Share

Suruh Siapa Kawin Lagi
Suruh Siapa Kawin Lagi
Author: Ina Qirana

Bab 1

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2023-07-28 17:36:42

 

[Mutia, ini Vidio pernikahan suamimu dan Neneng, doakan mereka biar cepat kasih Ibu seorang cucu]

 

Pesan WA dari mertuaku disertai Vidio pernikahan kedua Mas Haikal dengan perempuan pilihan ibunya.

 

Jah4t memang, tapi bagaimana lagi aku tak memiliki kuasa untuk protes, terlebih Mas Haikal sendiri juga setuju dengan rencana ibunya.

 

Sepuluh tahun menikah kami belum dikaruniai seorang anak, hingga ibu Mas Haikal menjodohkannya dengan Neneng, teman masa kecil sekaligus tetangga Mas Haikal saat dahulu mereka tinggal di desa.

 

Kucengkaram erat ponsel ini, jangankan untuk datang ke acara sakral itu, melihat vidionya saja hati ini hangus terbakar.

 

Kini, cinta Mas Haikal terbagi, tak hanya cinta melainkan jiwa dan raga, perhatian dan kasih sayangnya bukan seutuhnya milikku seorang.

 

Aku bak pengecut, duduk terdiam di pojokan kamar dalam kegelapan, semenjak hari di mana ibu memperkenalkan Neneng sebagai calon mantu barunya, maka saat itu juga hidupku berubah hitam.

 

Tak ada canda juga tawa, waktuku habis di pabrik garmen yang selama ini kami bangun mulai merangkak dari nol selama sepuluh tahun lamanya.

 

[Mutia, kamu baik-baik aja 'kan?]

 

Pesan Deri Mertuaku lagi, untuk kedua kalinya kuabaikan pesan itu, malas menghadapi sikapnya yang sok bijak tapi cukup mengoyakkan hati ini.

 

[Mut, lu ok 'kan? laki Lo udah ijab kabul, gua lihat streaming-nya di efbe] 

 

Pesan Areta--sahabatku--

 

Ya Tuhan, mengapa Mas Haikal setega itu mengabadikan pernikahan keduanya, tanpa memikirkan perasaanku di sini yang begitu hancur berkeping-keping.

 

Jujur aku ingin berteriak dengan kencang hingga bumi ini bergoyang lalu acara mereka menjadi kacau berantakan.

 

Mas Haikal akan menggapai keinginannya menimang seorang anak, dan anak itu bukan terlahir dari rahimku, sejak dulu ia sangat menginginkan kehadiran seorang buah hati, itu merupakan impian terbesarnya selama ini.

 

Areta menelpon saking khawatirnya pada keadaanku. Namun, aku malas berbicara dengan siapapun saat ini, menyendiri bukan berarti menyiksa diri sendiri, melainkan sedang melatih jiwa dan raga ini agar memiliki kekuatan untuk melanjutkan kehidupan.

 

*

 

Malam telah tiba, keadaan begitu gelap gulita sama seperti hati ini, untuk kedua kalinya hatiku harus tersayat-sayat kembali.

 

Neneng mengirimkan Vidio bahagianya di atas pelaminan bersama Mas Haikal, ia mengenakan gaun berwarna peach, warna kesukaanku, wanita itu tersenyum bahagia begitupun dengan Mas Haikal, wajahnya berseri-seri dan ceria.

 

Pernikahan mereka begitu indah nan megah, bahkan resepsi pernikahanku dulu tak semegah resepsi mereka.

 

'Silakan berbahagialah Neneng, sebelum tanganku merenggut semua impianmu, tak ada istana mewah seperti yang kamu dambakan, juga tak ada ratu kedua yang akan menggeser ratu sesungguhnya.

 

Kamu adalah selir yang hanya dibutuhkan rahimnya saja, tunggu saja Neneng dunia pasti berputar, akan ada saatnya untukmu berada di posisiku'.

 

Malam ini aku tidur berselimut sepi seorang diri, sedangkan Mas Haikal di sana sedang menikmati kehangatan dan manisnya madu pernikahan, air mata ini berlinang laksana air hujan.

