Sementara di perusahaan Winata Grup. Alex sedang berkumpul dengan geng KUDAJIR yaitu Kumpulan Daddy Tajir.
"Lex, kamu sampai kapan hidup sendiri seperti ini ?" Tanya Andrian Mahendra, sahabat Alex sejak kecil. Memiliki perusahaan sama sepertinya.
"Iya, benar itu" timpal Biyan.
"Aku belum terpikir untuk mencari pengganti Santi" jawab Alex
"Belum terpikir atau yang itu enggak hidup lagi" canda Andrian sambil memayungkan bibirnya ke arah bawa pusat Alex
"Sembarangan lu ?" Protes Alex
"Aku juga berpikir seperti itu. Sedangkan kita yang masih punya istri tetap aja ingin coba yang lain" timpal Biyan
"Kalian berdua kan beda denganku" jawab Alex dengan santai.
"Ya jelas beda lah bro. Punya kami masih hidup dan norma. Kalau punya kamu mah, perlu diragukan" cibir Biyan.
"Ih....kalian benar-benar" geram Alex
"Kalau memang punya kamu masih hidup dan norma ! Coba buktikan" tantang Andrian
"Besok-besok, tunggu waktu yang tepat" sahut Alex
"Hahahaha" Andrian dan Biyan terawat terbahak-bahak. Mereka sengaja membuat Alex kesal. Sebab mereka sudah merasa kasihan melihat Alex hidup sendiri selama 10 tahun ini. Sahabatnya itu masih berlarut dalam duka, ia terlalu mencintai istrinya Santi yang sudah dinyatakan tiada saat kecelakaan 10 tahun yang lalu.
"Sana, balik ke kantor masing-masing. Aku lagi sibuk" ucap Alex sambil mendorong kedua sahabatnya itu ke pintu.
"Dada Alex. Aku sarankan agar kamu segera berobat ke dokter kelamin" cibir Biyan yang membuat Alex semakin kesal.
"Aku lempar pakai sepatu baru tahu rasa" ancam Alex sambil berpura-pura ingin membuka sepatunya.
Hahaha kedua sahabatnya itu tertawa sambil berlari menuju lift.
"Dasar, tukang selingkuh" ucap Alex sambil menutup pintu ruangannya.
.............Dua bulan telah berlalu, di mana semua pekerjaan Vania berjalan dengan baik, ia juga sudah memiliki banyak teman. Hanya saja dia selalu terhina saat di kampus. Tetapi hal itu tidak lagi membuat Vania merasa sedih, ia sudah terbiasa dengan hinaan, cibiran dari Tia dan teman-temannya.Sat ini Vania sedang duduk termenung di bangkunya, hingga ia tidak menyadari kalau Regina sudah dua kali memanggil namanya.
"Vania...." Panggil Regina tepat di telinga Vania sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
"Hm..UM.." sahut Vania karena terkejut. Telepon yang ia terima tadi pagi, membuat pikirannya penuh hingga tidak bisa berfungsi lagi.
"Kamu kenapa Vania ?" Tanya Regina.
"UM... Aku tidak apa-apa" jawab Vania. Walaupun ia sudah dua bulan ini bersahabat dengan Regina, tetapi Vania belum pernah menceritakan tentang keluarganya, apa lagi tentang adiknya Dita. Menurut Vania masalah keluarga itu tidak baik diceritakan kepada semua orang. Sebab sifat orang berbeda-beda, ada yang bahagia mendengar penderitaan kita ada juga yang ikut bersedih. Vania hanya menceritakan tentang kisah hidupnya kepada Siska dan Rati sang ibu kost. Karena menurut Vania kedua wanita itu sangat tulus berteman dengannya.
"Vani, kamu tidak usah berusaha menutupinya. Aku tahu kalau kamu saat ini sedang ada masalah atau sedang mengalami masa sulit" todong Regina. Ia sudah sangat mengenal sifat Vania walaupun mereka baru berteman selama dua bulan.
