Share

5. Ancaman

last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-15 12:43:05

Nola baru menyadari jika ada orang lain yang masih berdiri di hadapannya.  Wanita cantik memakai hijab modis membuat mereka terpaku sejenak.

“Wah cantik banget,” ucap Nola sambil berdiri menatap Lisha.

“Benar sempurna untuk bos dingin kita itu,” sanggah Mira kembali bersuara yang ikut menatap Lisha dari atas sampai bawah.

Tak lama kemudian telepon kembali berdering membuyarkan mereka. Dengan sigap Nola langsung mengangkatnya dan sangat terkejut karena yang menghubunginya adalah dari perusahaan Pak Muchlis.

Nola tercekat dan panik, karena dia belum memikirkan jawaban yang pantas untuk orang itu. Rasa gugup dan khawatir langsung menghantuinya.

“Siapa Mbak?” tanya Falisha penasaran.

“Maaf Mbak mungkin itu Pak Muchlis Yudatama salah satu investor yang ingin bekerja sama dengan Pak Fathan, tapi Pak Fathan membatalkan janji mereka karena ada urusan mendesak dan Nola sekretarisnya ini bingung mau mencari alasan apa yang tepat agar  kedua  belai  pihak yang mempunyai sifat yang hampir sama  saling marah,” jelas Mira ikutan berkomentar sedikit berbicara pelan.

Falisha paham langsung dengan apa yang dibicarakan, apalagi  melihat wanita muda yang menerima telepon itu semakin stres mendengar caci maki dari orang itu.

“ Dasar Mas Fattan membuat sekretarisnya bingung , memang urusan penting apa sih, bikin susah saja?” gerutu Falisha ikutan kesal.

“Sini Mbak biar saya yang bicara,” Falisha meminta telepon itu dari Nola yang mulai gemetaran menerima telepon itu. Nola bingung tapi Falisha langsung mengambilnya dari tangan Nola dan langsung menyalakan pengeras suara agar mereka ikut mendengarkannya.

Falisha mendengarkan caci maki dari orang itu dengan tenang setelah selesai barulah Falisha menjawabnya. Tampak Nola dan Mira bingung dengan tindakan Falisha yang mengambil sikap tenang.

“Maaf Pak, memang  kesalahan ada dipihak kami, karena kebetulan Pak Fattan mendadak ada keperluan mendesak sehingga beliau mau tidak mau menunda pertemuannya dengan Bapak. Ada urusan keluarga yang begitu urgent, kami pun belum tahu ada masalah apa yang dihadapi beliau. Anggap saja jika diposisi Bapak apa yang Bapak lakukan jika mendapat kabar yang mengejutkan sehingga kita harus merelakan salah satunya yang lebih penting?”

“Iya kamu benar, dan terima kasih sudah mengingatkan saya. Baiklah saya paham apalagi baru beberapa hari istrinya meninggal dunia. Oke, saya bisa memakluminya dan katakan kepada Pak Fattan jika saya siap kapan saja jika Pak Fattan sudah bisa ditemui.”

“Baik Pak, saya akan menjadwal ulang pertemuan Bapak dengan Pak Fattan  setelah saya bisa bicara dengan beliau. Terima kasih sudah memakluminya. “

“Justru saya yang berterima kasih dengan kamu dan pantas saja Pak Fattan  menjadikan kamu sekretarisnya. Selamat pagi.”

“Selamat Pagi juga, Pak.”

Nola dan Mira tercengang mendengar ucapan Falisha yang begitu santai, lugas dan berwibawa. Baru kali ini ada yang bisa meredam amarah orang itu yang selalu seperti mercon jika marah.

“Mbak ini sangat pintar, terima kasih sudah membantu saya, tapi maaf Mbak ini siapa ya? Pak Fattan mendadak pergi terburu-buru, saya tidak tahu alasannya tapi yang jelas beliau seperti singa yang ingin memakan mangsanya,” celetuk Nola tanpa jeda.

Falisha tersenyum. “Nama saya Falisha , tapi sepertinya Pak Fattan  tidak ada, dan kalian pasti tidak tahu dia pergi ke mana, sangat menyebalkan itu orang!” gerutu Falisha kesal.

