Share

Percakapan Diam-Diam

Entah berapa lama aku tertidur. Saat kubuka mataku kulihat Kang Wirna sedang khusuk berdoa di atas sejadah di ruang tamu yang kami jadikan tempat sholat berjamaah berdua.

“Oh, sudah Ashar..!” gumamku yang teringat bahwa aku baru menunaikan sholat dzuhur tadinya. Aku berusaha turun dari kasur yang berlapis dua sehingga agak tinggi. Tempat tidur kami hanya dua batang spring bed ukuran lajang yang aku lapiskan. Itu cukup buat kami tidur berdua karena tubuh suamiku tidaklah besar. Kang Wirna tidak mau jika kedua spring bed itu aku susun sejajar agar lapang. Selain karena kamar kami sempit, Kang Wirna bilang, “jika kasurnya kecil kita akan tidur berdempetan terus. Abi nggak bisa jauh-jauh dari Ami.”

Ya sudahlah. Kekurangan ekonomi yang kami miliki malah kami manfaatkan untuk mengambil kebahagiaan. Intinya kami mensyukuri apa pun keadaan kami.

“Eh, Ami sudah bangun.” Kang Wirna menyapa dari ruang tamu. Kulihat tidak ada lagi koperku di ruang tamu itu. Semua sudah rapi. Aku yakin Kang Wirna p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status