Arman gelisah kala foto dirinya sudah sering ditampilkan di layar televisi. Arman takut jika ada salah satu warga yang mengenalinya meski dia memakai kumis untuk menyamar. "Aku harus memulai hidup baru." sejak kejadian penculikan, Arman seketika membuang ponselnya ke sungai dan membeli pomsel baru untuk meninggalkan jejak. Kini ditatapnya mobil yang selama ini menjadi kendaraan pribadinya. Arman segera keluar dan membawa mobil itu ke sebuah showroom mobil yang berada jauh dari kampung yang dia tinggali sekarang. Semua dia lakukan dengan tujuan meninggalkan jejak. Penjualan mobil hari ini pun lancar, Arman pulang ke rumah kontrakannya dengan naik angkot. Sesampai di kampungnya, Arman membeli sebuah sepeda motor dari salah seorang warga yang kebetulan sedang butuh uang. Arman dengan senang hati membelinya karena tanpa mengurus surat menyurat. Arman merasa dirinya sudah terbebas dari kejaran polisi. Tok tok tokSeseorang mengetuk pintu rumah kontrakan Arman. Dia segera membuka pintu d
Tepat di hari minggu adalah waktu yang digunakan Bara dan keliarganya untuk membuka Cafe. Banyak promo yang diberikan lepada pelaggan saat pembukaan Cafe. Anak muda sangat antusias sekali ketika melihat promosi yang dibuat oleh Rani. Mulai dari design yang unik dan menu - menu yang murah.Hari pertama banyak sekali pelanggan yang berdatangan hingga Amanda dan keluarga Bara dibuat sibuk dengan melayani pesanan pelanggan."Mand, minum dulu." Bara memberikan segelas jus jeruk kepada Amanda. Amanda menerimanya dan meneguknya hingga tandas."Hai Mand," Faris datang dengan sekuntum mawar merah untuk Amanda. Amanda menatap bunga mawar yang dibawanya dan menjadi kebiasaan Faris ketika menemui Amanda. Hati Bara kembali teriris ketika Faris datang membawa bunga untuk Amanda."Kak Faris, ini bunga untukku kan?" Rani meraih bunga mawar yang ada di tangan Faris. Bara yakin jika Rani sengaja untuk menyingkirkan bunga itu. "Ah! iya kelinci kecilku, bagus kan?" Faris beralih menatap bunga yang harus
Ting nungPagi ini Bu Ratna dikejutkan dengan kepulangan Naya. Bu Ratna menyambutnya dengan perasaan tenang ketika Naya pulang dalam keadaan selamat."Nay, Ibu khawatir banget sama kamu. Apalagi Kakakmu yang bodoh itu sudah membuat masalah yang besar." Naya membalas pelukan sang Ibu. "Nay, semalam Yeti kemari. Katanya kamu.."Iya, Bu. Naya pergi, Mas Romi ternyata bukan lelaki setia. Naya pikir akan menjadi yang pertama setelah menyingkirkan Yeti, namun ternyata sebelum Naya berhasil menyingkirkan Yeti, Mas Romi ternyata sudah bermain panas dengan wanita lain di belakang Naya." hati Naya begitu sedih namun berusaha melupakan semuanya. Apalagi hubungannya dengan Miko yang sudah ia jalani semenjak menjadi istri Romi."Bang Arman sudah menghubungi Ibu?" Bu Ratna menggeleng pelan, Selama menjadi buronan, Arman sama sekali belum menghubunginya. Beberapa kali pihak kepolisian datang ke rumah untuk mencari keberadaan Arman. Naya juga ikut memikirkan nasib Arman yang tak kunjung memberi kab
Dari hari kehari Cafe milik Bara semakin ramai. Bukan hanya mahasiswa namun beberapa orang yang bekerja di perusahaan sering mengadakan pertemuan dengan klien di cafe milik Bara. Omset meningkat tajam, ditambah lagi dukungan Amanda dengan membantu mempromosikan Cafe Bara ke beberapa temannya.Bahkan Amanda merekomendasikan teman - temannya untuk menggunakan Cafe Bara sebagai tempat nongkrong paling asik. Amanda juga meminta bantuan kepada Adi untuk membantunya mempromosikan Cafe milik Bara. "Mand, alhamdulillah omset naik drastis. Terimakasih sudah bantu aku." Bara duduk di sampinh Amanda da memberikan segelas es kopi padanya. "Alhamdulillah, sekarang kamu jadi bos. Semoga bentar lagi kamu bisa buka cabang yang lain.""Amin." sahut Amanda. Rani senyum - senyum sendiri ketika melihat Bara berduaan dengan Amanda. Bu Maya sudah mempekerjakan seseorang yang membantunya untuk menyiapkan menu. Rani sengaja tidak melanjutkan kuliah dulu karena sibuk ikut mengurus Cafe milik Kakaknya. Dita
