Share

02. Kerjaan Si Susi Millikiti

Baiklah, kalian seperti benalu kok di rumah orang miskin, benalu itu di rumah orang kaya, ini nggak bisa dibiarin , pokoknya aku akan  membuat mereka nggak ke sini lagi pelitnya minta ampun malah kita lagi yang dibilang pelit!” rutuknya dengan kesal.

 

Setelah selesai makan mereka bersantai ria duduk di teras rumah, walaupun rumahnya kecil tetapi teras dan halaman rumah kontrakan Suratmin sedikit luas.

 

Terdapat dua buah kursi yang terbuat dari kayu itu, menselonjorkan kedua kakinya yang terasa pegal tadi karena duduk bersila, membuat Siska yang hamil besar sedikit merasa rikeks di tempat itu.

Angin yang datang hilir mudik membuat Suratman dan Siska malas beranjak dari tempat duduknya seakan-akan mereka pemilik kontrakan itu.

“Sus, enak juga ya di rumah kontrakan kamu, biar dikatakan kecil, sumpek, bau, dan kotor kalau sudah ada angin sepoi-sepoi bawaannya ngantuk melulu, kayak kita lagi di pantai, benar nggak sih Mas?” tanya Siska yang asyik menikmati angin yang melewati dirinya.

 

“Iya, benar kamu Sayang, apalagi ada segelas es teh sama camilan, serasa di pantai benaran loh!” sahutnya yang sengaja minta disediakan yang dia maksud.

 

“Mudah-mudahan mereka masuk angin, jadi nggak ke sini, eh tapi jangan deh, nanti kalau dua-duanya sakit malah aku yang repot, nggak mau ah!” gerutu Susi  dalam hati tetapi tangannya sibuk mengangkat jemuran yang sudah kering karena hari ini matahari sangat bersahabat membuat  pakaian yang dijemurnya kering semua.

 

Siska pun memperhatikan Susi yang cekatan mengambil pakaian-pakaian itu walaupun sudah hamil besar, tidak membuat aktifitas terganggu akan hal itu, malah lebih agresif dengan pekerjaan rumah tangganya.

 

“Sus, kamu dengar nggak apa yang dikatakan Mas Ratman, minta es teh, tetapi gulanya sedikit saja, usahakan kalau mencari es batu itu kamu harus tahu dia pakai air bersih atau tidak, atau sudah di masak atau belum.”

“Kesehatan itu mahal harganya, biaya rumah sakit berapa, kita harus menjaga kesehatan jangan sampai masuk rumah sakit, kalau orang kaya masih bisa bayar coba kalau orang miskin seperti kamu, pasti ujung-ujungnya minta sama saudara pinjam uang!”

 

“Nanti kalau nggak dipinjamkan katanya kita lelit, padahal kita ini dasarnya nggak pelit loh, Sus, cuma malas saja keluar uang begitu aja!” jelasnya panjang lebar, tetapi Susi tidak menghiraukan mereka yang asyik menikmati hari di siang tengah bolong itu.

 

“Sus, kamu dengar nggak sih?” tanya Siska mengulang kalimatnya.

 

“Ya dengar Mbak!” sahutnya malas.

 

“Lah terus, ya buatkan dong, ingat tamu itu adalah raja, maka harus dilayani dengan baik loh!” sindirnya kepada Susi.

 

“Sayangnya Mbak Siska bukan raja, kalian kan keluarga ku toh, jadi kalau sama keluarga harus pengertian, aku lagi sibuk banyak kerjaan, kalau Mbak kan enak ada pembantu yang ngerjakan, kalau aku kan nggak ada!” kilah Susi sambil tersenyum.

 

“Lagian kita nggak ada teh maupun gula, belum beli, menghemat,” lanjutnya lagi dengan sedikit memajukan bibirnya yang seksi ke depan.

 

“Ya buatkan sebentar saja bisa toh, Sus?”

 

“Lah mau pakai apa buatnya, sudah di bilang nggak punya stok teh!”

  

“Min, istrimu toh kok nggak sopan gitu, Siska ini lagi hamil dia nggak boleh banyak gerak, apalagi bawa yang berat-berat, nanti kasihan dedeknya di dalam!” sungut Suratman yang mulai membela istrinya.

 

Namun Suratmin juga harus membela istrinya yang juga hamil besar bahkan tinggal menghitung hari saja.

 

“Wah, mas Ratman ini memang nggak lihat tuh apa yang ada diperutnya itu, bukan bawa bantal, tetapi lagi hamil juga, dan bentar lagi mau melahirkan kalau situ kan baru delapan bulan!”

 

“Mbak Siska itu harus banyak gerak, jangan-jangan di kantor cuma duduk-duduk doang, dan menyuruh temannya kerja!” jelas Suratmin lembut.

“Kok malah kamu yang ngajarin aku toh , Min, suka-suka aku lah, terserah Siska yang penting dia nggak stres, dia lebih suka di sini ketimbang di rumahnya sendiri, nggak tahu kenapa?” kilahnya yang masih tetap nggak mau beranjak dari tempat duduknya.