"Tidak ada Regina. Aku hanya sedikit lelah. Mungkin karena bekerja setiap malam" dalih Vania ia masih berusaha menghindar walaupun Regina sudah bisa menebaknya.
"Baiklah, tapi ! Kalau kamu butuh bantuan, katakan padaku"
"Iya, iya, bawel" sahut Vania.
Vania dengan cepat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dosen kepadanya, ia buru-buru untuk pulang karena ada hal penting yang harus ia cari. Tanpa pamit kepada Regina, ia langsung meninggalkan ruangan, berlari menuju gerbang dan menaiki ojek yang ada di depan kampusnya.
Setelah tiba di depan kost, ia melihat mobil sport berwarna hitam. Milik siapa lagi kalau bukan milik om Alex. Vania buru-buru masuk ke dalam kamarnya tanpa menyapa orang yang ada di ruang tamu.
Siska mengerutkan kening dan memutar matanya untuk melihat benda bulat yang melingkar di tembok. "Ini kan baru jam 12, kenapa Vania sudah pulang dari kampus ?" Ucap Siska setelah melihat benda bulat itu menunjuk angka 12
"Iya, enggak biasanya" timpal Rati sang ibu kost. Sementara Alex bersikap biasa saja, ia fokus menatap dan memainkan ponsel pintarnya. Tetapi sebenarnya ia penasaran dengan Vania, hanya saja dia malu.
"Coba aku ke kamarnya dulu" ucap Siska sambil bangkit dari sofa, ia melangkah menuju kamar Vania
Tok...tok....tok... Siska mengetuk pinta kamar Vania.
"Ia sebentar" suara lembut Vania dari dalam kamar
Cek...lek... Suara pintu terbuka
"Eh...Siska" ucap Vania saat membuka pintu dan melihat Siska berdiri di sana. "Ayo masuk" lanjutnya
Siska langsung masuk dan duduk di atas tempat tidur Vania yang berukuran 90 kali 200 senti meter itu. "Vani, kamu kenapa ?" Tanya Siska.
Vania langsung meneteskan air mata lalu duduk di samping Siska, bibirnya terasa sulit untuk ia buka.
"Kamu kenapa ? Apa Tia menghukum kamu lagi ?" Tanya Siska. Ia berpikir kalau Vania mendapat perlakuan kasar lagi dari Tia.
Vania menggelengkan kepalanya "tidak Sis" ucapnya
"Terus kenapa ?" Desak Siska
"Adikku Dita sedang kritis di rumah sakit Sis" ucap Vania di sela-sela tangisannya.
"Ya ampun. Apa telepon tadi pagi adalah dari ibumu ?" Tanya Siska. Ia sempat melihat Vania bicara dengan seseorang melalui telepon. Tetapi ia tidak mendengar apa yang dibicarakan Vania, sebab ia langsung masuk ke kamar mandi yang ada di dapur.
"Hm..." Sahut singkat Vania sambil menganggukkan kepala.
"Coba kamu hubungi ibumu, tanya bagaimana keadaan Dita saat ini" Siska menyodorkan ponsel miliknya kepada Vania.
Dengan tangan gemetar, Vania menekan angka yang ada di layar ponsel itu.
Tu...tu...tu... Suara panggilan masuk
"Hallo" suara serak dari seberang sana.
"Hallo ibu, ini aku Vania" sahutnya
"Iya sayang"
"Ibu bagaimana keadaan Dita ?" Tanya Vania sambil berurai air mata
"Keadaannya sudah lebih baik dari yang tadi. Tapi dokter menyarankan agar Dita secepatnya dioperasi"
"Katakan saja kepada dokternya agar Dita segera dioperasi buk" sahut Vania
"Biaya operasi adik kamu sungguh besar sayang, ibu tidak memiliki uang sebanyak itu"
"Berapa kata dokter buk ?" Tanya Vania
"Untuk biaya operasi saja 350 juta sayang, itu belum masuk biaya rawat inap" sahut dari seberang sana.
