Weni segera membereskan barang-barangnya dan meninggalkan Kantor tersebut tanpa berpamitan dengan siapapun, dia merasa bersalah dan mengakui bahwa dirinya memang tidak pantas berada di Kantor ini serta tidak pantas juga untuk dimaafkan.Penyesalan selalu datang terlambat, inilah yang saat ini Weni rasakan. Weni sangat menyesal atas perbuatan yang telah dia perbuat, karena iri dan nafsu terhadap sesuatu yang sangat diinginkan membuatnya kehilangan segalanya yaitu pekerjaan yang telah dia tekuni sejak lama, kepercayaan orang-orang terdekat menjadi musnah, teman dekatnya menjadi menjauh. Tapi, ada satu orang yang tetap memahaminya dan memaafkan perbuatannya itu serta tidak ada rasa dendam terhadapnya, dia adalah Sun."Maaf Kak Weni." Sun datang menghampiri Weni dan meminta maaf, Weni menjadi semakin tidak nyaman dengan situasi ini, orang yang telah dia buat buruk namanya tetapi hanya orang itulah yang bisa memahaminya bahkan memaafkan segala yang telah dia perbuat."Oh, kamu tidak perlu
Nama aku disebutkan dalam pertengkaran tersebut, suasana semakin mencekam. Perdebatan semakin memanjang sampai tibanya kami masuk kedalam, suasana semakin ricuh. Chersta yang melihat keberadaanku disana menjadi sangat murka, dia mendekatiku lalu mendorongku dan mencaci-maki diriku."Cukup, Chersta! Kamu sangat keterlaluan!" ucap Yudha dengan wajah memerah, api amarah telah menyelimutinya, dia benar-benar marah dengan apa yang telah Chersta perbuat pada diriku.""Kamu yang lebih keterlaluan, Yudha!" Chersta masih tidak mau kalah, dia mengambil sapu dan mengarahkan sapu tersebut kearah diriku.Yudha menghadang itu semua lalu melempar sapu tersebut hampir mengenai lengan Chersta. Chersta kaget akan itu semua, dia benar-benar tidak menyangka bahwa Yudha bisa berbuat seperti itu demi membela perempuan miskin seperti diriku ini."Eh, Chersta! Kamu benar-benar keterlaluan! Kamu yang salah, bukan Sun!" Disa juga diselimuti rasa emosi setelah melihat perlakuan Chersta barusan terhadapku."Kelua
Keesokan harinya, seperti biasa Sun menyiapkan makanan untuk adiknya terlebih dahulu setelah itu dia langsung pergi ke Kantor.Saat tiba di Kantor, Sun masih kepikiran pesan yang dia terima kemarin dan memutuskan untuk tidak terlalu dekat dengan Yudha, anak atasannya itu. Kini dia telah menyadari satu hal, hal yang sangat tidak mungkin bisa bersama dan pada akhirnya dia pun memilih untuk menjauh, walaupun kini tidak dipungkiri bahwa dia sangat menyukai Yudha. Akibat dari keprihatinan Yudha kepada Sun yang membuat rasa itu timbul begitu saja."Sun, gimana kakimu? Sudah membaik, bukan?""Sudah, Pak. Terima kasih," ucap Sun sembari melanjutkan pekerjaannya.'Sepertinya ada yang janggal, perubahan sikapnya, sangat berbeda dari biasanya,' batin Yudha.Semua ini sangat menyiksa Yudha, Yudha tidak ingin menyerah begitu saja, dia akan terus berusaha agar bisa menaklukkan Sun, bagaimana pun caranya akan dia lakukan. Dia akan terus berusaha."Sun, nanti jam istirahat bawa berkas itu ke Ruangan
Hari yang sangat cerah, matahari menyinari kota Jakarta. Terlihat seorang gadis sedang membawa sebuah amplop coklat berisikan lamaran kerja, kesana-kemari dia memasukkan lamaran kerja di setiap perusahaan sampai hari berganti menjadi sore, gadis tersebut masih terus memberikan surat lamaran kesetiap Perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan.Tak mudah baginya untuk mendapatkan pekerjaan karena dia belum mempunyai pengalaman apapun, dia baru saja lulus dari study-nya di SMA. Di Zaman modern ini sangat begitu keras, kalian harus memiliki skill yang bagus dan otak yang cerdas pula tentunya dengan lulusan sarjana serta pengalaman di dunia kerja yang menjadi prioritas agar kamu bisa diterima kerja di suatu perusahaan apalagi seperti di Kota Jakarta ini.Gadis malang bernama Sun, telah sebulan dia menganggur. Begitu banyak lamaran yang dia dimasukkan, tapi tidak ada satu pun yang menerimanya, semua lamaran tertolak begitu saja."Aku harus bagaimana lagi?" Dengan lesu tak habis-habisnya dia
