Share

Mencoba menjatuhkan

Semua pikiran menjadi begitu kacau, pikiran jelek selalu menghantui Chersta.

"Kamu belum mengetahui siapa aku, bukan? Sebentar lagi kamu akan mengetahuinya." Chersta tersenyum licik.

Sore hari pun tiba, semua karyawan pulang ke Rumahnya masing-masing tanpa ada yang lembur seorang pun.

"Sun." Sapa Yudha.

Sun yang awalnya sedang berkemas untuk pulang, memberhentikan kegiatannya dan menanggapi ucapan Yudha, "Iya Pak?"

"Maaf soal yang tadi."

"Enggak Pak, saya tidak apa-apa Pak."

"Maafkan Chersta yang sudah berlaku tidak sopan terhadap kamu ya."

"Gak masalah, Pak. Lagipula saya cuma karyawan Pak, saya bukan siapa-siapa yang patut dihargai dan dijunjung tinggi keberadaannya."

"Disini kita berhak mengutarakan pendapat dan kita berhak mendapatkan itu semua. Kita semua sama, tanpa ada perbedaan yang mencolok. Mengerti?"

Sun hanya mengangguk.

Dari kejauhan seseorang memperhatikan mereka berdua, sepertinya orang itu tidak begitu senang.

Sementara orang itu masih berada disana, sedangkan Sun dan Yudha sudah meninggalkan Kantor, pulang ke Rumah mereka masing-masing.

"Ah, seperti ada sesuatu dengan Bos. Kenapa bisa sebaik itu ya pada Sun?" Ucap seseorang bernama Weni, Weni merupakan karyawan disini juga.

Tring! Tring! Terdapat pesan masuk ke handphonenya Weni dan dia pun membaca pesan tersebut.

~08xxxxxxxx44~

✓Weni.

✓Kamu masih mengenaliku?

✓Kamu bisa membantu aku kali ini?

✓Mudah saja, gak sulit kok.

Weni termenung sesaat, lalu membalas pesan tersebut.

—Ya, aku tahu.

—Apa maumu Chersta?

Weni termenung lagi.

'Kira-kira apa yang diinginkan oleh Chersta? Apa dia ingin balas dendam?'

Weni menerima balasan lagi dari Chersta.

✓Besok kita ketemuan di Cafe seberang Kantor.

✓Nanti aku jelaskan disana.

✓Kita tidak bisa meninggalkan jejak melalui pesan ini.

✓Lebih baik kita ketemuan secara langsung.

Keesokan harinya, pada jam istirahat Weni keluar Kantor untuk menemui Chersta di Cafe seberang Kantor.

"Jadi begini..." Chersta berbisik kepada Weni dan dibalas anggukan oleh Weni.

"Oke, baiklah. Sebaiknya aku segera kembali ke Kantor, sebelum orang-orang mencurigaiku." Ucap Weni.

"Oke." Chersta berlalu pergi.

Sesampainya Weni di Kantor, dia melihat Sun yang sedang sendirian duduk di Kantin dan dia menghampirinya.

"Hai, Sun."

"Hai juga, kak."

"Astaga!"

"Ada apa kak?"

"Hpku masih didalam laci, aku lupa membawanya. Jam istirahat sebentar lagi akan selesai, bagaimana ini? Kalau aku kembali ke Ruangan, tapi aku belum makan sama sekali."

"Makan saja dulu kak."

"Tapi makanku gak akan tenang, soalnya banyak pemberitahuan di Grup, nanti aku bisa dapat masalah kalau perintah Bos di Grup tidak segera dilaksanakan, kamu bisa tolong aku Sun?"

"Apa itu kak?"

"Oh iya, kamu sudah makan kan?"

"Sudah kak."

"Kamu tolong ke Ruanganku, ambil hpku didalam laci ya dan tolong bawakan kesini, tolong ya."

Sun mempunyai niat membantu Weni, tapi dia orangnya gak enakan kalau membuka laci orang lain walaupun orang itu mengizinkan hal itu.

"Maaf kak, aku gak bisa buka laci orang lain, aku gak terbiasa."

"Gak apa Sun, ayolah aku mohon. Tolonglah aku. Apa perlu aku makan sambil berjalan ke Ruanganku? Mungkin sebaiknya begitu ya."

"Yasudah, aku mau bantu Kakak."

"Lacinya gak dikunci, jadi kamu langsung buka saja ya."

"Iya kak." Sun menuju Ruangan Weni.

Sesampainya Sun di Ruangan Weni, dia langsung membuka laci dan mencari handphone Weni tetapi hasilnya nihil, handphonenya tidak ditemukan.

Sun kembali lagi ke Kantin dan menemui Weni disana.

"Hpnya gak ada kak. Aku sudah cari didalam laci tapi tidak ditemukan."

"Oh, astaga. Aku lupa, ternyata ada didalam tasku. Gak apa deh, nanti aku ambil sendiri saja, sebentar lagi aku selesai makan. Makasih ya."

"Iya kak."

Setelah selesai makan, Weni beserta Sun dan karyawan yang lainnya kembali ke Ruangannya masing-masing.

"Astaga! Uangku hilang!" Weni berteriak dan semua karyawan yang mendengar hal tersebut langsung menghampiri Weni.

"Ada apa?"

"Uangku hilang, Titi."

"Memangnya kamu simpan dimana?"

"Disini, didalam laci. Oh, Sun. Ya, dia pernah membuka laciku."

"Jangan asal menuduh kamu, Weni."

"Ayo mengaku kamu, Sun. Pasti kamu kan dalang dari ini semua? Padahal aku hanya minta tolong kamu mengambilkan hpku, kenapa kamu malah curi uangku?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status