Share

Chapter 7 : ucapan Emine

   Cansu menatap hampa pantulan dirinya pada cermin yang berada di hadapannya. Penampilan wanita itu saat ini telah benar-benar berubah. Ia tidak lagi mengenakan kemeja bewarna biru dan rok spannya yang kotor. Semuanya telah terganti dengan sebuah gaun mewah berbahan sutra yang membuat wanita itu kesulitan untuk bergerak.

   Cansu memperhatikan setiap detail gaun yang ia kenakan. Gaun bewarna maroon itu benar-benar terlihat seperti pakaian seorang bangsawan. Membuat wanita itu kembali mempertanyakan keberadaannya saat ini.

   Ia kembali mengingat tentang pertengkarannya dengan Dastan beberapa jam yang lalu. Di mana mereka sama-sama dibuat kebingungan dengan kebenaran yang ada.

   "Apa maksudmu? Kau mencoba untuk membodohiku? Nona Cansu, sekarang ini masih tahun 1389. Bagaimana bisa kau mengatakan hal tersebut?"

   Cansu kembali teringat pada apa yang dikatakan oleh Dastan tadi. Pria itu dengan ngototnya mengatakan bahwa mereka berdua tengah berada di tahun 1389. Padahal Cansu benar-benar yakin bahwa ia tengah berada di tahun 2025.

   Namun, melihat dari bagaimana cara pria itu berbicara dengan begitu serius, membuat keyakinan Cansu sedikit goyah. Bahkan sebelumnya, wanita itu sudah bertanya kepada kepala pelayan yang sedang menyisir rambutnya itu.

   "Apa benar ini tahun 1389?"gumam Cansu.

   Emine, selaku kepala pelayan yang tengah menyisir rambut hitam Cansu melirik wanita itu sebelum akhirnya, ia kembali melanjutkan kegiatannya. Wanita paruh baya itu mendengar apa yang dikatakan oleh Cansu walaupun wanita itu menggumamkannya dengan pelan.

   Emine menatap iba pada wanita muda di depannya itu. Walaupun, sebelumnya ia sedikit merasa tidak suka dengan sikap Cansu yang cenderung terlihat aneh. Namun, melihat bagaimana Dastan memarahi wanita muda itu tak urung membuatnya merasa kasihan. Terlebih lagi saat ia melihat Cansu meringkuk ketakutan.

   Rasa iba itu semakin membesar tatkala ia mengetahui bahwa Cansu hanya seorang diri berada di kastil itu. Emine dapat melihat begitu jelas ketakutan sekaligus rasa bingung yang berada di kedua mata wanita itu. Ia sedang begitu ketakutan di dunia asing yang membuatnya bingung. Tidak ada yang bisa menjelaskan apapun kepadanya. Walaupun, sebelumnya Dastan telah berusaha membuatnya mengerti. Namun, sama seperti Cansu sultan muda itu juga tampak bingung dengan apa yang tengah mereka hadapi.

   Emine memang tidak begitu mengerti permasalahan yang dihadapi oleh Cansu dan Dastan. Namun, dari perbincangan Dastan dan Cansu beberapa waktu lalu, membuat wanita paruh baya itu bisa mengambil beberapa kesimpulan.

   Cansu adalah seorang wanita asing yang tidak diketahui identitasnya. Ia terus saja mengucapkan kata-kata yang membuat Dastan merasa kebingungan. Semua hal yang diucapkan oleh Cansu terkesan misterius dan begitu aneh. Membuat siapapun yang mendengar wanita itu berbicara merasa kebingungan dengan apa yang ia katakan.

   Emine ingat, Canus terus saja menggumamkan tahun 1389. Bahkan wanita paruh baya itu sudah mendengar kata-kata itu lebih dari 10 kali hari ini sehingga membuatnya merasa sedikit muak.

   Namun, ada satu hal lagi yang membuat suasana semakin rumit. Saat pertengkaran Cansu dengan Dastan, wanita muda itu mengatakan bahwa tahun di mana mereka berada saat ini adalah tahun 2025. Membuat Emine pusing setengah mati. Ia bertanya-tanya apa maksud dari wanita muda tersebut. Sehingga mengatakan hal yang benar-benar aneh itu.

