Share

5.Pengorbanan

Bukankah kau selalu mengatakan keluarga ada itu untuk saling membantu? Saat ini Vater tidak bisa mendapatkan tapi aku bisa mendapatkannya untuk membantumu, Vater.

~ Melanie Schumacher ~

* * * * *

Keesokan harinya Melanie bisa melihat ayahnya terus melamun. Bahkan saat sarapan bersama, Walden sama sekali tidak fokus dengan makanannya. Dia hanya mempermainkan hidangan kentang setengah matang bernama Rösti. Walden hanya menusuk-nusuk makananya tanpa berniat memakannya. Melanie yakin ayahnya pasti sedang memikirkan bagaimana mendapatkan uang seratus ribu Franc Swiss untuk membayar hutang kakaknya.

Gadis yang saat ini mengenakan terusan kotak-kotak biru yang diselimuti cardigan rajut berwarna biru itu mengulurkan tangannya menggenggam tangan sang ayah. Merasakan kehangatan tangan putrinya membuat Walden menoleh.

Vater, kau tidak perlu pusing memikirkan uang itu. Aku yang akan mengurusnya.” Ucap Melanie berusaha menenangkan sang ayah.

Walden yang saat ini mengenakan seragam cleaning service sebuah perusahaan itu memicingkan matanya menatap putri bungsunya. “Apa maksudmu dengan mengurusnya, Mel?”

“Aku akan mendapatkan uang seratus ribu Franc Swiss itu agar bisa membayar hutang Sonja.”

“Melanie, uang seratus ribu Franc Swiss bukanlah uang sedikit yang bisa dihasilkan dalam sehari. Kau mau mendapatkan uang itu darimana?” heran Walden. Karena dia sendiri pun pusing memikirkan ke mana dia harus mencari uang sebanyak itu.

Vater, tenanglah. Aku memiliki seorang teman yang bisa membantuku. Hari ini aku akan menemuinya untuk membawa uang itu. Jadi Vater tidak perlu khawatir.”

“Kau yakin dia bisa membantu, Mel?” Walden memicingkan matanya tidak percaya.

Melanie menganggukkan kepalanya. “Tentu saja. Vater percaya padaku, bukan?”

Walden pun menghela nafas berat. “Tentu saja aku percaya padamu, Mel. Hanya saja aku merasa sangat tidak berguna. Ibumu pergi meninggalkanku karena aku tidak bisa memberikan uang yang banyak padanya. Kakakmu juga melakukan hal yang sama. Dan sekarang aku sama sekali tidak berguna menghadapi masalah ini dan hanya bisa bergantung padamu, Mel. Maafkan ayah yang tidak berguna ini.”

Melanie bisa melihat bahu sang ayah bergetar dan menangis. Gadis itu benar-benar sedih karena ayahnya berpikir seperti itu. Dia pun berdiri dari kursinya lalu menghampiri sang ayah. Melanie memeluk leher ayahnya dari belakang. Menepuk-nepuk dada ayahnya dengan penuh kasih sayang untuk menenangkan pria itu.

“Jangan berkata seperti itu, Vater. Kau sudah melakukan yang terbaik. Hanya saja Muther dan Sonja sama sekali tidak bersyukur dengan apa yang mereka miliki. Itulah alasan mereka kabur. Bukan karena ayah gagal memberikan apa yang mereka minta. Dan berhentilah menyalahkan dirimu sendiri, Vater. Bukankah kau selalu mengatakan keluarga ada itu untuk saling membantu? Saat ini Vater tidak bisa mendapatkan tapi aku bisa mendapatkannya untuk membantumu, Vater. Jadi jangan berkata seperti itu lagi.”

Walden hanya bisa menganggukkan kepalanya. Tenggorokannya tercekat mendengar ucapan sang putri. Dia yakin jika saat ini dia mengeluarkan suara maka hanya akan terdengar suara seperti cicitan tikus.

Akhirnya setelah sarapan selesai dan Melanie berhasil menenangkan sang ayah, gadis itu berpamitan untuk pergi kuliah. Walden mencium kening putri bungsunya.

“Kau adalah anak yang baik, Mel. Aku berharap ketulusan hatimu mendatangkan kebahagiaan untukmu.”

Melanie tersenyum mendengar doa ayahnya. “Aku bahagia jika melihat Vater bahagia. Karena itu jangan bersedih lagi.”

Walden menganggukkan kepalanya dan berusaha memberikan senyuman terbaik untuk tidak membuat putrinya cemas. Melanie mencium pipi sang ayah sebelum akhirnya berbalik pergi meninggalkan rumah.

* * * * *

Sayangnya Melanie berbohong pada ayahnya. Dia tidak pergi ke kampusnya, tapi gadis itu justru mendatangi sebuah klub malam terkenal di Zürich. Mascotte Club yang terletak di jalan Theater adalah klub malam terbaik di Zürich. Melanie berpikir jika dia menjual diri di klub malam termahal di kota ini, maka dia akan mendapatkan harga yang tinggi untuk tubuhnya.

