Share

Ikhlas

Dari semenjak kaki Ana menginjak area pekarangan rumahnya, jantung Ana sudah berdetak tidak karuan. Walau ragu, ia tetap berusaha melanjutkan langkahnya, karena dia tidak ingin membuat semuanya bertambah sedih lagi.

Lalu Ana menghentikan langkahnya, begitu beberapa meter pandangan matanya menangkap bangunan empat lantai yang temboknya bercat krim itu. Perempuan itu menatap lamat-lamat bangunan yang sudah ia tinggali sejak ia dilahirkan.

Bangunan yang menyimpan berjuta-juta kenangannya, bangunan tempat ia selalu mengadu segala macam permasalahan yang menimpanya dengan sang mama, juga bangunan tempat dia diam-diam memergoki mamanya selalu menangis di malam hari tanpa tahu alasan beliau apa. Karena pagi harinya sang mama bersikap ceria, memarahinya seperti biasa, dan terlihat tidak terjadi apa-apa. Kini ia tahu, dari mana sifatnya berasal. Berlagak baik-baik saja adalah keahlian yang diturunkan turun temurun oleh keluarganya.

Ana yang dulu bingung juga takut, jika

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status