Vania dan Tia sudah melakukan tes urin untuk memastikan, kedua wanita cantik itu mengkonsumsi obat terlarang atau tidak. Saat ini mereka sedang menunggu hasil dari pihak medis.Jantung Vania berdegup kencang, ia menggenggam tangan Alex dengan erat, wanita cantik itu benar-benar takut, jika dirinya benar-benar positif dan harus menekan di balik jeruji besi. Ia sudah bisa membayangkan bagaimana menderitanya di dalam sana."Abang, Vania takut" ucapnya kepada Alex."Tenang ya sayang. Kamu tidak perlu takut, jika kamu dan Tia tidak ada mengkonsumsi obat terlarang seperti yang dikatakan polisi" sahut Alex untuk menenangkan hati Vania."Begini pak, hasil tesnya sudah ke luar dan salah satu hasil tesnya positif. Itu artinya diantara kedua putri bapak ada yang menggunakan obat terlarang" ucap kepala kepolisian kepada Alex. Polisi berpikir kalau Vania dan Tia adalah putri Alex."Bagaimana mungkin pak ? Putri dan calon istriku tidak mungkin melakukannya" bantah Alex. Ia yakin dan percaya, kalau
Setelah Tia dipindahkan ke ruang inap, dokter meminta Alex untuk mengikutinya ke ruangan khusus dokter."Silahkan duduk pak ?" Ucap dokter, untuk mempersilahkan Alex duduk di kursi yang ada di hadapannya."Apa ada hal yang serius dengan putriku dokter ?" Tanya Alex.Sebelum membuka mulut, dokter pria itu menghela napasnya dengan kasar "seperti yang saya katakan waktu dulu pak. Kedua ginjal putri bapak bermasalah. Untuk kali ini kita tidak bisa bantu dengan obat, tetapi kita harus mencari pendonor ginjal untuk putri bapak" ucapnya.Ucapan dokter itu membuat kepala Alex terasa pusing "ambil saja ginjal saya dokter" ucapnya. Apapun akan ia lakukan demi keselamatan putri semata wayangnya. Bukan hanya Alex yang bersikap seperti itu. Semua ayah dan ibu di dunia ini, pasti melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Alex."Kita sebaiknya mencari pendonor ginjal yang seusia dengan putri bapak, atau yang satu jenis kelamin. Yaitu sesama wanita. Itu akan lebih baik pak" jawab dokter. Tentu ha
Sebenarnya Vania tidak tega, karena ia tahu kalau Alex pasti kecewa dan kesal. Tetapi demi kebaikan ! Vania terpaksa melakukannya, Vania sudah siap, jika Alex marah kepadanya saat mereka bertemu nanti.Hari ini, adalah hari ke 5 setelah Tia dioperasi. Di mana hari ini ia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, sementara Vania belum bisa, karena kondisi Vania semakin drop. Ia merasa sering pusing dan merasa ngilu di bagian bekas operasinya. Hal itu membuat dokter belum mengizinkannya untuk pulang. Tetapi semua biayanya rumah sakit sudah dibayar oleh Alex.Selama 5 hari ini, Alex selalu menghubunginya dan bertanya kapan ia kembali ke Jakarta. Tetapi Vania tidak pernah memberikan kepastian kapan ia kembali ke Jakarta, Vania selalu berkata, ia akan segera pulang jika urusannya sudah selesai. Hal itu dikarenakan kondisinya yang belum stabil.................Saat Tia tiba di kediaman Winata ! Para kerabat dan rekan kerja Alex sudah menyambut kedatangannya. Mereka memberikan selamat kepada
Alex menyandarkan kedua telapak tangan di kaca. Butiran bening menetes dari kedua bola mata indahnya sambil melihat Vania yang terpasang alat-alat di seluruh tubuhnya. Ia tidak menyangka kalau wanita cantik itulah yang sudah mengorbankan hidupnya demi Tia. Sungguh ia sangat beruntung bertemu dengan Vania dan menjadikannya sebagai kekasih. Walaupun Vania masih berusia 20 tahun dan tergolong muda ! Tetapi sikapnya sudah seperti orang dewasa, bahkan bisa dikatakan kalau usianya tidak sebanding dengan sifatnya.Alex memutar tubuh, setelah merasakan seseorang menyentuh pundaknya "mama" ucapnya."Iya sayang. Mama mengerti apa yang kamu rasakan saat ini" sahut Felicia. Ia mengelus lengan Alex untuk memberikan sedikit kenyamanan."Aku tidak menyangka kalau Vania akan melakukan ini" ucap Alex. Ia menjatuhkan bokongnya di atas kursi besi yang ada di depan ruangan ICU."Mama sudah menduga ini sejak awal, itu sebabnya mama tidak mengatakan yang sebenarnya kepada Vania. Hal ini lah yang mama takut
