Share

6.Sugar Baby

Cara Tuhan tidak bisa ditebak.

Terkadang Tuhan memiliki cara unik untuk membantu anak-Nya.

Bahkan dengan cara tak terduga sekalipun.

* * * * *

“Kita berjumpa lagi, Melanie.”

Melanie tidak percaya melihat pria yang ditolongnya kemarin berdiri menjulang di hadapannya. Ralf tampak begitu menawan dengan kemeja biru yang tidak mampu menyembunyikan otot di tubuhnya. Pria itu sudah menggulung lengan kemejanya hingga sikunya. Memperlihatkan kulitnya yang sewarna tembaga. Ralf juga sudah menanggalkan dasi yang melingkar di lehernya dan membuka tiga kancing teratasnya sehingga Melanie bisa melihat dada pria itu mengintip di balik kemejanya.

“Ralf, apa… apa yang kau lakukan di sana?” tanya Melanie tergagap karena begitu terkejut mendapati Ralf berdiri di hadapannya.

Pria itu menyunggingkan senyuman yang mampu menciptakan degup kencang di jantung gadis itu. “Bukankah lebih baik kita bicara di dalam?”

“Tapi aku harus menemui seseorang.”

“Orang itu adalah aku, Miss Schumacher. Klien pertamamu adalah aku.” Jelas Ralf.

“Oh… Berarti aku memang berada di kamar yang benar.”

Akhirnya wanita itu berjalan masuk ke dalam kamar ketika Ralf membuka lebar kamar hotel yang sudah disewanya. Meskipun kamar itu begitu mewah dengan desain klasik bak kerajaan, tapi Melanie tidak mampu mengaguminya. Pikirannya masih terguncang saat mengetahui klien pertamanya adalah Ralf Krausz.

Ralf berjalan menuju sofa dan menghempaskan tubuhnya di sana. Dia menuangkan botol sampanye di gelasnya dan gelas lainnya. Pria itu mendongak melihat Melanie masih berdiri di dekat pintu. 

“Duduklah di sini.” Ralf menepuk kursi di sampingnya. “Aku belum ingin menerkammu sekarang, meskipun aku benar-benar menginginkannya. Tapi ada hal penting yang perlu kubicarakan denganmu. Jadi kemarilah, tidak perlu takut.”

Melanie pun menuruti ucapan Ralf. Dengan sangat hati-hati dia duduk di samping pria itu. Gadis itu mengamati Ralf yang tidak berhenti menatapnya. Pria itu mengulurkan satu gelas sampanye kepada Melanie. Namun gadis itu menggelengkan kepalanya untuk menolak minuman itu.

“Aku… aku tidak terbiasa minum, Mr. Krausz. Kupikir akan sangat buruk jika aku melakukannya sekarang.”

Ralf menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Melanie. Ide yang buruk membuat gadis itu mencoba minuman beralkohol untuk pertama kalinya. Terutama pria itu membutuhkan kesadaran wanita itu untuk membicarakan hal penting yang dikatakannya tadi.

“Kalau begitu kau ingin minum apa, Miss Schumacher? Aku akan memesankannya untukmu.” Tanya Ralf meletakkan gelas sampanye di atas meja.

Melanie menggelengkan kepalanya. “Aku sedang tidak ingin minum apapun, Mr. Krausz. Bisakah kau menjelaskan padaku mengapa kau di sini? Maksudmu bagaimana bisa kau menjadi klien pertamaku. Aku pikir ini bukanlah sebuah kebetulan, bukan?”

Ralf tersenyum karena Melanie bisa menebak jika ini bukanlah sebuah kebetulan. “Kau benar, Miss Schumacher. Ini memang bukan sebuah kebetulan. Aku akan memperkenalkan diriku secara lengkap.”

“Secara lengkap?” bingung Melanie.

“Aku memang sudah menyebutkan namaku adalah Ralf Krausz. Apakah kau tidak merasa familiar dengan nama Krausz?”

“Nama Krausz?” Melanie berusaha memikirkan nama itu. Dia memang tidak sempat memikirkan nama pria itu lebih lanjut karena kejadian di rumahnya yang kacau telah mengalihkan perhatian gadis itu. Tapi setelah memikirkannya, dia pun baru menyadari nama belakang pria itu. “Krusz? Maksudmu coklat Krausz?”