 

Kuat Mutia! Kamu buka wanita l3m*h, yang akan terguncang hanya karena sebuah sapuan ombak.

 

*

 

Pagi hari usai melaksanakan kewajiban dua rakaat dan dzikir pagi aku duduk di balkon rumah, memandang cakrawala luas yang terbentang.

 

Kuhirup udara pagi yang begitu sejuk menyeruak masuk ke dalam dada, menghilangkan rasa sesak yang semalam mendera.

 

Dari atas, kulihat mobil Mas Haikal masuk ke pekarangan rumah kami yang lumayan luas, dada ini bergetar hebat, bagaimana jika wanita pe*usak itu ikut dan tinggal di istanaku.

 

Mas Haikal keluar dari mobil, membanting pintunya sedikit keras lalu melangkah masuk ke dalam, getaran hebat dalam dada seketika mereda saat kulihat Mas Haikal masuk ke dalam istana kami sendirian.

 

Ya, istana yang kosong dan hampa tanpa hadirnya seorang putra mahkota, yang lebih menyakitkan sang putra mahkota itu akan lahir dari rahim seorang selir.

 

Tuhan, jangan biarkan hal itu terjadi, beriku kesempatan untuk memiliki buah hati, dokter bisa katakan tidak, tapi tak ada yang mustahil bagiku ya Rabb 

 

Doaku terhenti karena suara teriakkan Mas Haikal yang memanggilku, seperti biasa ia akan mencari-cari jika pulang ke rumah tak melihat keberadaanku.

 

Namun, kali ini berbeda, tak ada rindu apa lagi sambutan hangat untuknya, rumah tangga kami berubah dingin laksana di kutub Utara.

 

"Mutia, kamu di sini?" tanyanya, saat ia berhasil menemukan keberadaanku.

 

Aku masih diam, tak berbalik badan apa lagi menanggapi ucapannya, terdengar langkah kaki yang mendekat, benar saja kini lelaki itu telah duduk di hadapanku dengan wajah kusut dan suram.

 

Ada apa ini? harusnya sebagai pengantin baru ia terlihat ceria seperti malam tadi, rona di wajahnya seolah mengatakan jika perasaan itu sedang kacau tak karuan.

 

"Maafkan aku, Mutia, sudah membuatmu sakit hati dan dilema," ujarnya menatapku sendu.

 

Aku melengos membuang muka, tak tertarik dengan aktingnya yang hampir menyaingi aktor ternama, permintaan maaf itu sungguh tak membuat kepingan hatiku yang hancur kembali utuh semula.

 

"Kamu lebih baik dari Neneng, Sayang, harusnya Mas ga menyetujui saran Ibu."

 

Tangannya menggenggam erat jemariku yang dingin, segera kutepis, merasa jijik pada tangan itu yang semalam sudah digunakan untuk memanjakan wanita lain, kini harus menyentuh diri ini.

 

Air mataku berderai saat mengingat kami harus berbagi raga dan jiwa Mas Haikal, tubuh yang kerap memberiku kehangatan selama sepuluh tahun lamanya kini harus dibagi dua, bukan hanya untukku tapi juga untuk wanita itu.

 

"Maafkan aku, Sayang." 

 

Ujarnya sambil menatapku sendu, entahlah aku tak mampu membedakan apakah sikapnya tulus atau hanya modus, agar aku berubah fikiran pada keputusan yang telah kami sepakati sebelum pernikahan itu terjadi 

 

"Kalau ujungnya begini, suruh siapa kamu kawin lagi hah!" Spontan aku ucapkan kalimat itu, dengan detak jantung yang berpacu hebat.

 

"Maafkan aku, Sayang, tenyata Neneng tak sesuai dugaan Mas," ujarnya kesal, entah hal apa yang terjadi padanya hingga wajah itu berubah penuh amarah.

 

"Kamu nyesel? ... telat! Dia sudah jadi istrimu!" tegasku, seperti seorang nyonya yang sedang memarahi pembantunya.