Hari ini merupakan hari kedua Sun bekerja. Saat jam menunjukkan pukul 12.00, waktunya karyawan beristirahat, Disa pun menghampiri Sun dan mengajaknya makan bersama.Sun yang masih sibuk dengan pekerjaannya, dia pun menolak secara halus. "Maaf, pekerjaan saya masih belum selesai kak, mungkin kakak bisa makan duluan soalnya kalau menunggu saya nanti kakak bisa telat makan.""Yasudah, aku duluan ya." Disa berlalu pergi.Tidak terasa, sudah menunjukkan pukul 12.30. Yudha yang masih berada didalam Ruangannya pun keluar sambil membawa bekal. Saat dia keluar dari Ruangannya, dilihatnya Sun yang masih berada didepan komputer, sibuk mengerjakan pekerjaannya itu. "Sun? Kamu belum istirahat?""Belum, Pak." Jawab Sun singkat."Kenapa? Istirahatlah, waktumu tinggal 30 menit lagi.""Sebentar lagi, Pak.""Jangan menunda-nunda, kalau waktunya istirahat ya harus istirahat." Yudha menarik Sun untuk ikut bersamanya.Sesampainya di Kantin, Yudha memberikan sebuah menu kepada Sun. "Silakan pesan.""Tidak
Sun kembali duduk ditempat kerjanya, dia mulai menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda."Sun, mau pesan jus?" Tanya Gilang yang merupakan asisten Yudha."Maaf, belum dulu Pak. Makasih.""Kalau sop buah, bagaimana?""Belum dulu Pak, maaf."Yudha yang mendengar itu pun langsung keluar dari Ruangannya."Ada apa ini? Berisik sekali.""Gak ada apa-apa, Pak." Jawab Gilang mewakili seluruh karyawan."Terus ini apa?" Ucap Yudha sembari menunjuk menu yang dipegang oleh Gilang."Menu minuman, Bos.""Oh.""Bos mau?""Oh, jadi ini yang diperdebatkan dari tadi?""Pesan saja yang kalian mau, saya traktir.""Baik, Bos." Gilang semangat.Gilang kembali menawari Sun, "Silakan pilih apa yang kamu mau, Sun.""Nggak Pak, Makasih.""Dibayarin Pak Bos lho, masa kamu gak mau?""Saya lagi gak nafsu makan, Pak.""Sudah, pesan sop buah aja 2 porsi ya." Ucap Disa sambil mendekat kearah Sun dan Gilang."Banyak benar, lapar ya Dis?""Nggak, cuma 1 doang. Yang satunya lagi kan untuk Sun.""Gak perlu kak, m
Pukul 06.30 Sun sudah tiba di Kantor, disana masih begitu sepi, belum ada satu pun karyawan yang datang.Sun begitu gugup, karena ini merupakan meeting pertamanya. Dia merasa takut, dia takut tidak bisa menjelaskan materi dengan begitu baik, dia takut gagal dan nantinya perusahaan kalah tender."Sun." Yudha menepuk pundak Sun dan seketika Sun tersadarkan dari lamunannya."Sudah mau meeting, Pak?" Tanya Sun gugup."Belum, masih lama. Sekarang baru pukul 06.40. Pagi sekali kamu datang?""Iya Pak. Saya takut terlambat nanti, takutnya nanti meeting sudah mulai duluan.""Kamu gugup ya?""Iya Pak. Ini pertama kalinya dan saya merasa minder, saya merasa gak pantes aja gitu Pak, saya rasa masih ada yang lebih baik daripada saya.""Jangan minder terhadap prestasi kamu. Kamu sangat berprestasi dan kamu memang bisa dibidang ini. Mungkin ini baru pertama kali ya, kalau sudah kedua kalinya pasti gak akan gugup lagi dan satu hal yang ingin saya sampaikan kepada kamu ialah jangan minder dan jangan m
Sun terus-menerus mengisi pikiran Trinsyo, dia bahkan sampai terbawa mimpi bertemu Sun dan pergi makan bersama di sebuah Restoran mewah, hanya mereka berdua saja.Trinsyo memutuskan besok siang menemui Sun di Kantornya dan ingin mengajaknya makan siang bersama.Disatu sisi, Yudha yang sedang bersantai di Rumahnya tiba-tiba dipikirannya terlukis wajah Sun. "Aku gak sabar ingin menanti hari esok, hari yang sangat menyenangkan."Tring! Tring! Terdengar nada dering dari handphone Yudha. Terdapat beberapa pesan masuk, dan Yudha segera mengeceknya.~Chersta~✓Yudha, apa kabar?✓Sudah lama ya kita tidak berjumpa.✓Rasanya aku ingin bertemu kamu lagi, Yudha.✓Apa kamu masih kangen aku?✓Atau sudah tidak?✓Aku harap kamu belum punya yang lain.✓Aku harap kamu masih menungguku disana.✓Sampaikan salamku untuk Om disana.✓Aku pun berharap kamu gak kecewa.✓Harapanku yang terdalam adalah kamu masih mau menerimaku Yudha.Yudha hanya membaca pesan tersebut tanpa membalasnya.Sejam telah berlalu, Ch