 

“Lah, situ juga ngatur-ngatur istriku, dia itu hanya melayani rumah kecil ini, Mas Ratman, nggak lihat aku saja lagi bantu-bantu perkerjaan istriku ini, supaya dia nggak stres di rumah, benarkan, Sayang?” goda Suratmin kepada istrinya di balas dengan kedipan mata dari Susi.

 

“Hahaha ... orang miskin manggilnya Sayang, belagu amat jadi orang kamu, Min,” ejek  Suratman saat mendengar Suratmin memanggil Susi dengan sebutan Sayang.

 

 

Namun kedua suami istri itu hanya tersenyum mendengarkan celoteh pasangan Suratman dan Siska yang selalu membanding-bandingkan dirinya.

 

“Wah perlu dikerjai ini si Suratman,” ucap Susi dengan tersenyum licik.

 

Lalu dia melihat beberapa ibu-ibu sedang melewati tempat kontrakan Suratmin dan Susi, lalu memanggil dan menyapanya dengan ramah.

“Bu Retno, mau ke mana siang-siang begini?” sapa Susi mengalihkan perhatian mereka berdua.

 

“Eh, Mbak Susi, wah ibu hamil ini rajin banget sih, sudah jangan terlalu capek, bentar lagi lahiran loh, sudah dipersiapkan belum keperluannya, supaya nggak kalang kabut saat mau ke bidan, loh,” ucap Bu Retno menasihati.

 

“Alhamdulillah sudah Bu, yang penting-penting sudah dipersiapkan tinggal angkut,” sahut Susi tersenyum.

 

“Loh ada saudaranya toh datang, mau ngapain sih datang melulu ke sini, pasti minta makan, ya toh, hayuk ngaku?” tanya Bu Retno ceplas- ceplos membuat wajah Suratman dan Siska hanya bisa nyegir kuda.

“Nggak juga, cuma malas saja di rumah besar nan mewah nggak ada kerjaan, Bu!”

“ Terus ya Bu, lagian kalau makan kita itu tinggal telepon, bayar, nyampe terus makan deh, hidup itu nggak usah terlalu ribet, deh,” sahut Siska dengan ketus.

 

“Eh, Siska jangan cuma duduk-duduk saja banyak gerak, tuh contoh si Susi dia aja hamil besar masih bisa ngerjain tugas rumah tangga, lah kamu malah santai!” celetuk Bu Lina mengejek.

“Malas ya Bu, buat apa ada pembantu dia kan digaji untuk itu, makanya enak jadi orang kaya tinggal perintah beres deh,” sahutnya santai.

 

“Iya, Bu, mereka ini memang malas masak di rumah, eh maksudnya karena sibuk kerja di luar, makanya pembantunya juga jarang masak.”

 

“Ini saja Mas Ratman mau minus es teh, tetapi persediaan stok  kebetulan  sudah habis makanya dia mau kasih uang untuk beli  teh sama gula, iya kan Mas?” tanya Susi membuat Suratman bingung.

 

“Wah baik banget Mas Suratman ini, gitu dong sekali-kali bantu saudara, lagian hidup rukun sudah saudara kembar, perhatian, tetanggaan pula hanya beda dua rumah,” celetuk Bu Retno tersenyum.

 

“Iya betul itu, sesama saudara harus saling tolong menolong seperti almarhum kedua orang tua kalian  dulu yang selalu baik sama kita, jadi jangan membuat malu keluarga,” sahut Bu Lastri menimpali.

 

Karena merasa gengsi di depan Ibu-ibu tadi terpaksa Suratman mengambil dan mengeluarkan salah satu uang kertasnya yang bewarna merah itu dari dompetnya dengan tangan gemetaran.

 

“Mas, kok kasih seratus ribu buat Susi sih?” tanya Siska yang tidak terima uang suaminya keluar begitu saja.

 

“Loh Mbak Siska ini bagaimana toh, tadi katanya mau es teh sama camilan, ya aku belikan dulu sekalian mau beli yang lainnya, kebetulan habis juga, nggak apa-apa kan, Mas?” tanya Susi mencari pembelaan sembari mengambil cepat uang yang ada di tangan Suratman.

 

“I-iya, nggak apa-apa sekali-kali berbuat kebaikan sama saudara banyak pahalanya apalagi kita sering juga makan di sini,” sanggah Suratman tersenyum kecil.

“Mas ... tapi ... “ ucapannya lalu dipotong oleh suaminya dengan nada kesal.

“Sudah nggak apa-apa,  malu banyak ibu-ibu sini, kamu mau citra kita tercoreng hanya karena masalah sepele seperti ini, di luar sana suamimu ini terkenal dengan dermawannya, kalau sampai mereka tahu aku pelit sama saudara sendiri mau taruh di mana wajah gantengku ini?” Suratman menjelaskan kepada istriya agar diam saja.

 

“Wah tekor aku seratus ribu gara-gara Susi Similikiti, ada juga idenya, ngapain juga panggil Ibu-ibu itu yang biang gosip itu!” gerutunya dalam hati.

“Selamat tinggal uangku, jangan marah ya, aku terpaksa mengeluarkan dari dompetku!” Suratman bersedih karena uangnya keluar satu lembar.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status