Share

Another Story

“Gimana?” tanya Cika kepada Beni yang baru memasuki area pelataran rumah Ana.

Beni menggelengkan kepala lemah lalu duduk di sebelah Cika. “Gue gak bisa ngejar Daren, udah jauh.”

Cika menghela napas panjang. Sewaktu Beni baru menampakkan diri tadi, sebenarnya dia sudah tahu, jika laki-laki itu akan menyampaikan kabar yang mengecewakan. Terlihat dari raut wajahnya yang suram, sesuram isi saldo rekeningnya. Lagi pula, Cika hanya sekedar ingin lebih memastikan saja. “Lo tahu apartemen Daren, enggak? Ayo kita susulin ke sana?” ajaknya kemudian.

Beni menatap Cika lumayan lama, sebelum akhirnya menunduk menatap kedua kakinya. “Sepertinya jangan dulu deh, Cik ... biar mereka sama-sama tenang dulu. Lagi pula, kita juga jangan terlalu ikut campur urusan mereka. Biar mereka selesaikan sendiri,” sahutnya lirih.

Cika menggelengkan kepala terlihat tidak setuju. “Enggak ... gue harus ikut campur. Gue gak mau Ana sedih lagi. Mereka berdua cocok, sayang kalau harus berpisah begitu saja. Sebagai sahaba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status