 

Ia mengacak rambutnya dengan kasar lalu mendengkus melampiaskan kekesalannya.

 

"Emangnya kamu kenapa sih?! pengantin baru itu harusnya bahagia karena semalam habis menikmati surga dunia!" tegasku sambil mendelikkan mata 

 

"Hahh! Aku kesel sama Neneng tenyata dia ...." Ucapannya terhenti entah mengapa, menimbulkan rasa penasaran dalam dada

 

"Emangnya dia kenapa?!" tanyaku sedikit tegas, malas jika harus bersikap manis seperti biasanya.

 

"Aku kecewa ternyata dia itu ...."

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   ENDING

    Aku mulai membaca lembar pertama surat yang ditulis oleh Neneng, begitu pula dengan Mas Haikal ia pun ikutan membaca karena penasaran."Assalamualaikum, Teh Mutia, Eneng tuh nulis surat karena ga berani ngomong ini sama Teteh secara langsung karena selama ini kita ga pernah akur.""Entah kenapa Eneng pengen banget nulis surat ini karena merasa ajal sudah dekat, sudah sering sakit-sakitan selama hamil, Teteh akan baca surat ini kalau Eneng udah ga ada, tapi kalau Eneng berumur panjang mungkin surat ini sudah hangus dibakar api."Semua orang pernah berbuat salah dan kesalahan terbesar Eneng yaitu sudah masuk ke kehidupan Teh Mutia dan A Haikal, harusnya waktu itu Eneng nolak lamaran suami orang bukan Nerima dan nyakitin Teteh.""Eneng minta maaaf sekali karena pernah buat Teteh menangis dalam kesendirian, udah pernah buat hidup Teteh putus asa, semoga rasa sakit yang Teteh rasakan bisa jadi penggugur dosa dan meninggikan derajat Teteh di akhirat."Aku merenung, ada rasa sesal yang terbe

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 32

    "Neneng kenapa, Mas?" tanyaku dengan perasaan yang mulai gelisah, tak biasanya Mas Haikal menangis seperti perempuan.Ia masih sesenggukan, mungkin lidahnya kelu untuk mengungkapkan sesuatu, aku menunggu sampai tangisan itu mereda dan ia mau mengungkapkan segala yang aku risaukan."Mas, kamu baik-baik aja 'kan?" tanyaku lagi, kali ini suara isakan itu tak terdengar lagi."Neneng, Mut, dia ... dia sudah meninggal," ujar Mas Haikal dengan suara lemah.Seketika badanku luruh lalu terduduk di kasur mendengar kabar ini, bagaimana mungkin Neneng pergi secepat itu, padahal aku belum meminta maaf karena sering menyakitinya."Mas kamu jangan bercanda ya, aku ga suka," cetusku sambil geleng-geleng kepala."Engga, Mut, Mas serius Neneng udah ga ada, tadi di ambulans dia juga sempat nitip kata maaf buat kamu." Suara Mas Haikal tercekat."Ya Allah, harusnya aku yang minta maaf karena selama ini ...." Suaraku tertahan, bayangan masa lalu hadir di depan mataku, di mana kami tak pernah akur malah ser

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 31

    (POV Mutia)Aku tak mengerti jalan fikir Mas Haikal, katanya ia tak lagi mencintai Neneng, tapi kenyataannya ia selalu gelisah memikirkan wanita itu, bahkan bolak balik menjenguknya."Mut, kayanya Neneng mau lahiran, Mas mohon kamu ngerti ya, bagaimanapun juga dia mau lahirkan anakku." Mas Haikal berlari menghampiriku di kamar.Aku tetap dia membisu, rasanya ingin sekali pergi dari sini dan memulai hidup bersama si kembar di tempat asing, hati ini sakit seperti dipermainkan melihatnya tak bisa tegas seperti itu."Ayolah, Mut, jangan ngambek, Mas cuma khawatir sama anaknya takut kenapa-napa, mana dia sendirian di rumah," bujuknya lagi, ia sampai bersimpuh "Yaudah lah sana pergi," jawabku ketus.Air mata hampir merembes di pipi."Kok kamu kaya ga ikhlas gitu sih, senyum dong," pinta Mas Haikal ngeselin.Bukannya cepet pergi malah menggodaku untuk tersenyum."Sana pergi urus istri kesayanganmu itu, aku ga apa-apa bisa sendiri," ujarku masih ketus.Sejujurnya hati ini tak ikhlas membiark