“Maaf Mbak nya siapanya Pak Fattan ya?” tanya Nola membuat Mira menyikut lengan Nola.

“Apaan sih, Mir?” tanya Nola masih penasaran.

“Nggak sopan itu namanya,” sahut Mira.

“Saya adik angkat Bu Farah mendiang istrinya  yang menyebalkan untuk Pak Fattan  begitu juga dengan  dia. Sungguh membuat saya  susah. Baiklah saya pergi dulu  Mbak mungkin sekarang ponselnya sudah bisa dihubungi. Permisi, selamat pagi.”

“Selamat Pagi, Mbak!”

Falisha melangkah pergi dan kedua wanita muda itu masih menatap Falisha  dengan penuh takjub.

“Menurutmu dia cocok dengan Pak Fattan ?” tanya Mira masih menatap kepergian Falisha.

“Aku rasa dia memang pantas, nggak ada salahnya kan seorang adik ipar naik pangkat menjadi istrinya, lagian lebih cantik elegan dia dari pada wanita itu.”

“Kamu benar juga sih. Dan sepertinya aku mulai lapar lagi, kamu mau nitip camilan?”

“Nggak ah, aku masih banyak pekerjaan, daripada nanti Pak Fattan  datang tiba-tiba seperti hantu dan mengomel karena pekerjaanku belum selesai,” jelasnya dan kembali menatap layar monitornya.

***

Sementara itu Fattan  yang masih terlihat kesal mencari keberadaan Falisha. Apalagi GPS yang dia pasang ternyata  kembali ke kantornya, tapi dia malas bertemu Falisha di kantornya sehingga memutuskan untuk menunggu wanita cantik itu di depan kost.

Falisha beberapa kali menghubungi Fattan  tapi dengan sengaja Fattan  tidak mengangkatnya. Ada senyuman kecil yang tersungging dari bibirnya saat melihat di layar ponsel nama Falisha..

Sampai akhirnya Fattan  sampai di depan kost setelah memesan ojek  dan melihat mobil mewah berwarna hitam sudah bertengger di halaman kost.

“Sudah aku duga, dia tahu saja tempatku yang baru dan pasti orang-orang sini sudah menggosipi aku karena dia, sungguh menyebalkan!” gerutunya setelah turun dari ojek.

“Mas Fattan, kamu ngapain ke sini?” tanya Falisha sedikit kesal

“Akhirnya kamu pulang, siapa dia pacar baru kamu?” selidik Fattan memicingkan matanya.

“Ya Allah Mas, dia itu tukang ojek dan lagian ngapain Mas ada di sini? Kenapa nggak angkat telepon aku, tadi aku ke kantor Mas Fattan, sekretarismu kasihan sekali mendapatkan pimpinan yang tak bertanggung jawab. Memang ada urusan apa sih yang lebih penting dari meeting kalian?” cerca Falisha kembali.

Fattan  mendekati Falisha. Kini jarak mereka tidak begitu jauh . Pandangan mereka beradu, tapi seketika Falisha sadar dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

“Sudah aku bilang turuti surat wasiat itu jika tidak ...”ucapan Fattan menggantung, menatap lekat wajah cantik itu yang sebenarnya dia rindukan.

“Jika tidak kenapa? Kamu mau mengancamku?” tanya balik Falisha.

“Tidak aku hanya mengingatkan kamu, Falisha. Bukannya kamu sekarang bekerja di perusahaan  Maju Perkasa dan kamu datang kembali ke sini untuk membuka cabang baru. Kamu tahu siapa yang akan menjadi partner bisnismu?” tanya Fattan tersenyum sinis.

“A—apa maksud Mas Fattan?” tanya Falisha masih belum mengerti apa yang dikatakan olehnya.

