Share

Teman Lama

Angi terlelap dalam tidur dengan membawa sejuta kejenuhan dalam pengalaman hidupnya yang tak bisa ia tanggung sendiri. 

 

Wallpaper HP itu masih menyala dengan cahaya yang mulai redup di genggaman tangannya. HP Smartphone tersebut memiliki ukuran layar 5-inchi dan tidak menggunakan nada dering. Hanya getaran yang diaktifkan saat ada notifikasi masuk. Tak lama cahaya itu pun mulai redup dan mati.

 

Tak sadar Angi menggerakkan tanggannya kebawah dan HP itu terjatuh tergeletak di atas lantai. Layar HP itu mulai memancarkan sinar hangat yang mulai menyelimuti seisi ruangan. Ruangan kamar kos Angi yang kecil dan pengap itu berubah menjadi sangat terang seperti ruangan dengan banyak lampu-lampu di atasnya. 

 

Suara gemuruh angin mulai keluar dari layar handphone Angi yang sedang tergeletak di atas lantai tersebut. Denting suara jam dinding kamar Angi terdengar begitu jelas setiap detiknya. 

 

Hal ini menandakan akan ada sesuatu yang muncul di tengah ruangan tersebut. Semakin kencang gemuruh angin yang keluar dari handphone Angi. Semakin dekat, sesuatu itu akan tiba.

 

Tiba-tiba saja handphone itu bergetar kencang dengan layar yang terus menyala. Sesuatu itu keluar bersamaan dengan gemuruh angin dan getaran handphone yang sangat bising. Suasana ruangan Angi seketika redup, hitam, gelap dan sangat dingin.

 

”Angi bangunlah.. mari ikut bersamaku,” seru makhluk astral yang tak nampak jelas wujudnya itu. Hanya sekumpulan kabut dingin berkumpul di sebelah ranjang tidur Angi.

 

Angi terbangun mendengar suara makhluk itu. Suara yang menggetarkan hati dan pikiran Angi sehingga ia terbangun di saat terlelap. 

 

“Siapa?” bertanya angi pada suara yang membangunkannya. Angi yang masih tertidur di ranjangnya dan belum membuka kedua matanya.  

 

Kemudian Angi perlahan mulai membuka kedua matanya. Angi merasa bingung dengan keadaan kamarnya yang terlihat gelap dan dingin. Kemudian Angi teringat handphone yang ia genggam sebelum tidur. Kedua tangan Angi mencoba meraba di sekitar.  Tapi handphone itu tidak ada di dekatnya. 

 

Tiba-tiba saja handphone itu bergetar lagi di bawah lantai dan menyemburatkan cahaya ke seluruh ruangan kamar Angi. Terlihat wallpaper HP itu hilang. Tidak ada gambar apapun yang terlihat. Hanya suara getaran yang semakin kencang, keras, dan hilang. Senyap.

 

“Aku pendamping mu,” ucap makhluk itu. “Kita ditakdirkan hidup bersama,” menjelaskan makhluk astral itu kepada Angi yang masih tidak sadarkan diri sepenuhnya. 

 

”Bukalah kedua matamu dan kau akan melihat semuanya,” tutur makhluk itu kepada Angi yang masih tak sadarkan diri.

 

Kemudian Angi menuruti perintah sang makhluk astral tersebut dan ia mulai membuka perlahan kedua matanya. Angi tak mampu membuka matanya secara sempurna karena terlalu banyak cahaya yang menyilaukan kedua matanya. Ia mengerutkan dahi dan alisnya. 

 

Matanya yang terbuka kecil itu mulai memperhatikan benda yang ada di hadapannya. Perlahan cahaya itu meredup dan Angi mulai melihat ke sekeliling. Ia benar-benar tak tahu berada di tempat apa. Semuanya terlihat gelap, hitam dan senyap. Udara semakin terasa susut dan tak bebas bernafas.

 

Angi yang berdiri di depan makhluk tersebut mulai bertanya, “dimana aku? dan siapa kau?”

 

”Ha ha ha.. Kau tak mengingatku?” tutur sang makhluk.

 

”Kita sudah lama bersama 23 tahun lamanya,” jelas sang makhluk kepada Angi.

 

Kemudian Angi merespon dengan rasa terkejut, “bersama? Aku tak mengenalmu!”

 

“Kau saat ini berada di dimensi berbeda.

Ikutlah bersamaku!” berkata sang makhluk.

