Share

BAB 4 || Bimbang

Author: APStory
last update Last Updated: 2023-08-03 13:34:54

Di dalam kamar, duduk di tepian kasur, Juna memperhatikan selembar foto yang tadi ditunjukkan oleh Elvian.

"Kenapa kamu sejahat ini, Nay?" Suara Juna sedikit bergetar, menandakan ada cairan yang berusaha ditahan agar tidak lolos dari pelupuk mata.

Tidak dia sangka, Nayla—yang telah menjalin hubungan dengannya sejak masih duduk di bangku SMA kelas dua belas—ternyata lebih memilih pria lain dibandingkan dirinya. Menyedihkan!

Juna meraih ponsel di atas nakas. Bahkan saat bukti foto itu berhasil membuat perasaannya hancur, dia masih berharap menerima panggilan masuk dari sang kekasih hati—sampai detik ini, mereka memang belum putus hubungan, ‘kan?

"Ayo, Nay .... Hubungi aku!" Juna bergumam pelan, menghela napas. "Setidaknya minta maaf dan tunjukin kalau kamu merasa bersalah dengan adanya pengkhianatan ini."

Namun, miris! Nayla sama sekali tidak mencari, menghubungi, apalagi merasa bersalah seperti yang Juna inginkan. Dan akhirnya, Juna mengalah. Dia menelepon Nayla karena merasa bahwa Nayla harus menjelaskan sesuatu padanya.

Satu kali ....

Dua kali ....

Tiga kali ....

Hingga pada panggilan keenam, akhirnya gadis itu mau juga menjawab telepon dari Juna.

'Ha-lo ... Jun?'

Juna mendengar nada gugup di balik suara lembut Nayla.

"Katakan, udah berapa lama, Nay?" tanya Juna tanpa banyak basa-basi.

'Maksud kamu?'

Juna berdecih. "Jangan ‘sok polos. Aku tahu, kamu ngerti apa yang aku maksud. Bahkan kamu lebih mengerti segalanya daripada aku, Nay."

'Jun, aku—'

"Katakan, apa ini semua karena uang?" sela Juna tanpa memberi ruang bagi Nayla untuk bicara. "Kalau iya, maka kamu adalah manusia paling munafik yang pernah aku kenal. Karena, dulu kamu pernah bilang ke aku bahwa uang enggak akan pernah bisa mengalahkan yang namanya cinta. Dan sekarang kamu menjilat ludah kamu sendiri. Munafik!"

'Jun—' Jeda sejenak, Nayla benar-benar tidak tahu harus menjelaskan dari mana kepada Juna. 'Maaf ...' sesalnya. Hanya itu?

Tanpa salam penutup, Juna langsung memutuskan sambungan telepon. Dia tidak butuh penyesalan dalam bentuk apa pun—apalagi hanya sekadar kata maaf tanpa ada niatan memperbaiki segalanya. Di telinga Juna, itu hanya terdengar seperti omong kosong!

"Brengsek ...." Dia mendesis, menelan kecewa yang teramat dalam dan pahit. "Kenapa dunia selalu enggak adil untuk orang-orang miskin kayak gue? Kenapa dunia selalu berpihak kepada mereka yang lebih unggul soal materi?"

Di tengah kegalauan hatinya, Juna kembali mengingat soal tawaran Elvian mengenai kontrak kerja sama sebagai pacar bayaran. Dia lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celana.

"Ini kartu namaku, untuk jaga-jaga kalau kamu berubah pikiran."

Itu merupakan kalimat yang Elvian lontarkan kepada Juna sebelum laki-laki itu beranjak pergi meninggalkan rumah kecil yang dia tempati. Bersamaan dengan itu, Elvian juga menyerahkan kartu nama yang sudah dilengkapi dengan nomor telepon.

Haruskah Juna menerima tawaran tersebut? Atau tetap pada pilihannya menyia-nyiakan uang lima ratus juta yang Elvian tawarkan?

***

Keesokan paginya ....

Airish membuka kelopak mata setelah menikmati tidurnya tadi malam. Akan tetapi, dia masih belum juga beranjak dari kasur.

Tatap matanya berpaling ke arah meja kecil di samping kasur. Mencari menu sarapan yang biasanya sudah ada di sana karena Elvian tidak pernah telat menyiapkan hidangan untuknya. Namun, kenapa sekarang kosong?

"El, kenapa nggak ada sosis, telur dan salad?!" tanya Airish. Suaranya sedikit meninggi, tapi pria yang diajak bicara sama sekali tidak menanggapi.

"EL?!" Kali ini Airish menaikkan oktaf suaranya. "ELVIAN! BUDEG, YA?!"

Cklek!