“Apakah bosmu tidak memberitahukan secara terperinci siapa yang akan menjadi rekan kerja kamu selama di Surabaya? Kamu harus tahu sangat sulit untuk bisa bekerja sama denganku jika aku tidak suka dengan orang itu dan jika kamu gagal bekerja sama dengan perusahaanku maka banyak yang akan dirugikan. Nasib karyawan ada ditangan kamu, Falisha, jadi keputusan apa yang kamu ambil menikah denganku atau menelantarkan nasib banyak karyawan. Semua ada di tanganmu,” jelas Fattan  berbisik di telinga Falisha. Deru napas pria tampan itu sedikit terasa membuat bulu kuduk Falisha berdiri.

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si falisha itu datang sebagai apa?? kabur dari rumah tapi mengunjungi kantornya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Surat Wasiat Istriku    92. Lelah

    “Mbok di mana Mas Fattan?” tanya Farah pelan.“Belum pulang Bu,” jawab Mbok Ijah singkat. Farah melirik ke jam dingin yang terpajang cantik di dalam kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, membuat Farah sedikit khawatir. Namun, sesaat kemudian kekhawatiran itu berangsur sirna dikala dia mengingat kalau ada wanita lain yang biasa menemaninya. “Apa yang Bu Farah pikirkan?” Mbok Ijah menemani Farah di dalam kamar.“Mas Fattan pasti dengan Syakira. Mbok apakah Mas Fattan mencintai Syakira, sepertinya mereka saling mencintai? Apakah Syakira adalah cinta pertama Mas Fattan?” tanya Farah mulai bimbang. “Enggak Bu, mereka hanya teman masa kecil. Dulu Syakira pergi dari kehidupan Den Fattan saat mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Ayah Syakira ditugaskan di Semarang saat Syakira berusia sembilan tahun dan Den Fattan berusia dua belas tahun. Setelah itu mereka tidak pernah saling menghubungi atau bertukar kabar. Kalau sekarang Mbok enggak tahu juga apakah Den Fatta

  • Surat Wasiat Istriku    91. Kecewa

    “Jika kamu mencintainya kenapa kamu dulu pergi meninggalkannya? Kenapa Syakira? Kenapa kamu malah pergi dari kehidupan Mas Fattan dan kenapa kembali disaat Mas Fattan sudah menikah denganku?” Farah menghujaninya begitu banyak pertanyaan yang dari dulu ingin sekali dia tanyakan kepada Syakira.Syakira terdiam sesaat sambil menatap sendu wanita di hadapannya dan kemudian kembali tersenyum sebelum berbicara. “Aku kembali bukan karena ingin merebut Mas Fattan dari kamu, Mbak. Aku kembali karena langkah kakiku yang menuntunku sampai ke sini. Apakah ini yang bisa dibilang sebuah takdir? Bahkan berkat kerja kerasku selama ini akhirnya kembali ke sini dan bertemu Mas Fattan. Aku hanya ingin menjadi temanmu, Mbak dan berbagi apa saja jika Mbak mau. Aku juga bisa menjadi teman curhat dan menjadi pendengar yang baik,” jelasnya.“Kata-katamu sungguh manis dan cukup mengesankan. Apa yang kamu inginkan Syakira? Kehidupanku atau cinta suamiku?” tanya Farah pelan. “Hanya Mbak Farah yang tahu jaw

  • Surat Wasiat Istriku    90. Kejujuran Syakira

    Fahri pun mengangkat ponsel itu dengan sedikit malas. “Halo, Pi? Ada apa?”“Fahr? Di mana mami? Kenapa kamu yang angkat telepon mami? Apa mami baik-baik saja?” “Kenapa Papi mencari mami? Untuk sekarang mami enggak bisa diganggu. Papi urus saja pekerjaan penting Papi itu!” “Fahri! Halo ...halo!” Terdengar suara Fahri memutuskan sambungan telepon itu. Kecewa dan marah itu yang dirasakan olehnya. Tak lama kudian ponsel Farah kembali berbunyi. Takut membangunkan Farah sehingga Fahri langsung mematikan ponsel itu. “Untuk apa Papi mengetahui keadaan mami? Papi lebih sayang dengan pekerjaan tante pirang itu,” gerutu dalam hati sambil menatap lekat wajah Farah yang semakin tirus dan pucat. Fahri mengecup kening Farah. Seharusnya bukan anak kecil itu yang menunggu di rumah sakit, tapi anak kecil itu memohon kepada pihak rumah sakit untuk bisa tidur dengan Farah dalam satu ruangan. Ingin menemaninya dalam tidur. Fahri begitu menyayangi Farah dan tak ingin berpisah sedetik pun apalagi