 

”Tidaaaakkkk!!!” teriak angi dengan sangat ketakutan.

 

Makhluk itu mulai bergerak mendekati Angi. Suasana dimensi itu begitu senyap hanya suara gemuruh angin dan kabut dingin terlihat berjalan menuju Angi. Angi yang sedang berdiri merasa terpaku dengan keadaan. Ia tak bisa bergerak dan berbicara sepatah katapun.

 

Angi sangat ketakutan dan ia bingung harus berlari ke arah mana karena semua terlihat gelap. Tak ada jalan. Tak ada petunjuk. Suasana amat terasa hampa. Kemudian, ia perlahan mulai berjalan mundur dan kabut dingin pun mulai menghilang.

 

Tak lama setelah itu, tiba-tiba saja makhluk itu menampakkan wajahnya di depan kedua mata Angi. Sontak angi berteriak kaget. 

 

“Aaaaakkkkkkhhh!!!!” teriak angi sekencang-kencangnya.

 

Dengan gerakan reflek Angi menutup kedua matanya.

 

Makhluk astral itu tersenyum sinis. Dengan tatapan tajam makhluk itu memandangi wajah Angi yang tertutup oleh kedua tangannya. Kemudian, makhluk itu memejamkan kedua matanya. Tiba-tiba semua berubah menjadi putih dan hilang. 

 

Angi langsung terbangun dari tempat tidurnya. Ia langsung duduk dan bernafas dengan cepat seperti orang yang sedang dikejar-kejar hantu. Tangan kanan Angi memegang dada dengan jantung yang berdetak dengan kencang. Wajah pucat pasi. Pandangan kosong.

 

Tatapan Angi mulai bergeser ke arah HP yang tergeletak di atas lantai. Nafasnya mulai Kembali stabil. Ia segera turun dari tempat tidurnya dan langsung  memegang HP dengan layar yang sedang mati.

 

Dengan tangan kanan gemetar, ia memberanikan diri untuk melihat wallpaper HP itu. Ia tekan tombol menu dan muncullah gambar selfi dirinya sebagai wallpaper. Angi menghela nafas lega.

 

“Syukurlah,” ucap kata dengan perasaan tenang.

 

 Tiba-tiba saja wajah Angi di HP itu berubah menjadi gambar makhluk astral yang mengajaknya ke dimensi lain.

 

Makhluk itu tersenyum garang dengan tatapan penuh hasrat ingin masuk ke dalam tubuh Angi. Sontak ia melempar HP nya ke lantai lagi.

 

Terdengar suara tertawa makhluk itu mengisi ruangannya yang kecil, “ha ha ha ha.”

 

Suara itu kemudian terdengar menjauh dan menghilang.

 

Tak sadar dengan waktu yang sudah berjalan cukup lama, Angi melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Cahaya matahari masuk melalui celah-celah jendela yang masih tertutup gorden. Beberapa celah lain masuk melalui ventilasi udara yang ada di atas jendela kamar kosannya.

 

Angi tersungkur lemas dan masih tak percaya apa yang ia alami semalam. Ia merasa takut dan juga bingung atas apa yang telah terjadi padanya. Ia tak menyangka bisa pergi ke dimensi lain dan bertemu dengan makhluk astral yang membawanya ke sana. Wajah dan tatapan makhluk tersebut terbayang terus dalam pikiran angi.

 

“Ddrrrtttttt… ddrrrrttttt..,” suara getaran handphone berbunyi.

 

Angi terkejut menghela nafas panjang dan bergegas melihat siapa yang sedang menelponnya. Terlihat di layar HP itu nama seseorang yang tidak asing baginya.

 

“Adhimas..,” berkata Angi sambil mengerutkan dahinya.

 

”Sudah lama sekali adhimas tidak menghubungiku,” berkata angi dengan rasa penasaran.

 

Kemudian Angi mengangkat telepon dari Adhimas dan mencoba untuk berekspresi santai.

 

“Hai, Adhimas. Apa kabar?” sapa angi saat memulai perbincangan di telepon dengan Adhimas.

 

“Hai, Angi. Aku baik. Aku tiba-tiba saja teringat padamu. Aku langsung menghubungimu,” berkata Adhimas dengan terbata-bata.

 

“Benarkah? Aku tidak apa-apa mas,” Angi langsung menjawab kekhawatiran Adhimas. 

 

Teman dekat yang sudah beberapa bulan tak menghubungi Angi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status