Airish mengembuskan napas panjang ketika mendengar pintu kamar dibuka oleh seseorang. "Syukurlah, akhirnya El datang juga," pikirnya.

Seandainya saja pria itu masih tidak merespons juga dalam hitungan tiga detik, maka Airish bersumpah akan mengutuknya menjadi susu basi!

"Selamat pagi, Nona!" Kalimat sapa yang diucapkan oleh seorang wanita berhasil membuat Airish mengernyitkan dahi.

"Anda siapa?"

"Nama saya Sulastri, Non. Bisa dipanggil Bi Sul," jawab wanita itu seraya berjalan mendekati Airish. Dia membawa sebuah nampan berisi menu sarapan kesukaan Airish. "Saya pembantu baru Non Airish."

"Pembantu baru?" Airish mengerjap kikuk. Mengubah posisinya menjadi duduk berselonjor kaki. "Kapan aku minta seseorang jadi pembantu?"

Sulastri meletakkan nampan di atas meja dekat kasur. "Memang bukan Non Airish yang mempekerjakan saya, melainkan Tuan El," bebernya.

"El?" Airish melotot.

"Iya, Non." Sulastri mengangguk. "Memangnya Tuan El belum ngomong sama Non Airish tentang saya?"

BERSAMBUNG ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sugar Baby for Sugar Mommy (Pacar Kontrak)   BAB 100 || Janji untuk Bersama

    Hari ini Airish mendatangi rumah Alan untuk meminta tanda tangan pria itu di surat cerai. Ia tidak hanya sendirian, melainkan diantar oleh Juna. Meskipun Airish mengatakan dia bisa pergi sendiri dan menyelesaikan masalahnya dengan Alan secara empat mata, tetapi Juna bersikukuh ingin ikut.“Memangnya kamu tahu apa yang akan Alan lakukan kalau enggak ada aku? Gimana kalau nanti dia berani meluk-meluk atau nyium kamu kayak waktu itu? Kalau ada aku, nanti aku bisa ngehajar muka dia sampe bonyok. Biar kapok!” ucap Juna ketika Airish bicara bahwa dirinya tidak perlu diantar.Dan di sinilah mereka sekarang. Berdiri di depan pintu rumah Alan sambil menekan tombol bel beberapa kali. Menunggu sang empunya rumah membukakan pintu untuk mereka.CKLEK!Pintu terbuka. Menampilkan sosok Alan yang memandang sinis kedatangan Airish bersama Juna. Alan terlihat tidak suka dengan kehadiran Juna di samping Airish—yang selama ini selalu ia panggil dengan nama Reina.“Aku mau minta tanda tangan kamu. Kita re

  • Sugar Baby for Sugar Mommy (Pacar Kontrak)   BAB 99 || Rasa Syukur dan Haru

    “Sebenarnya ada apa, sih, Jun? Tumben banget kamu ngajakin kita kumpul kayak gini?” tanya Demian dengan ekspresi penasaran.Juna tersenyum simpul membalas pertanyaan ayah mertuanya tersebut. Ia menyapukan bola mata ke sekeliling, melihat bagaimana orang-orang itu tampak tidak sabar mendengar jawaban dari mulutnya.Selain Demian dan Juna di ruang makan, di sini juga sudah ada Elena, Diana, Kiran dan tentunya Shandy. Juna sengaja mengumpulkan mereka untuk memberi kejutan bahwa Airish sudah kembali, dan artis pendatang baru bernama Reina itu aslinya memang benar-benar Airish.“Aku punya satu kejutan buat kita semua,” ucap Juna dengan ekspresi misterius.“Kejutan apa, sih, Bang? Alay banget, deh. Langsung aja ke intinya napa,” cibir Aisyah, adik perempuan Juna yang telah beranjak dewasa.Juna menyuruh orang-orang itu menutup mata dan jangan mengintip. Meskipun penasraan, tapi mereka berusaha sabar. Mengikuti permintaan Juna untuk menutup mata menggunakan kedua telapak tangan.“Tunggu samp

  • Sugar Baby for Sugar Mommy (Pacar Kontrak)   BAB 98 || Si Pemilik Hati

    Sebagai orang yang sudah sama-sama dewasa, Juna dan Airish memutuskan untuk membahas masalah mereka baik-baik dan dengan kepala dingin. Tidak lupa mengajak Kinan juga, karena perempuan itu juga terseret dalam masalah ini.Mereka telah berkumpul di ruang tengah. Juna, Airish dan Kinan. Sementara Shandy masuk ke kamarnya—tidak diperbolehkan oleh Juna untuk ikut campur permasalahan orang dewasa.“Karena Airish sudah terlanjur tahu, maka aku akan menyelesaikan semuanya sekarang.” Juna angkat bicara. Memandang dua wanita di sofa yang berseberangan dengannya.“Sebenarnya aku sama Kinan memang sudah lamaran, Rish,” ungkap pria itu apa adanya. “Itu jauh sebelum aku menemukan kamu kembali.”Airish mengerling, menahan sesak di dada karena kenyataan itu terlalu pahit baginya.“Tapi aku juga bilang sama Kinan, kalau aku enggak bisa meninggalkan kamu. Aku enggak bisa memilih satu di antara kalian.” Lagi, mulut Juna terbuka untuk mengatakan, “Memang aku sangat serakah dan egois, aku tahu. Tapi inil

