Tiga hari sudah Mutiara di rawat di rumah sakit. Kini, kondisinya bisa dikatakan jauh lebih baik meski masih terus menangis dan terbaring saja. Melihat perkembangan putrinya membuat Gea dan Ale turut lega.
Sejak pertengkaran waktu lalu, hubungan Gea dengan Vella juga merenggang, memaksa dan tak saling sapa jika bertemu. Memanglah mereka masih satu rumah, ketika ada Vella, Gea selalu menghindar dan tak ingin melihatnya.
Bagaimana tidak muak? Jika Vella masih saja tidak tahu batasan, semakin mendekati secara terang-terangan di keluarga, muka umum, sampai semua tetangga tahu masalah rumah tangganya.
Ketika berduaan, Gea akhirnya mengutarakan isi hatinya yang ingin tinggal di rumah sendiri bersama Ale, Mutiara, dirinya dan Mbak Rini saja.
"Kita harus pindah dari rumah itu setelah Mutiara keluar dari
Di saat Gea dan Ale sedang mengalami kerenggangan hubungan, Vella malah mulai merayakan hal tersebut di cafe bersama dengan Darius. Rupanya sampai sekarang, Vella dan Darius masih saja berhubungan baik.Masing-masing dari mereka ingin mendapatkan orang yang mereka sukai. Darius masih saja menginginkan Gea untuk dimilikinya. Begitu juga dengan Vella yang masih memperjuangkan cintanya kepada Ale.Awalnya mereka tidak sengaja bertemu. Setelah bertemu, mereka membicarakan rencana apa yang cocok untuk memisahkan Gea dan juga Ale."Vella?""Itukah kamu, Vella kakak kandung Gea Gladys?" sapa Darius."Maaf, kamu siapa ya?" tanya Vella."Aku Darius. Pria tampan yang dulu ingin di jodohkan dengan adikmu," jawab
Setelah Gea tidak memberontak lagi, Ale mencoba memeluk kembali dengan sangat erat. Kegundahan hati Ale perlahan telah pudar beberapa menit setelah meninggalkan makam Zaka saat itu."Pernikahan yang sukses bukanlah saat kamu bisa menjalani hidup dengan damai bersama istrimu, melainkan saat kamu tidak dapat menjalani hidup dengan damai tanpanya.""Wanita itu ibarat bunga, mereka harus diperlakukan dengan lembut, baik hati, dan dengan penuh kasih sayang. Dari ceritamu, kakek menyimpulkan, hatimu terlalu egois nak, janganlah seperti itu, saat ini dia sedang membutuhkanmu, pulang lah dan segera meminta maaf."Kata-kata dari penjaga makam yang menasihati Ale yang saat itu menemukan Ale dalam keadaan yang sedang terpuruk.Saat itu, Ale akan mengambil kotak peninggalan Zaka sebelum pulang dan memberitahukan kepada Gea yang sebenarnya. Namun
Hari itu Mutiara sudah boleh dibawa pulang. Dengan rasa bahagia, Gea dan Ale bisa berkumpul kembali di rumah layaknya keluarga harmonis lainnya. Di rumah juga Mbak Rini sudah merapikan dan mengemas semua barang-barang yang akan di bawa pergi oleh mereka pindahan.Sesampainya di rumah, semua keluarga contohnya ibunya Ale, Mama Gege dan Vella sudah menunggu kepulangan Mutiara. Semua terlihat bahagia menyambut bayi kecil tersebut. Kecuali Bella yang memasang wajah acuh tak acuh."Kebetulan kalian berkumpul, aku dan Gea akan segera pindah dari rumah ini. Kami akan tinggal di luar bertiga dan juga membawa Mbak Rini bersama kami," ucapan mendadak Ale membuat orang isi rumah terkejut."Loh, kenapa? Kenapa kalian pindah? Gea, apa karena masalah yang kemarin?" tanya Ibunya Ale. "Ge, apa menang tidak bisa di bicarakan dengan baik-baik lagi?" sambungnya.&n