Seketika Melanie yang berdiri di depan gedung bertingkat dengan plang nama ‘Mascotte’ itu langsung menggigil membayangkan apa yang hendak dilakukannya. Bahkan gadis itu memeluk tubuhnya sendiri karena takut. Tapi dia berusaha meyakinkan dirinya jika dia melakukan ini agar ayahnya tidak lagi bersedih akibat ulah kakaknya.

Akhirnya setelah meyakinkan dirinya, Melanie pun melangkah masuk ke dalam bangunan dengan desain klasik itu. Setelah melewati pintu masuk, Melanie langsung disuguhkan pemandangan ruang depan yang mewah. Layaknya lobi hotel dan terlihat ada meja resepsionis, beberapa sofa putih yang ditata begitu rapi. Melanie bisa melihat beberapa petugas cleaning service sedang membersihkan tempat itu. Melihat pria mengenakan seragam cleaning service itu langsung mengingatkan Melani pada ayahnya.

“Ada yang bisa saya bantu, Nona?”

Suara itu mengalihkan perhatian Melanie. Dia bisa melihat seorang pria mengenakan setelan hitam menatapnya bingung. Melanie begitu gugup mengungkapkan tujuannya kemari.

“Aku… aku kemari ingin bicara dengan bosmu.”

Pria itu memicingkan matanya. “Bosku? Ada keperluan apa, Nona. Bosku tidak akan menemuimu jika hal ini tidak penting.”

Tangan Melanie yang saling bertautan di depan tubuhnya terlihat gemetar. “Aku ingin menjual tubuhku untuk mendapatkan uang.”

Pria itu terdiam sejenak. Dia mengamati Melanie dari puncak kepalanya hingga ujung kakinya. Membuat Melanie merasa begitu tegang. Mengungkapkan tujuannya kemari saja sudah membuatnya merasa malu. Apalagi menghadapi sikap pria itu.

“Aku sangat yakin jika itu adalah alasan yang penting. Siapa namamu, Nona?”

“Melanie Schumacher.”

Pria itu menganggukkan kepalanya. “Baiklah, Miss Schumacher. Silahkan ikut denganku.”

Melanie berjalan mengikuti pria itu melewati lorong dengan cahaya temaram. Di kedua sisi dinding yang dilewati Melanie, tampak digantungkan beberapa lukisan indah. Meskipun tidak tahu apapun mengenai seni, tapi dia yakin lukisan-lukisan itu sangatlah mahal. Akhirnya mereka sampai di ujung lorong di mana ada sebuah pintu berwarna merah. Tampak menakutkan tapi lagi-lagi Melanie meyakinkan dirinya untuk menjadi berani.

Setelah pria itu membuka pintu, dia mempersilahkan Melanie berjalan masuk. Ruangan besar itu terlihat seperti kantor dengan desain berkelas dengan kesan gelap. Tatapan Melanie pun tertuju pada seorang wanita mengenakan gaun pas badan berwarna coklat itu berjalan menghampirinya. Wanita itu terlihat begitu cantik dan terkesan glamor. Dengan gaun indah berbahan brokat serta rambut hitam panjang lurus membuat wanita itu seperti seorang dewi.

“Ada apa ini, Drew?” tanya wanita itu mengamati Melanie dengan tatapan penuh selidik.

“Maaf mengganggumu, Madam Veronique. Tapi gadis ini mengatakan ingin menjual tubuhnya agar bisa mendapatkan uang.” Jelas pria itu.

Veronique mengulurkan tangannya untuk menyentuh rambut panjang Melanie. “Jadi kau membutuhkan uang, Sayangku?”

Melanie menganggukkan kepalanya. “Ya, Madam Veronique. Apakah kau bisa membantuku mendapatkan uang dalam jumlah yang besar?”

“Uang dalam jumlah yang besar? Sepertinya kau terlibat masalah besar, Sayangku. Tapi aku akan membantumu mendapatkan penawaran terbaik. Apa kau masih perawan?” tanya Veronique begitu frontal.

“Jika yang kau maksud perawan adalah aku tidak berhubungan intim dengan pria maka jawabannya ya.”

Seketika Veronique tersenyum mendengar jawaban Melanie. “Aku akan memberitahumu, Sayangku. Jika kau memang terbukti perawan, kau bisa mendapatkan penawaran mencapai lima ratus ribu Franc Swiss.”

Seketika mata Melanie melotot mendengar jumlah uang yang disebutkan oleh Veronique. “Li-lima ratus ribu Franc Swiss?” Jelas jumlah itu bisa membuat Melanie membayar hutang Sonja dan masih memiliki sisa.

Veronique menganggukkan kepalanya. “Benar, Sayangku. Jadi kau mau melakukannya?”

“Ya, aku mau melakukannya.” Melanie tidak ragu menjawab pertanyaan Veronique. Dia membutuhkan uang itu segera.

“Baguslah. Kalau begitu kau ikut dengan Drew. Dia akan mengantarkanmu ke dokter untuk memeriksa apakah kau benar-benar perawan.” Ucap Veronique kemudian berbalik kembali menuju meja kerjanya.