  • Sugar Baby for Sugar Mommy (Pacar Kontrak)   BAB 97 || Ego

    Alan baru saja sampai di gerbang sekolah. Melihat beberapa orang yang berkerumun di depan sana, membuatnya bingung dan mengernyitkan alis. Kebanyakan dari mereka saling membawa kamera, tetapi ada juga yang membawa recorder. Ada yang memegang mic juga.Lalu seorang satpam yang sejak tadi menghalangi orang-orang itu agar tidak masuk ke gerbang sekolah, kini menatap ke arah mobil Alan dengan pandangan meminta bantuan. Alan membuka pintu mobil, keluar dari dalamnya lalu menghampiri karamaian.“Itu Pak Alan!” seru salah seorang wartawan.Lantas saja orang-orang itu berlari mendekati Alan. Mereka bercepat-cepat menyodorkan mic di depan wajah Alan. Sorotan kamera langsung mengarah padanya, bahkan ada beberapa yang mengabadikan fotonya. Mereka semua melontarkan kalimat tanya secara bersamaan, bertubi-tubi. Sangat ribut dan berisik. Alan bahkan sampai bingung harus menjawab yang mana dulu.“Pak Alan, apakah benar Anda akan segera bercerai dengan Reina?”“Kapan kalian resmi bercerai?”“Apa yang

  • Sugar Baby for Sugar Mommy (Pacar Kontrak)   BAB 96 || Kesalahpahaman

    Tapi laki-laki itu malah kembali memeluk Airish. “Aku tahu. Bukankah nggak ada salahnya kalau aku meluk kamu sebelum kita benar-benar resmi cerai?” tanyanya, yang membuat Airish memilih untuk menutup mulut. Apa yang Alan katakan memang benar. Mereka masih sah suami istri.“Shandy Basupati itu murid kamu, kan?” Airish membahas topik lain. Ia hanya malas saja jika teus-terusan membahas tentang hubungannya dengan Alan.Alan mengangguk, dan Airish bisa merasakan, karena sekarang Alan sudah meletakkan dagu di bahunya.”Dia anakmu?” tanya Alan. Meskipun sudah tahu bahwa jawabannya memang benar, namun Alan hanya ingin memastikannya saja.Lalu Airish tersenyum samar. “Iya,” sahutnya tanpa menyangkal. “Malam ini kamu tidur di kamar sebelah, ya? Aku enggak mau tidur berdua sama kamu,” tambahnya. Rasanya sangat risih jika harus tidur di samping pria yang bukan Juna.Alan menghela napas. “Baiklah.” Lebih baik ia mengalah daripada harus melihat Airish pergi.***Senyuman di bibirnya tertoreh setel

  • Sugar Baby for Sugar Mommy (Pacar Kontrak)   BAB 95 || Terjebak dalam Bimbang

    “Lalu siapa wanita yang akan kamu pilih di antara mereka?”Juna masih belum lepas memandang gitar di pangkuannya. Sesekali memetik senar dengan asal. “Dua-duanya,” sahutnya, membalas ucapan Kiki.Jawaban Juna membuat Kiki berdecih sinis. Tangannya terulur mengambil poci di atas meja, lalu menuang air putih ke dalam gelss. “Gimana bisa kamu milih dua-duanya? Lebih baik pilih salah satu dari mereka. Jangan sampai kamu nyakitin dua-duanya.” Itu hanya saran saja dari Kiki. Tapi semuanya kembali ke diri Juna sendiri.Juna mendengkus, menurunkan gitar dari pangkuan dan meletakkannya di samping meja. “Aku nggak tahu harus milih yang mana.” Kali ini ia menatap Kiki. Bingung.“Sebenarnya siapa yang kamu sayang?” tanya pria yang bekerja di kedainya tersebut, setelah meneguk setengah gelas air putih.Untuk membalas pertanyaan itu, Juna sama sekali tidak ragu untuk mengatakan, “Aku sayang sama Kinan.” Ia merasa sangat yakin atas jawabannya.“Kalau begitu, silakan ceraikan Airish. Kasihan dia kala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status