Vania menelan salivanya dengan kasar. Jangankan untuk memiliki uang 350 juta. Melihatnya saja Vania belum pernah. Ia hanya pernah menyentuh uang 2 juta, itu pun karena dia bekerja di kafe Permata dan uang itu selalu ia kirim ke kampung untuk biaya pengobatan adiknya Dita. Vania bisa makan dan memiliki uang, itu semua karena Alex memberikan mereka jatah mingguan.
"Tiga ratus lima puluh juta" ucap Vania
"Iya sayang" sahut ibunya
"Aku akan berusaha untuk mencari pinjaman. Ibu tolong urus Dita dengan baik" mohon Vania. Ia sangat sayang kepada adiknya itu. Ia rela melakukan apapun demi kesembuhan Dita.
"Iya sayang" sahut dari seberang sana.
"Saya tutup teleponnya dulu ya buk ? Jaga dirimu baik-baik" ucap Vania sebelum memutuskan sambungan teleponnya.
"Vani, kamu yang sabar ya ?" Ucap Siska sambil mengelus lengan Vania. Ia merasa kasihan kepada sahabatnya itu. Andaikan dia memiliki uang, ia pasti meminjamkannya kepada Vania. Tapi apalah daya, ia juga anak dari keluarga yang sederhana.
"Iya Sis. Tapi tolong jangan bicarakan ini kepada orang lain. Cukup kita berdua saja yang tahu" mohon Vania kepada Siska.
"Iya, kamu tenang saja, aku tidak akan pernah membuka rahasia tentang keluargamu" sahut Siska "terus apa yang harus kamu lakukan ?" Lanjutnya
"Aku akan mencoba cari pinjaman dari pak Ferdy" jawab Vania. Hanya itu jalan satu-satunya yang ada dalam pikirannya.
"Jangan" larang Siska
"Kenapa Sis ?" Tanya Vania
"Tidak apa-apa, tapi kalau aku sarankan, jangan meminjam kepada Ferdy"
"Terus aku harus meminjam sama siapa ?" Tanya Vania.
"Sebelum kita dapat pinjaman. Kamu pakai uangku dulu. Aku masih memiliki uang tabungan, mungkin masih ada 10 juta lagi. Berikan itu kepada ibumu untuk biaya pengobatan Dita" tawar Siska. Ia benar-benar tulus untuk membantu dan memberikan uang yang ia miliki kepada Vania.
"Tidak Sis, jika aku memakai semuanya ! Terus apa uang kamu" tolak Vania. Ia tidak tega untuk menerima semua uang Siska.
"Kamu jangan pikirkan itu, dua hari lagi aku sudah menerima gaji dari tempat kerjaku. Itu sudah cukup untukku"
"Sis...." Panggil Vania sambil memeluk Siska. Ia menumpahkan air mata di pundak sahabatnya itu. Vania tidak pernah berpikir akan memiliki teman sebaik Siska.