Cafe buka seperti biasa, Bara, Rani dan Bu Maya menyiapkan semua menu yang akan dijual pagi ini. Bara menyimpan semua kegundahan hatinya tadi malam. Hari ini hari minggu jadi Cafe buka satu jam lebih pagi dari biasanya. "Hai, aku mau pesan menu ini." seorang wanita yang semalam datang lebih pagi untuk memesan makanan. Bara sengaja mengindari tatapan wanita itu dan beralih menyiapkan semua yang dipesan oleh wanita itu."Kenalkan, aku Reva." Reva mengulurkan tangannya pada Bara dan Bara terpaksa bersalaman dengan Reva. "Aku Bara." Bara terlihat biasa saja dengan Reva, namun berbeda dengan Reva. Rani tidak suka cara Reva menatap Abangnya. Rani menggantikan Bara di meja kasir dan Bara gegas ke belakang untuk mempersiapkan menu. Reva duduk di meja yang dekat dengan jendela sembari melihat arus lalu lintas. Seseorang tiba - tiba datang menghampirinya sembari membawa amplop untuk Reva."Ini surat cerai kita." Reva tak terkejut dengan kedatangan suaminya yang menggugat cerai Reva. Reva han
Reva yang sudah berada di luar masuk lagi ke dalam Butik Amanda. Kejahilan untuk membuat Amanda cemburu belum membuatnya puas. Kebetulan sekali di tas Reva ada dua buah cokelat merk ternama. "Oh ya, Mand." Amanda gemas sekali ketika Reva ternyata belum pulang dan kembali masuk ke dalam Butiknya. "Ada apa lagi?" Amanda sedikit berkisap ketus pada Reva dan membuat Reva semakin ingin menjahilinya. "Aku suka membahas soal Bara, apalagi bercerita denganmu." Amanda dengan malas mendengarkan Reva bercerita mengenai Bara. Amanda berharap ocehan Reva segera selesai namun ternyata semakin panjang. Hampir satu jam Reva bicara membahas soal Bara. Reva tahu jika Amanda makin sebal dengan ceritanya namun bagaimana lagi, ini memang tujuan Reva. "Ini bibir apa gak keluar busa ya." batin Amanda. "Mand, titip cokelat ini buat Bara ya." Reva mengulurkan dua buah cokelat padanya. Amanda terpaksa memenuhi permintaan Reva. "Huft selesai juga radio rusak." gumam Amanda. "Apa Mand? mau dengerin lagi
Amanda terpaksa mengantarkan cokelat pada Bara meski hatinya sebal sekali pada Reva. Bara melihat mobil Amanda masuk ke parkiran Cafe Bara. Bara mulai bersandiwara cuek padanya. Kebetulan Cafe sudah tutup jadi tidak ada pengunjung. Terlihat Rani dan Bu Maya sedang merapikan kursi yang sempat berantakan."Bar, ada titipan dari Reva." Amanda memberikan cokelat titipan Reva pada Bara, Bara menerimanya dan memakannya tanpa melihat perasaan Amanda. Bara terlihat sangat menikmati cokelat pemberian Reva padanya. "Kalian beneran punya hubungan?" Amanda ingin tahu yang sebenarnya namun Bara tetap asik dengan memakan cokelat pemberian Reva."Mau?" Bara memberi sebuah cokelat untuk Amanda namun tidak tertarik sedikitpun. Amanda justru semakin benci ketika cokelat itu dimakan oleh Bara.Bara tetap melanjutkan makan cokelatnya hingga membuat Amanda bete dicueki Bara. Amanda memilih pergi namun Bara mencekal tangannya."Ada apa, Mand?""Kamu yang kenapa? dari kemarin kamu cueki aku, apa karena sud
Sore ini Faris sengaja menunggu Amanda di lobi tempat kerja Amanda. Faris sudah lama ingin bicara berdua dengan Amanda. Amanda sedikit gugup saat bertemu dengan Faris. Khawatir jika akan menyakiti perasannya."Kak Faris." Faris berbalik dan tersenyum melihat Amanda di depannya."Amanda." "Ada perlu apa, Kak?" "Hanya ingin bertemu saja denganmu." Faris dan Amanda berjalan ke Cafe tepat di sebelah tempat kerja Amanda."Mand, apakah kamu mencintai Bara?" Amanda terkesiap dengan pertanyaan Faris. Antara menjawab jujur atau tidak."Kenapa Kak Faris bertanya seperti itu?""Kakak mengerti apa yang kamu pikirkan, kamu menyukai Bara kan? Kakak mengerti kok, cinta memang tak bisa dipaksakan." Faris mencoba untuk tegar meski hatinya sedang goyah."Iya, Kak. Maafkan Amanda sudah membuat Kakak terluka." Faris hanya tersenyum melihat Amanda tidak berani menatapnya. Faris sadar jika dirinya tidak bisa bersikap egois apalagi sakit yang dideritanya. Faris merasa tidak akan sanggup untuk menjaganya