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 30

    (POV Haikal)Hari ini hari aqiqah si kembar, tujuh hari sudah usia mereka, di rumah banyak tetangga dan saudara ibu yang sedang memasak.Dua ekor kambing sudah disembelih dan siap dibagikan untuk para tetangga juga kerabat jauh, hari ini kami semua sibuk melayani tamu-tamu yang datang melihat si kembar.Tamu yang paling banyak yaitu karyawan Mutia dari mulai karyawan bagian produksi hingga bagian management, mereka hadir memberikan kado terbaik untuk anak kami yang bernama Aisyah Putri Abimana, sedangkan adiknya Asiyah Putri Abimana.Nama belakang mereka kompak diambil dari belakang namaku yaitu Haikal Abimana, banyak yang memuji kecantikan Aisyah dan Asiyah, mereka juga mengatakan jika si kembar merupakan kembar identik, memiliki kesamaan wajah yang begitu mirip.Kado si kembar sudah numpuk di dalam kamar, sedangkan di ruang tamu dan teras banyak kerabat dan saudara jauh kami yang datang.Acara ini sebenarnya di gelar sederhana hanya mengundang kerabat dan saudara, tak ada pesta mewa

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 29

    Aku geleng-geleng kepala melihat tingkah Bu Minah yang tak lain ibunya Neneng, kelihatan sekali matrenya."Mana aku tahu, Bu, kerja aja belom udah nanya gaji," jawab Mas Haikal sewot."Palingan juga tiga jutaan gajinya," celetukku, sengaja untuk mematahkan harapan Neneng.Aku tak ingin wanita itu berubah fikiran untuk berpisah dengan Mas Haikal, aku tak ingin si kembar kekurangan kasih sayang seorang ayah."Mas pergi dulu ya." Mas Haikal mencium keningku dan berlalu begitu saja mengabaikan Neneng."Halaaah gaji tiga juta aja bangga! Apa bedanya dengan buruh, anakmu itu memang b*d*h, Ningsih, punya pabrik sendiri malah kerja di tempat orang, begitu kalau suami l3mb3k sama istri aja takut," cerocos Bu Minah ngegas.Sepertinya ia kesal karena Mas Haikal tak seperti yang diharapkan, emang enak! Makanya jangan berharap pada manusia."Mau gajinya tiga juta ataupun satu juta tapi aku tetap akan menerima, jadi istri itu jangan terlalu matre lah, giliran suami banyak duit disayang giliran ga p

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 28

    (POV Mutia)Akhirnya aku tiba di klinik khusus bersalin, perawat segera menolong dan membawaku ke ruang bersalin menggunakan kursi roda.Mas Haikal menggendongku dan meletakkan tubuh ini di kasur khusus melahirkan, tiba lah Dokter Rista, ia adalah dokter langganan yang biasa memeriksa saat aku kontrol kandunganNyeri ini semakin sering kurasakan, Dokter Rista mengatakan bahwa aku siap untuk mengejan, mengikuti aba-aba darinya sambil mengucap basmallah.Aku mulai mengejan hingga beberapa kali, Mas Haikal berdiri di sampingku sambil menggenggam tangan ini, terkadang ia mengusap keningku yang basah oleh keringat."Ayo, Sayang, kamu pasti bisa," ujarnya menyemangati.Bayi pertama berhasil keluar, karena bayinya kembar maka dokter menyarankan untuk mengejan kembali, tak lama kemudian bayi kedua berhasil keluar melihat dunia ini.Kuucapkan Hamdallah tiada henti begitu pula dengan Mas Haikal, Dokter Rista ditemani oleh asistennya segera mengeluarkan placenta dari rahimku, terasa sangat ngilu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status