"Sunny!! tunggu aku, please!" teriak Ran dari kejauhan sambil berlari, berusaha mengejar Sunny.
Sunny masih melanjutkan langkahnya tanpa menoleh sedikitpun. Pikirannya benar - benar campur aduk. Ia sangat berharap Ben dan gengnya dihukum, agar dirinya beserta anak - anak yang dibully tidak lagi merasakan sengsara. Namun kini ia mendapatkan uang dengan jumlah cukup besar, bisa untuk biaya perawatan ayahnya yang hampir diusir dari rumah sakit.
Sunny menghentikan langkahnya di bus dan berdiri di belakang orang - orang yang mengantri untuk naik bus. Sesekali ia memperhatikan Ran yang semakin dekat dengannya. Ketika mendapat gilirannya, ia tersenyum sembari melambaikan tangannya pada Ran.
Ran telat mencapai Sunny, saat bus mulai bergerak pergi. Sahabatnya itu menatap dirinya dari balik kaca bus dengan mata yang berkaca - kaca. Kemudian tangan Sunny terlihat membentuk sebuah kode angka enam, yang berarti dia ingin sendiri.
Ran turun dari bus disambut dengan Kinan yang membawakan payung padanya. Mereka bergandengan tangan menuju hotel bintang lima yang berada di seberang halte. "Dimana Sunny? Aku kira bersamamu," ujar Kinan. Ran menceritakan semua yang terjadi secara rinci pada Kinan, hingga mereka mencapai hotel. "Jadi kasusnya selesai begitu saja? Sunny menyerah?" "Sepertinya Sunny butuh uangnya," jawab Ran menduga - duga. Sunny melipat payung yang tadi ia kenakan, lalu ia berikan pada satpam hotel. "Aku merasa gak guna karena biarin dia sendiri," tukas Kinan. Ran menghembuskan napasnya. Kemudian merangkul Kinan dan berkata,"Kita hibur Sunny nanti setelah dia selesai sama dirinya sendiri. Dia perlu waktu." "Kalo gitu, nanti kita beli gaun yang indah untukmu dan Sunny. Kalian pakai waktu ulang tahunku, oke?" balas Kinan bersemangat. "Harusnya kami yang m
BUG! PRANG!!! Gelas berisi kopi terjatuh di lantai, hingga mengotori pakaian yang Ran kenakan. "Maaf," ujar seorang wanita yang menabrak Ran barusan. Ran memungut totebag-nya yang jatuh di lantai, sembari menyapu noda kopi di pakaiannya. "Aduh, aku mengotori pakaianmu, bagaimana ini?" "Tidak masalah, ini bukan pakaian mahal kok," balas Ran sembari menegakkan tubuhnya. Ketika menatap wanita itu, Ran terpukau melihat wajah cantiknya. Begitu elegan dan anggun. Kulitnya seputih porselen, dan memiliki mata yang begitu jernih. Belum pernah ia melihat seseorang yang sangat cantik di dunia nyata. Selama ini hanya melihat dari layar televisi atau ponsel. "Jangan gitu, ikutlah denganku, mari berganti pakaian," ujar wanita itu, menyadarkan lamunan Ran. Ran menggeleng, menolak ajakan wanita itu, merasa tidak masalah dengan noda di bajunya. Namun, wanita itu tidak mendengar penolakan Ran, dan menarik lengan Ran untuk berjalan
Mulut Kinan ternganga ketika mendapati Ran yang sudah berganti pakaian, muncul dari balik lift. Mini dress di atas lutut dengan motif bunga, yang menampilkan bahu cantik Ran, membuat gadis itu tampak mempesona. "Darimana saja kamu? Apa yang terjadi?" ujar Kinan. "Kinan, apa kabar?" sapa Elina. Kinan lantas menoleh menatap Elina. "Eh Kak Elina?" balasnya kemudian menghambur ke pelukan wanita itu. Ran menatap Kinan dan Elina bergantian, penuh dengan pertanyaan. "Kak Elina tambah cantik, astaga... ada acara juga disini?" seru Kinan dengan bahagia. Elina tersenyum. "Aku menginap disini, Kinan. Kamu sendiri?" Kinan menautkan tangannya, di lengan Ran. "Aku dan sahabatku sedang survei untuk acara ulang tahunku. Kak Elina datang ya, bawa suami yang katanya ganteng itu. Sayang sekali aku tidak bisa hadir di pernikahan Kak Elina," cerocos Kinan. Ran terkejut mengetahui fakta, bidadari cantik yang ia temui ternyata sudah menikah. Melihat postur tubu