Kesakitan yang dialami Gea sudah cukup baginya. Pagi-pagi buta, Gea berusaha kabur membawa Mutiara dan Mbak Rini dari rumah Ale. Ia juga sudah menghubungi Tuan Nathan sebelumnya untuk meminta bantuannya menyewakan pengacara untuk perpisahannya dengan Ale.Rupanya, sejak semalam, Tuan Nathan sudah berada di dalam negri. Ia begitu khawatir dengan Gea yang tidak membalas pesannya, kemudian memutuskan untuk kembali sementara waktu.Mereka bertemu malam itu. Gea bersama dengan Mbak Rini dengan Mutiara didalam gendongannya. air mata Gea terus mengalir sampai Tuan Nathan harus menyekanya."Maaf, aku menunggu di sini. Semalam, aku sudah sampai di sini, tapi tidak diizinkan masuk oleh suamimu," sambut Tuan Nathan membuka pintu mobilnya."Apa? Jadi semalam Tuan sudah sampai di sini? Aku sudah muak tinggal bersamanya, aku pikir dia
Terukir pancaran sumringah di wajah Gea. Kini, beban hidupnya tak lagi terasa berat di pikulan. Lepas dari belenggu cinta yang tak tahu miliknya seutuhnya atau tidak, terlepas dari ikatan yang terus membuatnya lebih tersakiti dari sebelumnya.Mandiri, tanpa beban yang berat adalah keinginannya. Sejak kecil, memang hidupnya sudah mandiri. Ia lebih nyaman hidup berdua dengan putri semata wayangnya, daripada harus kembali dengan Ale, maupun tinggal bersama dengan Tuan Nathan.Akan tetapi, jalan hidupnya masih panjang. Awal dirinya menjadi single parents bukan hal yang mudah untuk ia lalui. Ada hal yang harus membuatnya waspada dalam hidupnya, yakni, Darius.Pria yang sebelumnya di jodohnya dengan dirinya membuat Gea ketar-ketir. Darius lebih kecil dan membahayakan baginya."Aku masih ada
Sejak pertemuan hari itu, Lani jadi sering mengunjungi Gea dan Mutiara, bahkan ia juga menjadi akrab sekali dengan Mutiara. Selalu menghabiskan waktu bersama dan main bersama sampai larut.Mungkin hari itu bukan hari keberuntungan Gea. Tanpa kesalahan yang jelas, ia di pecat dari tempat ia bekerja. Merasa masih ragu dengan pemecatan tersebut, membuat Gea sedih dan galau.Gea mengendarai motornya dengan pelan-pelan, dan berhenti di bawah pohon yang rindang dekat rumahnya. Kemudian duduk di samping motornya dan menunduk kebawah."Ingin nangis rasanya, bagaimana dengan susunya Mutiara, makan buat kita bertiga. Aku tidak mungkin pakai uangnya Mutiara yang dari Kak Ale dan Tuan Nathan, bukan?" Gea mulai menangis"Kemana lagi aku cari kerja, jaman sekarang cari pekerjaan susah banget. Mana aku juga tidak punya ketrampi
Vella memisahkan Ale dan Darius yang masih saja bertengkar. Mereka terlihat seperti orang bodoh, sampai tidak sadar jika Gea sudah dibawa pergi oleh Tuan Nathan."Cukup sudah!" teriak Vella."Apa sih yang kalian berdua lihat dari Gea, hah?" imbuhnya."Lagipula, Tuan Nathan sudah membawanya pergi. Tak ada gunanya kalian saling mengadu tenggorokan disini," Vella sangat kesal dengan kenyataan jika adiknya lebih unggul daripada dirinya.Ale dan Darius saling melepaskan diri. Mereka menoleh, mencari-cari ke setiap arah. Memastikan bahwa Vella berkata benar."Brengsek! Gila tuh orang main bawa-bawa aja!" dengus Darius."Hey, sejak awal juga Gea bersamanya kali. Sudahlah, buat apa kalian memperebutkan lagi? Le, sebaiknya kita cepat pulang," timpal Vella meraih tangan Ale.Namun, Ale menepisnya dengan kasar. Darius tertawa melihat i
Kabar rencana pernikahan itu telah sampai di telinga keluarga Ale, Vella serta Darius. Tentu saja kabar tersebut mengundang amarah Ale. Ia berencana menemui Gea dan menanyakan kebenaran kabar tersebut."Ale, kamu mau kemana?" tanya Vella."Bukan urusanmu!" seru Ale meraih kontak mobilnya.Ia mengendarai mobilnya dengan laju kecepatan tinggi. Amarahnya sudah tak terkendali lagi. Wanita yang dicintainya akan menikah dengan pria lain.Sesampainya di rumah Gea, Ale berteriak memanggil Gea. Bahkan sampai menggedor pintu supaya Gea cepat keluar dan menemuinya."Ge, buka Ge!""Gea, kita harus bicara!" teriak Ale.Dibukalah pintu itu,"Kak Ale, haruskah pakai teriak-teriak seperti