Rasanya ia tidak rela pergi dari tubuh ini.‘Kalau Kiran meminta badannya kembali, lalu jiwaku akan berpindah ke mana? Apa aku bisa mati mengikuti jasad seorang Arina yang terkubur?’ pikirnya. ‘Aku harus bagaimana? Jika Kiran benar-benar memaksaku memberikan tubuh ini, sama saja dia egois bukan? Tidak ada untungnya bagiku. Lebih baik dari awal aku tidak menerima tawarannya’. Ia mulai goyah pada perjanjian di antara mereka.Seperti angin menyelinap ke dalam ingatan, Kiran teringat teman dekat – Riana. Sesuatu yang mengganjal akhir-akhir ini.‘Aku tidak bisa percaya sepenuhnya sebelum melihat langsung kuburan tubuhku.’ Tubuh Arina yang ia maksud. ‘Apa aku bisa membujuk Riana?’ Kiran berpikir sambil memainkan kuku ibu jari tangan, sedikit menggigitinya pelan.

  • Suddenly Become a Bride   Mematuhi Perintah

    “KAU TIDAK TIDUR?” Wira terkejut bukan main, layaknya pencuri yang ketahuan.“Aaaa…. Kau mengejutkanku Wira!” gadis di depannya berteriak juga.Dengan segera putra tertua Arasatya kembali ke tempat tidurnya – ia tampak menyembunyikan kegelisahan.Kamar yang awalnya sunyi semakin menambah kesunyiannya, pasangan suami istri muda tidak saling sapa lagi.“Ku-kukira kau sudah mendengkur, Kiran.” Wira membuka pembicaraan mereka lebih dulu.“Mendengkur? Bagaimana bisa aku mendengkur, tidur saja tidak.” istri Wira merapatkan selimutnya – di iringi kekesalan. “Kau juga kenapa mendekatiku? Kau mau mesum ya?” Kiran menambah tuduhan.“Enak saja! Aku kan tidak bisa disentuh sembarang orang.”“Itu kan kalau kau yang disentuh. Akan berbeda jika kau menyentuh lebih dulu.” Balas istrinya. Wira pun tak bisa menyanggah. Ia termangu untuk sesaat sambil

  • Suddenly Become a Bride   Layaknya Pencuri

    “Iya, baiklah. Bisakah kau duduk terlebih dahulu. Kepalaku sakit melihat ke atas terus.” Wira meminta sembari matanya menangkap sesuatu yang kemerahan pada wajah Kiran. Ia sedari tadi sadar akan hal itu. Hanya saja pengetahuannya yang kurang – pria ini tidak tahu penyebab munculnya rona di pipi seorang gadis. “Terlalu dekat?” Kiran bertanya sesaat setelah ia duduk. Khawatir Wira memberikan peringatan lagi. “Tidak.” “Wira. Aku melakukan kesalahan, ya?” Netranya masih enggan menatap lawan bicara. Putri Lukman tetap menunduk. “Aku minta maaf. Sungguh aku tidak tahu kalau kau tidak suka denganku. Bahkan kau membuatku ketakutan, kukira kau tidak akan bangun lagi.” “Memangnya kalau aku tidak bangun lagi kau akan menangis sampai tak bersuara?” pria kaku ini melempar candaan. “Tentu saja!” diiringi pandangannya yang terangkat. “Walaupun kau aneh, kau kan suamiku.” Wira kembali terkekeh. Ternyata istrinya begitu lucu. “Bukannya ti

  • Suddenly Become a Bride   Mengambil Jemari

    “Hai, kita bertemu lagi, nona.” Teman pria di mimpi Kiran menyapa penuh senyum bersamaan lambaian tangannya. “Apa kita akan ke restoran waktu itu?”Kiran pun baru teringat kalau dirinya mengunjungi kembali dunia mimpi, dunia yang selalu membuat teka-teki.Perempuan yang diajak bicara masih termenung, berpikir sambil mengamati wajah laki-laki di depannya. Mengapa ia tidak bisa mengenali pria ini? meskipun ia sangat tahu nama dan identitas lawan bicara.“Nona, apa aku mengganggumu. Kemarin kan kau yang menemuiku lebih dulu.” Tambah si pria.“Ah, em, tidak – kau tidak mengenaliku, ya?” Kiran bertanya dengan raut muka yang menuntut.“Kenal. Bukannya kita sudah bertemu sebelumnya?” giliran laki-laki itu yang keheranan.Kiran sedang berpikir keras, dengan mengikuti alur alam bawah sadar – ia akan semakin terkunci dan mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang baru. Seperti suatu l

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status