Share

Tinggal Bilang Calon Istri Aja Repot

Hari sudah malam, Daffa memutuskan untuk pamit.

"Aku pamit ya Rose, udah malam takutnya nanti ada grebegan lagi," kata Daffa dengan terkekeh.

"Kamu tu ada-ada saja mas," sahut Rosella dengan tertawa.

Daffa menatap wajah Rosella yang tertawa lepas, terbesit sebuah rasa aneh tapi Daffa segera menghalaunya.

"Kalau digrebeg gawat Rose, pasti kita dinikahkan. Aku belum siap, untuk makan sendiri saja aku masih kurang apalagi punya istri." Daffa memegang tengkuknya.

Setelah kepulangan Daffa, Rosella senyum-senyum sendiri sambil menutup wajahnya dengan tangan.

"Mas cakep, aku sangat bahagia," gumamnya.

Rosella seperti tanaman layu yang diguyur air hujan, "Rasa apa ini ya Tuhan."

Sepanjang perjalanannya pulang, Daffa terus memikirkan Rose, dia bingung mau digunakan untuk apa uang Rose, padahal Daffa tau jika Rose juga memerlukan uang itu.

Sesampainya di rumah, Daffa segera merebahkan diri di tempat tidurnya, dia merasa bersalah pada wanita berjiwa sosial itu.

"Arrrgggg biarlah," teriaknya.

Hari-hari berjalan seperti biasanya, Daffa terus disibukkan dengan proyeknya, apalagi minggu depan dia harus pergi ke Amerika, jadi dia tidak pernah membalas pesan Rosella kembali, panggilan telpon dari Rosella juga dia abaikan.

Hal ini membuat Rosella sedih, padahal dia begitu antusias membantu Daffa.

Dia berekspektasi jika Daffa membeli motor dengan uang yang dia berikan, lalu mengajaknya jalan-jalan.

"Ternyata aku bukan menjadi prioritas kamu Mas, pekerjaan membuat kamu sibuk dan melupakan aku." Air mata Rose meleleh, rasa kecewa seolah menindih tubuhnya.

"Aku give up mas, tak ada gunanya lagi berharap padamu." Dia bermonolog dengan dirinya sendiri.

Tak ingin terus berharap, Rosella menghapus nomor Daffa, dia benar-benar tidak ingin mengemis balasan chat pada Daffa.

Beberapa hari telah berlalu, Daffa yang teringat akan Rosella mencoba menghubungi wanita itu tapi nomor Rosella tidak bisa dihubungi.

"Baguslah kalau dia sudah menyerah," batin Daffa.

Karena dua hari lagi dia akan pergi ke Amerika Daffa mencoba menghubungi Putri, kakak iparnya. Dia ingin memberitahukan kedatangannya.

"I Will back Put," ujarnya dalam sambungan telponnya.

"Benarkah Mas, wah aku akan memberi tahu Mas Sean," sahut Putri dengan senang.

Putri dan keluarga besar Daffa disana telah mendengar berita jika Daffa akan menikah,, bahkan foto serta video Daffa bersama seorang wanita yang bernama Rosella telah menjadi trending.

"Mas kamu akan menikah ya," goda Putri.

Daffa melongo, dia merasa tidak nyaman dengan apa yang Putri ucapkan.

"Menikah?" tanyanya.

"Rosella cantik loh Mas," jawab Putri.

Daffa segera memutuskan panggilan telponnya, dia segera menghubungi Ray.

"Kenapa berita aku dengan rosella sampai keluar negeri, bukankah aku sudah meminta kamu untuk menghapus semuanya." protes Daffa.

Ini lah yang tidak Ray tau, padahal setaunya dia telah memblokir semua berita supaya berita itu tidak sampai keluar negeri.

"Aku nggak mau tahu Ray, buat klarifikasi jika berita itu tidak benar."

Ray hanya bisa menggelengkan kepala, jika sedari awal tidak ingin ada berita seperti ini kenapa dia masih saja datang ke restoran dimana Rosella bekerja, dan lebih parahnya dia juga terlihat memeluk dan mencium wanita itu.

Tut tut Tut

Beberapa waktu kemudian, Daffa memutuskan sambungan telponnya secara sepihak, sedangkan Ray lagi-lagi dibuat bingung oleh atasan serta sepupunya tersebut.

"Dasar aneh, dia yang bertindak tapi aku yang harus menyelesaikan semua."

Berita yang tersebut sebegitu jauh tentu tidak mudah diblokir apalagi semua orang sudah mendengar dan melihat berita itu.

Kini nama Daffa Banyak dibicarakan, mereka semakin kagum pada sesosok CEO misterius itu karena ternyata Daffa memiliki wajah yang sangat tampan, lebih tampan dari ekspektasi orang-orang selama ini, selain itu Daffa juga sangat menyayangi wanitanya.

Keesokan harinya sebelum Daffa terbang keluar negeri Ray menemuinya, asisten Malang itu menyampaikan kegagalannya dalam memblokir berita yang sangat viral itu.

"Tidak bisa aku blokir dan aku hapus Mas, lebih baik terima dengan legowo."

"Apa!" Daffa menatap Ray dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Iya Mas aku gagal, hanya sebagian saja yang berhasil aku close."

Daffa mengusap rambutnya dengan kasar, entah apa yang akan dia katakan pada keluarga besarnya nanti.

"Apa yang akan aku katakan pada mereka semua Ray "

"Tinggal bilang calon istri aja repot," sahut Ray dengan tertawa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status