  • Surat Wasiat Istriku    89. Kebencian Fahri

    “Mami kenapa Mbok?” tanya Fahri semakin cemas.Farah masih mengatur napasnya perlahan-lahan. Dia berusaha untuk bisa meredam sakit hatinya saat melihat penampakan di sana.Mbok Ijah terlihat panik. Begitu juga dengan Mang Ujang yang langsung ingin menggendong Farah untuk masuk ke dalam mobil kembali. Namun, entah kenapa pandangan wanita paruh baya itu ternyata melihat sang majikan pria yang sedang bahagia bersama wanita lain yang tidak lain adalah Syakira.“Den Fattan?” Mbok Ijah terdiam sesaat. Fahri pun menengok dan mendengarkan ucapan Mbok Ijah. Apalagi pandangan Mbok Ijah tertuju ke satu arah. Fahri mengikuti arah pandangan wanita paru baya itu. Dan benar saja papinya sedang bersama dengan wanita lain. Tentu saja membuat hati Fahri begitu sakit, marah melihat mereka begitu dekat seperti yang dia lihat saat di ruangan papinya sendiri.“Pa—Papi ada di sini juga? Bukannya papi bilang kalau ada urusan mendadak di kantor tapi kenapa ada di sini bersama Tante itu?” kesalnya dan ingin

  • Surat Wasiat Istriku    88. Hampir Pingsan

    Hari-hari pun berlalu seperti biasa. Farah pun sudah terbiasa dengan kedatangan Syakira ke rumahnya. Entah itu tentang pekerjaan atau hanya sekedar bertamu. Syakira berusaha untuk menjadi teman dekat Farah dan membuatnya merasa nyaman . Namun, tidak dengan Fahri yang mulai risih dengan kedatangan Syakira. Anak kecil itu tidak terlalu suka jika Syakira sering datang ke rumahnya. Bahkan di hari libur pun Syakira tidak absen untuk bisa jadi di tengah keluarga mereka. Seperti saat ini Fahri yang sudah sedikit melupakan tentang masalah mainan robot itu, kini sedikit terobati saat Fattan berniat untuk mengajak mereka ke pantai. Fahri sangat bahagia karena susah lama mereka tidak pergi berlibur bersama-sama.Dengan penuh semangat Fahri menyiapkan semua keperluan nya sendiri. Mulai dari baju ganti sampai makanan atau camilan untuk di sana. Anak kecil itu begitu Mandiri dia bisa menyiapkan segala kebutuhannya sendiri karena Fahri berpikir untuk tidak merepotkan ibunya yang sering sakit-sak

  • Surat Wasiat Istriku    87. Kedatangan Syakira Meresahkan

    Sudah tiga hari Farah masih terbaring di rumah sakit. Tubuhnya begitu lemas. Panas dingin kembali menyelimuti dirinya. Meskipun sudah mendapatkan kenangan yang maksimal tapi tubuh kurus itu semakin lemah. Matanya terlihat cekung dengan bibir sedikit pecah. Wajah pucat seperti mayat hidup. Farah menahan rasa sakit semuanya sendiri karena tidak ingin menjadi beban suaminya lagi sehingga dia pun menyembunyikan penyakitnya sendiri. Farah kembali mengingat masa lalu yang begitu romantis disaat Farah masih terlihat segar dan cantik. Fattan begitu memuji kecantikan dan sangat mencintai Farah. Bahkan dia teka menentang keluarga besarnya untuk bisa menikah dengan wanita yang miskin.Keluarga Fattan tidak menyukai pilihan Fattan tapi tidak bisa menolak pilihan Fattan karena begitu menyayangi Fattan. Mereka berdua pun menyembunyikan rahasia besar kalau Farah tidak akan bisa mempunyai anak dari rahimnya karena rahim Farah sudah diangkat karena rusak akibat kecelakaan sebelum mereka menikah.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status