Melanie pun mengikuti Drew keluar dari ruangan Veronique. Pria itu akan mengantarkannya menuju dokter.

* * * * *

Setelah dokter menyatakan Melanie memang benar-benar perawan, Drew langsung mengantarkan Melanie kepada beberapa orang yang bertanggung jawab dengan penampilan gadis itu.

Hari sudah berubah gelap ketika Melanie baru saja selesai didandani. Gadis itu melangkah masuk ke dalam ruangan Aline membuat sang Madam terpesona dengan penampilan Melanie. Gadis itu mengenakan gaun berwarna biru muda yang semakin menonjolkan warna mata gadis itu. Bentuk gaun yang pas badan memperlihatkan tubuh Melanie yang sangat indah. Terutama dengan belahan dada gaun itu yang terlalu turun membuat payudara Melanie yang kencang mengintip dibaliknya. Wajah Melanie pun sudah dirias, Membuat gadis itu terlihat lebih dewasa. Rambut coklatnya yang lurus dibuat bergelombang membuat siapapun yang melihatnya akan terpesona.

“Kau sangat menakjubkan, Melanie Sayang. Kau terlihat seperti kado yang cantik.” Puji Aline.

Melanie tidak tahu apakah dia harus berterimakasih. Karena dia sendiri merasa begitu rishi mengenakan gaun yang terbuka itu. Setelah banyak orang merundungnya karena ibunya adalah bintang porno terkenal, Melanie merasa takut untuk memperlihatkan tubuhnya. Karena itu dia memilih mengenakan pakaian-pakaian yang sangat tertutup. 

“Aku sudah mendapatkan tawaran tertinggi. Seperti kataku, lima ratus Franc Swiss. Drew akan membawamu ke hotel The Dolder Grand. Di sana kau akan bertemu dengan klien pertamamu.”

Melanie tidak bisa mengatakan apapun selain menganggukkan kepalanya. Akhirnya dia berbalik meninggalkan ruangan Aline untuk pergi bersama Drew menuju hotel The Dolder Grand, salah satu hotel termewah di Zürich.

Saat berada di dalam mobil di mana Drew yang mengendarai, Melanie merasa begitu ketakutan. Dia pun memikirkan klien pertamanya seperti apa. Gadis itu takut jika nanti dia harus melayani seorang pria tua dengan perut besarnya. Atau mungkin pria menakutkan yang sudah menyiksa kaum perempuan. Jelas semua bayangan itu membuat Melanie tidak tenang dalam perjalanannya.

Hingga akhirnya mereka sampai di hotel yang terletak di jalan Kurhaus. Setelah Drew memarkirkan mobilnya, dia meminta Melanie untuk turun dari mobil. Mereka bersama menuju lift dan menaiki benda itu untuk mencapai lantai yang sudah diberitahu oleh Aline.

“Miss Schumacher, aku tahu kau sangat gugup. Karena ini pertama kalinya untukmu. Aku hanya bisa memberi saran kau jangan melawan klien kita. Apapun yang dia lakukan padamu, jangan pernah membalasnya. Karena jika kau melakukannya, Madam Aline akan mengurangi jumlah uang yang dibayarkan. Selain itu tubuhmu akan merasa sakit jika kau melawan.” Saran Drew.

Meskipun itu saran yang kejam, Melanie tahu Drew bersimpati padanya sehingga memberikan saran itu. Gadis itu pun tersenyum pada pria itu. “Terimakasih untuk saranmu, Drew.”

Setelah pintu lift terbuka Drew melangkah keluar dan diikuti oleh Melanie. Pria itu membaca nomor kamar untuk mencari nomor kamar yang diberitahu oleh Aline. Setelah menemukannya, pria itu berhenti bersama dengan Melanie.

“Ini adalah kamarnya. Aku akan meninggalkanmu. Kupikir karena kau membutuhkan uang kau tidak akan kabur, bukan?”

Melanie menggelengkan kepalanya. “Tidak. Aku tidak akan kabur.”

“Baguslah. Kuharap kau baik-baik saja.”

Melanie memaksakan diri tersenyum. “Terimakasih, Drew.”

Akhirnya pria itu pergi meninggalkan Melanie. Gadis itu menatap pintu di hadapannya dengan sangat gugup. Bahkan ketika tangannya terulur untuk mengetuknya, tangan gadis itu terlihat gemetar. Setelah mengetuk pintu itu dia bisa mendengar suara pria untuk menunggunya. Mendengar suaranya Melanie yakin itu bukanlah suara pria tua. Hingga akhirnya gadis itu bisa mendengar suara langkah kaki mendekat sebelum akhirnya pintu itu terbuka. Namun saat melihat pria yang berdiri di hadapannya, nafas gadis itu tercekat.

“Kita berjumpa lagi, Melanie.”

* * * * *

Marrygoldie

Yang tidak mengerti panggilannya Marry jelaskan ya. Di Swiss menggunakan bahasa Jerman. Jadi panggilan asing di atas menggunakan bahasa Jerman. Vater : Ayah Muther : ibu Sudah bisa tebak siapa yang ketemu sama Melanie?

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status