Sunny berjalan mondar - mandir di depan pintu ruangan oerasi, sembari mengingit jarinya. Waktu sudah menunjukan pukul 08.00 malam, namun dokter belum juga keluar untuk memberitahukan hasil operasi ayahnya. Ibu Sunny dan sang adik duduk di bangku panjang dengan lesu. Hati yang hancur, diam - diam memanjatkan doa, berharap ada keajaiban yang datang pada mereka. "Sunny, lebih baik kamu pulang dulu, besok Arini sekolah," ujar Ibunya. Sunny berjalan menghampiri Ibunya dan berjongkok di depan wanita itu. "Aku tidak akan pulang, sebelum operasi selesai, Ibu." Sang Ibu mengusap kepala Sunny penuh kasih. "Ibu tidak akan tanya lagi darimana kamu mendapatkan uang itu, asalkan kamu pulang ke rumah. Besok kamu juga sekolah kan," katanya dengan lembut. Kabar yang Sunny bawa ke rumahnya siang tadi setelah mendapatkan sejumlah uang, membuat ibunya murka. Sampai terjadi perdebatan panjang, karena ibunya menganggap Sunny melakukan pekerjaan tidak senonoh. Mengi
Dulu mereka dipisahkan karena hukum manusia, sekarang dipisahkan oleh hukum Tuhan. **flashback** “Kau akan tau rasanya, nikmatilah... sayang sekali jika tubuhmu tidak kunikmati lebih dulu sebelum diberikan pada para saudagar itu,” kata Sudirman. PYAAARR!!!! Darah muncrat dari kepala Sudirman, mengenai pakaian yang Ran pakai. Sudirman tumbang dengan darah yang mengalir deras di lantai. Tatapan Ran menjadi kosong, ketika tidak ia rasakan lagi denyut nadi di leher ayahnya. Ia lemparkan guci yang tadi ia gunakan untuk memukul ayahnya itu ke sembarang arah, dan berlari keluar kamar. Ibunya yang tadinya terduduk di lantai dengan putus asa, bangkit dengan tubuh bergetar ketakutan, melihat penampilan putrinya. Baju koyak dengan bercak darah di sekujur tubuh, dan bau amis yang menyengat. "Ran, apa yang terjadi?" t
"Adit!!" Teriak Ran dari arah kejauhan sembari melambaikan tangan. Adit menoleh dan membalas lambaian tangan itu, lalu berjalan menghampiri Ran. "Udah nganter surat izinnya Sunny?" kata Adit dengan bersemangat. "Udah, aku kasih ke wali kelasnya tadi. Oh ya jadinya kelas kita pake ruangan apa untuk KBM?" "Angga masih rapat sama ketua kelas yang lain di ruang guru," jelas Adit. Beberapa detik setelah Adit menjelaskan kondisi jam pelajaran mereka yang tersendat karena masih ada perbaikan bangunan paska kebakaran, Angga datang. Lantas anggota kelas lain yang tadinya berpencar, mulai berkumpul mengerumuni Angga. Dari arah gerbang, terlihat Kinan berlari dengan napas terputus - putus menghampiri teman - teman kelasnya itu. Ia hampir terlambat dua menit, namun tidak ada pendisiplinan orang yang terlambat hari ini, dikarenakan guru - guru sangat sibuk. Kinan menepuk bahu Ran dan Adit. "Hoi, aku ketinggalan berita gak?" tanyanya s
"Dateng ya di acara ulang tahunku," ujar Kinan sembari memberikan sebuah amplop pada Angga.Angga menerima amplop itu dan membuka isinya.To: AnggaYou Are Invited!Please join and come to my 18thbirthday party that will be held on:Sunday, February 21th20215 – 7 pmBallroom Hotel Tentrem, YogyakartaLove,KinanAngga menutup amplop itu kembali dan memasukannya ke dalam saku celana. "Seminggu lagi ya habis UAS, oke deh, thanks Ki," katanya sembari tersenyum kemudian berlalu meninggalkan Kinan.Mata Kinan berbinar dengan senyuman berseri - seri, ketika mendapatkan senyuman manis itu. Ia menyenggol Ran yang berdiri dengan tenang di sampingnya, untuk menyalurkan kebahagiaannya."Kalo suka confess aja, ntar nyesel loh, keburu diambil orang," tukas Ran.Kinan mendengus. "Yakali aku confess, gaad
Di dalam perpustakaan, petugas piket telah berkumpul. Ran adalah orang terakhir yang memasuki ruangan setelah Aksa, selaku guru pengawas piket hari itu. Kemudian Aksa membagi petugas menjadi tiga kelompok, beserta tugasnya agar lebih efektif. Siswa perempuan, mendapatkan bagian menata buku yang ada dalam kardus. Untuk siswa laki - laki, mendapatkan bagian yang lebih berat, seperti menata rak buku, dan mengangkat barang berat lainnya. Sebelum rak ditata, semua anggota membersihkan debu dari sisa - sisa semen yang berada di lantai dan jendela. Semuanya terlihat kooperatif, meskipun ada yang bermalas - malasan. Setelah debu dibersihkan, rak buku yang baru dibeli, dimasukan ke dalam perpustakaan. Dibariskan rapi, sesuai arahan Aksa. Buku - buku yang telah dikelompokkan berdasarkan jenisnya, mulai diletakkan berurutan di rak. Mereka bekerja dengan baik sesuai tugasnya, dan penataan perpustakaan hampir selesai. "Ran, setelah ini mau makan bersamaku?"