   Tiba-tiba, suatu pemikiran muncul di dalam benak Emine. Pemikiran itu muncul begitu saja seolah-olah itu adalah jawaban atas kebingungannya. Mata Emine kemudian membulat. Ia menggumamkan sebuah kalimat yang benar-benar membuatnya merasa terkejut.

   "Apa mungkin Nona Cansu berasal dari masa depan?"tanya Emine tidak percaya.

   Ternyata, gumamannya itu bukan hanya sekedar gumaman. Apa yang ia katakan tadi, juga di dengar oleh Cansu. Karena itu, saat Emine menatap cermin di depannya, ia kembali dibuat terkejut dengan Cansu yang menatap ke arahnya lewat cermin.

   "Aku? Aku berasal dari masa depan?"tanya Cansu yang terlihat semakin kebingungan. Wanita itu menatap Emine dengan kedua matanya yang sembab.

   Emine gelagapan. Wanita itu memegang sisir dengan tangannya yang gemetaran. Ia menatap Cansu takut-takut. Sesekali, wanita paruh baya itu merutuki mulutnya yang sembarangan berbicara tanpa bisa melihat sedang di mana ia berdiri.

   "T--tidak ada apa-apa, Nona. Saya tadi hanya salah bicara saja. Baiklah, rambut anda sudah siap. Saya akan meminta Defne membawakan makanan anda segera."ucap Emine gugup.

   Cansu membalikkan tubuhnya. Ia menatap Emine serius. "Apa menurutmu aku ini datang dari masa depan?"

   Emine menundukkan kepalanya. Wanita paruh baya itu semakin gugup terlebih lagi dengan Cansu yang menatapnya penuh tanya.

   "Maafkan saya, Nona. Saya harus segera pergi. Ada banyak hal yang harus saya kerjakan. Baiklah, saya permisi."pamit Emine yang langsung pergi begitu saja bahkan sebelum Cansu sempat membalas ucapannya.

   Cansu menatap nanar pintu kamarnya yang sudah kembali tertutup. Lagi dan lagi, ucapan orang-orang di tempat itu membuatnya penasaran. Kini ada satu hal lagi yang menambah pikirannya.

   "Apa mungkin Nona Cansu berasal dari masa depan?"

   Kalimat itu terus terngiang di pikiran Cansu. Membuat banyak pertanyaan muncul di benaknya. Wanita itu menatap pantulan dirinya di cermin.

   Entah mengapa, ucapan Emine tadi membuat Cansu merasa ada hubungannya dengan permasalahan yang tengah wanita itu hadapi. Walaupun terdengar sedikit tidak masuk akal. Namun, jika semua permasalahan yang ia alami digabungkan menjadi satu, mulai dari pertemuannya dengan Gandhi, hingga berakhirnya ia di kastil, membuat wanita itu menemukan sebuah kesimpulan yang mengarah ke ucapan Emine.

   "Apa maksudmu? Kau mencoba untuk membodohiku? Nona Cansu, sekarang ini masih tahun 1389. Bagaimana bisa kau mengatakan hal tersebut?"

   Ia kembali teringat kepada ucaoan Dastan yang semakin menguatkan dugaannya terhadap ucapan kepala pelayan itu. Semua hal aneh yang ia alami adalah karena dirinya yang tersesat di masa lalu. Mungkin, karena itu pulalah semua hal yang ia katakan kepada Dastan tidak dapat pria itu terima begitu saja.

   Lantas, apa yang membuat Cansu bisa berada di tahun yang bahkan ia belum lahir pada saat itu? Apa yang membuat ia bisa terjebak di era kesultanan Sultan Dastan yang terkenal itu? Siapa dan apa penyebabnya hingga ia bisa berakhir di sini sekarang?

   Tiba-tiba, Cansu teringat pada sosok Gandhi. Ia teringat setelah dirinya bertemu dengan pria itu, hal-hal aneh kemudian mendatanginya secara beruntun.

   "Ya, pasti dia adalah penyebabnya. Dialah yang membuatku terjebak di masa lalu seperti ink. Dialah yang membuatku terlihat seperti orang bodoh yang tidak mengerti apapun di tempat ini. Aku harus segera menemuinya. Aku harus segera menemui Gandhi."

   

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status