Satu bulan telah berlalu. Vania sudah benar-benar pulih, bahkan ia sudah masuk kuliah sejak dua Minggu yang lalu. Hubungannya dengan Alex sudah semakin erat karena sudah mendapat restu dan lampu hijau dari Tia. Ia juga sudah sering menginap di kediaman Winata bersama Tia. Mereka sudah akrab dan terlihat seperti sahabat dekat. Bahkan di kampus, mereka selalu bersama. Tia yang dulu merasa berkuasa dan sesuka hati terhadap mahasiswa di sana ! Kini berubah menjadi ramah dan baik, ia mengikuti jejak Vania yang rendah hati dan dermawan.Hari ini semua keluarga Winata sedang berkumpul di ruang keluarga, karena Alex dan Vania akan berangkat ke desa Gunung Raya. Yaitu desa kelahiran Vania."Hati-hati di jalan ya sayang" ucap Felicia kepada Vania. Begitu juga dengan Tia."Hati-hati di jalan mommy. Cepat kembali ya ?" Ucap Tia. Ia memeluk Vania dan mencium kedua pipinya. Semenjak Vania kembali dari rumah sakit satu bulan yang lalu ! Tia sudah memanggil Vania mommy."Iya, aku pasti cepat kembali"
Tok....tok....tok... Suara ketukan pintu membangunkan Vania dari tidurnya. Ia membuka mata dengan malas, lalu menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, ia melangkah untuk membuka pintu.Setelah pintu terbuka ! Vania refleks menutupnya kembali, karena yang ada di depan pintu adalah Alex. Untuk saat ini, ia belum bisa menatap dan melihat wajah pria tampan itu."Vania, bukan pintunya sayang. Jangan menghindar terus dariku" bujuk Alex dengan lembut sambil menekan gagang pintu.Vania hanya diam, ia menyandarkan tubuhnya di balik pintu sambil meneteskan air mata. Sebenarnya ia tidak tega memperlakukan Alex seperti ini. Tetapi demi menjaga hubungannya dengan Susan ! Vania terpaksa melakukannya."Vania, ini ibu. Buka pintunya sayang. Ibu dan Dita sudah menyiapkan sarapan" kali ini Susan yang mengetuk pintu.Sebelum membuka pintu ! Vania terlebih dahulu mengusap air matanya dan memoles sedikit makeup, agar wajahnya terlihat ceria dan tidak pucat. Vania melangkah menuju meja makan tanpa mel
Sebelum masuk ke dalam apartemen ! Vania mencium tangan Susan dan Alex. Ia menguatkan diri untuk menjabat tangan pria tampan itu. Dulu Vania, selalu ingin di genggam oleh Alex. Tetapi saat ini, tangan Vania terasa berat untuk menyentuhnya."Dada" ucap Susan kepada Vania dan Dita sambil melambaikan tangan dari dalam mobil. Dan di balas lambaian dari kedua wanita cantik itu."Wah, rumah kakak luas. Televisi besar, sofanya empuk" ucap Dita saat masuk ke dalam apartemen milik Vania. Ia begitu kagum melihat isi dalam ruangan itu. Sama halnya dengan Vania saat pertama kali masuk ke sana.Vania tersenyum melihat Dita yang begitu heboh melihat furniture isi apartemennya. Ia teringat akan dirinya saat pertama kali di bawa Alex ke sana. "Sekarang kamar kamu yang ini ?" Vania membuka pintu kamar yang terletak di samping kamarnya."Wah, ini luas sekali, jauh beda dengan kamarku yang di desa. Ini ada televisinya, ada kulkas, ada sofa, lemari, tempat tidurnya besar dan empuk. Jauh berbeda dengan t
"Abang jangan lakukan itu" ucap Vania sambil memeluk erat Alex dari belakang. Ia menumpahkan air matanya di punggung pria tampan itu. Vania tidak mau jika Alex menceraikan Susan hanya karena dirinya. Ia juga tidak mau jika Alex meninggalkan kota ini.,Alex tersenyum sebelum memutar tubuhnya menghadap Vania. Ia berhasil membuat Vania takut akan kehilangan dirinya "aku mencintaimu Vania" ucapnya dengan lembut sambil kedua ibu jari tangannya mengusap air mata yang menetes di pipi mulus Vania."Hm..." Jawab Vania bersama anggukannya.Alex mengangkat tubuh Vania dengan gaya bridal style, ia membaringkan Vania dengan lembut di atas tempat tidur, lalu membuka satu persatu kancing baju piyama Vania, hingga menyisakan bra dan benda berbentuk segitiga untuk menutupi area sensitif Vania."Jangan abang" tolak Vania dengan lembut saat Alex berusaha membuka pengait besi yang ada di ujung bra milik Vania."Sayang, seorang istri tidak boleh menolak suaminya" bisik Alex dengan nada yang tidak kalah le