*****Dua hari telah berlalu, Vania belum juga mendapatkan uang untuk biaya operasi Dita. Ia sudah mencoba meminjam kepada Ferdy sang bosnya di kafe. Tetapi Ferdy justru meminta imbalan darinya, yaitu menikah sirih dengannya. Tentu saja Vania menolak permintaan Ferdy. Di saat itu juga ia sadar, kenapa Siska melarangnya untuk meminta bantuan kepada Ferdy.Vania mondar-mandir di kamarnya, ia sudah tidak tahu lagi dari mana bisa mendapatkan uang. Ia sudah mencoba untuk melamar sebagai pelayan di rumah orang kaya. Banyak yang menerimanya bekerja, tapi tidak satupun yang mau meminjamkan uang dengan jumlah sebanyak yang ia minta.Jalan satu-satunya, ia harus meminta bantu kepada Regina. Vania keluar dari kamarnya dan melangkah menuju dapur untuk mencari Rati sang ibu kost. "Selamat pagi buk" sapa Vania"Pagi Vania" sahut Rati"Buk, aku boleh pinjam ponselnya sekali lagi" ucap Vania ragu-ragu.Rati menghentikan gerakan tangannya yang memotong kentan
Dua hari telah berlalu, Vania belum memberikan jawaban kepada Regina, sementara dokter yang menangani Dita sudah berkali-kali menghubunginya, menanyakan kapan Dita akan dioperasi. Dokter selalu mendesak Vania karena Dita saat ini sedang kritis. Anak malang itu sudah dua kali kritis dalam satu Minggu ini.Vania meraih ponsel dari atas meja belajarnya, lalu menghubungi Regina. Ia mengatakan kalau dia bersedia menjadi sugar baby. Walaupun Vania belum mengerti apa itu sugar baby, tetapi keputusannya sudah bulan.Setelah sambungan teleponnya terputus, Regina mencoba menghubungi Daddynya.Tu...tu...tu.... "Ayo angkat dong sayang" ucap Regina. Sudah tida kali ia menghubungi Andrian tetapi tidak satupun yang terhubung. Dengan rasa tidak sabar, Regina meraih kunci mobil dari atas meja rias, lalu pergi ke kafe di mana biasanya kumpulan Daddy Tajir itu biara nongkrong.Benar saja, saat tiba di sana, ia sudah melihat mobil Andrian dan Alex ada di parkiran kafe. Sebel
Jantung Vania semakin berdegup kencang saat mereka tiba di parkiran kafe. Ia begitu sulit untuk melangkahkan kakinya, bahkan Regina samapi mendorongnya dengan lembut agar kakinya melangkah masuk ke dalam ruangan khusus yang sudah di booking tadi pagi.Mata Vania menyapu seluruh ruangan yang cukup luas itu, ia penasaran seperti apa wujud calon sugar Daddynya. Tetapi tiba-tiba keningnya mengerut karena di ruangan itu tidak ada siapa-siapa."Re, mana orangnya ?" Tanya Vania kepada Regina."Ih....sudah enggak sabar lagi ya ?" Cibir Regina"Bukan, bukan begitu" bantah Vania"Terus ?""Aku hanya bertanya saja, enggak ada maksud lain" jawab Vania"Oke deh, enggak usah cemberut gitu dong ! Aku hanya bercanda Vania. Aku juga ingin secepatnya bertemu dengan mereka, agar kamu bisa segera menerima uangnya" bujuk Regina. Ia tahu kalau Vania buru-buru ingin bertemu dengan sugar Daddynya karena ingin mendapatkan uang."Emang, uang
Satu bulan telah berlalu, Vania masih tinggal di kost Ikatan Hati. Ia juga jarang bertemu dengan Alex, karena pria tampan itu datang ke kost Ikatan Hati saat ia masih di kampus. Tetapi saat ini Vania sedang bersiap-siap untuk bertemu dengan Alex di sebuah tempat."Vania, kamu mau ke mana ?" Tanya Siska saat Vania keluar dari kamar."Aku ada tugas kampus Sis" jawab Vania dengan berbohong. Tentu saja dia berbohong, karena tidak mungkin ia mengatakannya kepada Siska kalau ia ingin bertemu dengan Alex."Ow, kamu pergi dengan siapa ?" Tanya Siska. Ia berniat ingin mengantar Vania."Aku dijemput Regina Sis" jawab Vania."Oh, baiklah. Jika kamu butuh bantuan hubungi aku ya?" Ucap Siska."Baik sahabatku. Kalau begitu aku pergi dulu. Sepertinya Regina sudah datang" setelah berpamitan kepada Siska dan Rati sang ibu kost, Vania melangkah menghampiri Regina yang sudah menunggu di parkiran.Sepanjang perjalanan menuju tempat di mana Alex menunggun