Ralf menganggukkan kepalanya. “Benar, Miss Schumacher. Aku adalah Presiden Direktur Perusahaan coklat Krausz. Sejak bertemu denganmu kemarin aku sangat tertarik padamu, Melanie.”

Melanie melotot kaget mendengar ucapan Ralf. “Kau… kau tertarik padaku?”

“Ya, aku sangat tertarik padamu. Karena itu aku meminta seseorang untuk menyelidikimu. Dan aku sangat terkejut saat mendengar orangku mengatakan kau menjual keperawananmu untuk mendapatkan uang.”

Seketika wajah Melanie berubah merah karena malu. Dia bahkan menundukkan kepalanya tidak berani memandang ke arah pria itu. “Aku… aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak bisa membiarkan ayahku terluka karena tidak bisa membayar hutang.”

“Aku juga sudah mendengar masalah itu. Aku turut bersedih atas apa yang menimpa ayahmu, Miss Schumacher. Karena itulah aku ingin menawarkan sesuatu padamu. Sesuatu yang bisa menguntungkan kita berdua.”

Melanie mendongak menatap Ralf. “Apa maksudmu sesuatu yang bisa menguntungkan kita berdua?”

Ralf mengambil sebuah amplop coklat besar yang berada di sampingnya. Dia membuka amplop itu dan mengeluarkan selembar kertas kemudian meletakkannya di atas meja.

“Aku bisa mengatasi masalah yang kau alami saat ini, Miss Schumacher. Sebagai gantinya, kau harus menjadi Sugar Baby-ku.”

“Sugar Baby?” Melanie melotot kaget.

“Kau tahu bukan, Sugar Baby adalah gadis muda yang menjalin pria yang lebih tua untuk membantu perekonomiannya.”

Melanie menganggukkan kepalanya tidak sabar untuk menghentikan penjelasan  Ralf mengenai Sugar Baby. “Aku tahu artinya, Mr. Krausz. Kau tidak perlu menjelaskan secara detail. Yang ingin kutanyakan adalah apa keuntungan dari hubungan ini untukmu?”

“Keuntungan dari hubungan ini untukku? Aku ingin kau mengandung anakku.”

Gadis itu mengerjapkan matanya tidak percaya mendengar ucapan Ralf. “Mengandung anakmu? Bukankah seharusnya kau mencari wanita seusiamu untuk dinikahi sehingga dia bisa mengandung anakmu, Mr. Krausz?”

“Sayangnya aku tidak menyukai ide pernikahan dengan cinta, Miss Schumacher.”

“Jadi jika aku berhasil mengandung anakmu, kau akan mengambilnya dariku?”

Ralf menghela nafas berat. “Aku tidak sekejam itu menjauhkan anak dari ibunya, Miss Schumacher. Aku memang meminta kau untuk mengandung anakku. Setelah itu akan menikahimu. Sehingga aku bisa memberikan segalanya yang kau inginkan kecuali satu hal.”

“Cinta. Benar, bukan?” tebak Melanie.

Ralf menganggukkan kepalanya. “Tepat sekali. Jadi bagaimana? Kau setuju dengan perjanjian ini?” pria itu mengulurkan pena di tangannya.

Melanie menatap Ralf berusaha memikirkan kesepakatan yang ditawarkan pria itu. Tidak ada yang dirugikan dari perjanjian ini. Ralf bisa membantu wanita itu membayar hutangnya. Sedangkan wanita itu hanya perlu melahirkan anak tanpa mengharapkan cinta dari pria itu. Tapi jika dipikirkan, perjanjian ini jauh lebih baik daripada dirinya menjual diri kepada pria yang tidak tahu apakah bisa memperlakukannya jauh lebih baik.

“Aku akan menerima perjanjian ini. Tapi bisakah kau membantu ayahku lebih dahulu? Malam ini penagih hutang akan datang lagi. Jika aku tidak datang untuk membayar hutang itu, aku takut terjadi hal buruk dengan ayahku.” 

Ralf menganggukkan kepalanya. “Memang itulah yang aku rencanakan, Liebste.”