Tepat pukul 5 sore, Vania sudah selesai mandi. Saat ini ia sedang berdiri di balkon sambil mengeringkan rambut dengan handuk."AW..." Jerit Vania saat tangan kekar tiba-tiba melingkarkan di pinggangnya dari belakang."Kamu sudah mandi Vania" bisik Alex tepat di telinga Vania.Vania memutar tubuhnya, matanya membulat melihat Alex, jantungnya berdegup tidak menentu, darahnya mengalir kencang seperti sengatan listrik, seluruh tubuhnya tiba-tiba gemetar. "O..o..om, kenapa bisa masuk ?" Ucap Vania dengan gugup sambil berusaha melepaskan tangan Alex dari pinggangnya.Alex meraih sesuatu dari saku celananya "om punya satu kuncinya. Jadi om bisa masuk kapan saja" ucap Alex sambil menunjukkan kunci yang berbentuk kartu ATM itu."Oh..." Sahut Vania dengan tersenyum."Maaf karena aku sudah memelukmu tanpa meminta izin" ucap Alex. Ia merasa bersalah karena sudah memeluk VaniaHehehehe Vania terkekeh "tidak apa-apa om" ucap Vania sambil ters
Sinar matahari yang menembus masuk ke dalam kamar melalui kaca jendela, membangun Vania dari mimpi indahnya. Ia sudah membuka mata, lalu menutupnya kembali saat mengigat kalau hari ini adalah hari Sabtu, yang artinya ia tidak masuk kampus. Tetapi saat ia menyadari kalau ranjang yang ia tiduri saat ini terasa empuk dan jauh berbeda dengan tempat tidur yang biasa ia pakai di kost ! Vania kembali membuka matanya. Ia refleks bangkit dari ranjang "kenapa aku bisa ada di sini ? Bukannya aku tadi malam tidur di sofa" ucap Vania. Ia menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang lalu ke luar dari kamar. Langkahnya terhenti saat bola mata indahnya melihat Alex tertidur di atas sofa. "Om Alex benar-benar tampan ya ? Dia masih terlihat muda, padahal kata Siska, anak om Alex sudah seusiaku" ucap Vania kepada dirinya sendiri. Ia begitu mengangumi ketampanan pria yang sedang tertidur di sofa itu. Vania kembali masuk ke dalam kamar, ia meraih selimut lalu membawanya ke lu
Jantung Vania mulai berdegup tidak menentu setelah Regina dan Andrian pergi. Ia melihat benda bulat yang tergantung rapi di dinding menunjukkan pukul 10 malam. Vania berdoa dalam hati semoga Alex tidak akan masuk ke dalam kamar. Tetapi doa Vania tidak dikabulkan oleh yang kuasa, justru ia belum selesai berdoa, Alex sudah muncul dari balik pintu."Kamu belum tidur?" Sapa Alex"Belum om, ini mau tidur" jawab Vania. Ia naik ke atas ranjang dan membaringkan tubuhnya di sisi ranjang de
Pagi ini Alex kedatangan tamu di kantornya, tamu yang datang saat ini adalah tamu yang akan meluluhlantakkan hati Alex, siapa lagi kalau bukan sahabat dekatnya yaitu Andrian dan Biyan.Kedua pria tampan itu datang menemui Alex ke kantornya pagi-pagi sekali. Bahkan mereka terlebih dahulu sampai di kantor dari pada Alex.Saat Alex membuka pintu ruangannya, ia begitu terkejut melihat kedua sahabatnya sudah duduk santai di atas sofa sambil menikmati cemilan dan minuman."Kenapa kalian ada di sini ?" Tanya Alex sambil melangkah menuju meja kerajaannya"Ada hal penting yang ingin kami bicarakan dengan kamu Lex" sahut Andrian"Benarkah ? Sepenting itu kan ?" Sahut Alex dengan nada yang bercanda. Ia tahu kalau kedua temannya ini, tidak pernah serius dalam bicara. Apa lagi Andrian, sahabatnya yang satu ini pasti akan membahas tentang wanita setiap kali datang ke kantornya."Ini serius Lex" jawab Biyan. Kali ini Biyan yang membuka mulut untuk menyakin