Kedua pipi Melanie merona merah mendengar panggilan sayang itu. Akhirnya wanita itu memilih mengambil pena dari tangan Ralf kemudian membubuhkan tanda tangan di atas surat perjanjian itu. Setelah selesai, Melanie mengembalikan pena itu kepada Ralf. Pria itu menyimpan kertas surat perjanjian itu ke dalam amplop besar. Kemudian Ralf berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Melanie.

“Ayo, kita menolong ayahmu!”

Melanie tersenyum dan meraih tangan pria itu. Ralf membantu gadis itu berdiri. Setelah mengambil jasnya dan membawa surat perjanjian itu, Ralf berjalan menuju pintu kamar hotel bersama dengan Melanie. Langkah pria itu terhenti ketika berdiri di depan pintu.

“Ada apa?” tanya Melanie.

Ralf berbalik menatap gadis itu. Dia melebarkan jasnya dan meletakkan di kedua bahu Melanie. Kemudian menutupnya rapat sehingga tubuh indah Melanie dalam balutan gaun terbuka itu mampu ditutupi oleh jas Ralf.

“Kau sangat menawan dengan gaun itu, Liebste. Bahkan aku terpesona melihatmu mengenakan gaun itu. Tapi aku tidak akan membiarkan orang lain melihatnya. Mulai sekarang hanya aku yang boleh melihat keindahan itu.”

Kedua pipi Melanie merona merah mendengar ucapan Ralf. Tapi untuk pertama kalinya ada seorang pria yang memperlakukannya begitu lembut. Jelas hal itu menghangatkan perasaan gadis itu. Setelah itu barulah Ralf menggandeng Melanie berjalan keluar dari kamar itu.

* * * * *

Mobil Mclaren yang dikendarai Ralf berhenti di depan rumah Melanie. Sayangnya mereka terlambat. Melanie bisa melihat bagian depan rumahnya hancur. Kaca-kaca jendela sudah pecah dan pintu rumahnya pun hancur tak berbentuk. Seketika ketakutan melanda Melanie.

“Oh, tidak. Vater!” Melanie segera melepaskan sabuk pengaman dan melangkah keluar dari mobil Ralf. Gadis itu segera berlari menuju rumahnya.

Ralf yang menyadari ada yang tidak beres segera menyusul gadis itu. Saat pria itu melangkah melewati teras rumah itu, Ralf dibuat terkejut dengan kondisi rumah yang kacau. Dia pun teringat pada ucapan Melanie yang mengatakan jika penagih hutang itu akan segera datang.

“Vater!” 

Seruan Melanie mengalihkan perhatian Ralf. Segera pria itu berlari masuk ke dalam untuk mencari gadis itu. Saat masuk ke dalam rumahnya, pria itu bisa melihat Melanie berlutut di samping tubuh seorang pria yang diyakini adalah ayah gadis itu. Melanie tak mampu menahan tangisnya.

Ralf menghampiri Melanie dan berlutut di samping gadis itu. Dia mengulurkan tangannya tepat di depan hidung Walden untuk mengecek tanda-tanda kehidupannya. Ralf masih bisa merasakan hembusan nafas Walden meskipun lemah.

“Dia masih hidup, Liebste. Kita harus segera membawanya ke rumah sakit.”

Melanie tidak bisa berkata apapun. Dia hanya menganggukkan kepalanya. Gadis itu membantu Ralf membawa ayahnya menuju mobil pria itu. Meskipun tahu ayahnya masih hidup tapi Melanie masih ketakutan dan membuatnya tak berhenti menangis.

Sebuah tangan menggenggam tangan Melanie saat gadis itu sudah berada di dalam mobil bersama sang ayah.  Gadis itu menoleh dan melihat Ralf memandanganya.

“Semua akan baik-baik saja, Liebste. Percayalah padaku.”

Meskipun Melanie baru mengenal Ralf, tapi nada dalam setiap perkataan pria itu membuat Melanie begitu mudah untuk mempercayainya. Dan dia berharap apa yang dikatakan Ralf benar adanya.

* * * * *

Marrygoldie

Menurut kalian apakah ayah Melanie akan selamat?

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status